SURABAYA| JATIMSATUNEWS. 1 Muharram kembali datang, Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah di tahun 2025 ini menjadi momentum penting bagi umat Islam untuk kembali merenungi makna hijrah, bukan semata sebagai peristiwa sejarah, tetapi sebagai proses spiritual yang terus hidup dalam diri setiap insan yang beriman.
Sebuah refleksi disampaikan oleh Senator Cantik Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama. Keponakan Gubernur Khofifah yang akrab dipanggil Ning Lia ini menyebut bulan Muharram sebagai pengingat perjuangan manusia dalam mencari ridha Allah SWT.
“Muharram bukan sekadar pergantian kalender hijriah, tapi menjadi titik awal untuk terus memperjuangkan nilai-nilai kebaikan. Hijrah itu bukan hanya berpindah tempat, tapi juga berpindah dari keburukan menuju kebaikan, dari gelap menuju terang,” tutur Ning Lia.
Memaparkan, Ning Lia mengajak publik untuk menengok kembali peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, yang merupakan rujukan utama sejarah kehidupan Rasulullah.
Rasulullah SAW bersedih menyaksikan penderitaan para sahabatnya akibat kekejaman kaum Quraisy. Hingga akhirnya, beliau menyarankan mereka untuk hijrah ke Habasyah, negeri yang dipimpin oleh Raja Najasyi yang adil dan tidak menzalimi warganya. Peristiwa ini menjadi tonggak hijrah pertama dalam sejarah Islam.
Namun, momen paling monumental adalah hijrah Rasulullah ke Yastrib (Madinah), yang bukan hanya sebagai perpindahan geografis, tapi juga strategis dan spiritual. Hijrah ini mengawali penanggalan Islam dan menjadi simbol perjuangan, keberanian, serta keyakinan kepada janji Allah SWT.
“Nabi kita dicintai, tapi juga dibenci. Beliau mengajarkan cinta dalam kondisi tertekan. Hijrah beliau adalah bukti bahwa kesulitan bukan akhir, tapi awal dari kemuliaan. Maka, siapa pun dari kita hari ini yang sedang berjuang, yakinlah, bahwa setiap langkah menuju kebaikan akan berujung pada keberkahan,” tutur Ning Lia.
Tak hanya mengupas sisi historis, Ning Lia juga menekankan semangat hijrah harus membumi dalam konteks sosial dan kebangsaan. Menurutnya, bangsa Indonesia hari ini membutuhkan semangat kolektif hijrah dari kemalasan menuju produktivitas, dari perpecahan menuju persatuan, dan dari kejumudan menuju kemajuan.
“Momentum 1 Muharram bukan hanya milik individu, tapi juga bangsa. Jika kita ingin Indonesia menjadi negeri yang kuat dan bermartabat, mari hijrah secara kolektif—dari ego sektoral menuju kolaborasi lintas sektor, dari hanya bicara menuju kerja nyata,” tegas perempuan yang dikenal dengan Senator Cantik tersebut.
Ning Lia juga mengungkap aspek keberanian dan pengorbanan dalam hijrah. Ia mencontohkan keberanian Umar bin Khattab yang hijrah secara terang-terangan, serta pengorbanan sahabat seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan lainnya dalam menyukseskan rencana hijrah Nabi.
“Hijrah mengajarkan kita bahwa perjuangan butuh keberanian, pengorbanan, dan strategi. Tapi yang paling utama, perjuangan butuh keikhlasan. Tanpa itu, hijrah hanyalah perjalanan tanpa ruh. Maka mari jadikan hijrah sebagai perjalanan ruhani yang membawa kita lebih dekat kepada Allah,” pesan Ning Lia.
Menutup refleksinya, Ning Lia mengajak seluruh masyarakat untuk menjadikan tahun baru Hijriah ini sebagai titik balik dalam kehidupan. Ia mendoakan agar seluruh rakyat Indonesia diberikan kekuatan untuk berhijrah dalam segala sisi kehidupan menuju hidup yang lebih berkah, sehat, damai, dan bermartabat.
“Subhanallah, semoga setiap ikhtiar kita di tahun 1447 H ini menjadi hijrah menuju keberkahan. Kita doakan agar bangsa ini dilindungi dari segala marabahaya, dijauhkan dari perpecahan, dan semakin kokoh dalam keimanan serta persatuan. Aamiin Ya Rabbal Alamin,” harapnya.
Hijrah bukan sekadar cerita masa lalu, tapi pelajaran sepanjang masa. "Semoga setiap pergantian tahun menjadi alarm batin untuk memperbaiki diri dan lingkungan sekitar. Seperti Rasulullah SAW, mari kita ikhtiarkan hijrah sebagai upaya menuju cahaya kehidupan yang hakiki," jelas Ning Lia. (Ans)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?