Michael Susanto di hadapan mahasiswa peserta MMD 2025
MALANG – Semangat kepemimpinan sejati dan kontribusi sosial yang berdampak menjadi topik utama pembukaan Pembekalan Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) 2025. Digelar pada Rabu (26/6) di Gedung Sasana Krida UB acara menghadirkan Michael Susanto, tokoh muda inspiratif sekaligus perwakilan dari Tanoto Foundation. Memberikan motivasi kuat kepada ratusan mahasiswa peserta.
Dalam pemaparannya, Michael menegaskan bahwa kepemimpinan sejati tidak bergantung pada posisi atau jabatan, melainkan dimulai dari kemampuan seseorang untuk memimpin dirinya sendiri.
“Kepemimpinan bukan soal jabatan, bukan soal posisi. Kepemimpinan adalah aksi. Dan semua itu dimulai dari diri sendiri,” ujarnya disambut antusias para mahasiswa.
Tanoto Foundation, tempat Michael berkiprah, merupakan lembaga filantropi independen yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan. Didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto sejak tahun 1981, lembaga ini dikenal dengan berbagai program unggulannya seperti TELADAN, yang bertujuan mencetak pemimpin masa depan yang berkarakter, berdaya saing, dan berdampak positif di masyarakat.
Michael memaparkan sejumlah tantangan nyata yang dihadapi Indonesia saat ini, seperti krisis iklim, persoalan sampah, dan stunting.
“Satu dari lima anak Indonesia berisiko stunting. Jika ini tidak kita tangani bersama, maka masa depan bangsa akan kehilangan banyak potensi luar biasa,” tegasnya.
Kepada mahasiswa peserta MMD, Michael berpesan agar menjadikan program ini bukan sekadar rutinitas atau ajang “liburan sosial”. Ia menekankan pentingnya pendekatan berbasis data dan kolaborasi lintas elemen masyarakat desa.
“Gunakan data, libatkan pemdes, karang taruna, PKK, dan komunitas lokal lainnya. Harus ada dampak, berkelanjutan, dan inovatif,” pesan Michael.
Dalam sesi tanya jawab, Fauzan, mahasiswa dari kelompok MMD Desa Ngadireso, menanyakan strategi menjaga keberlanjutan program setelah mahasiswa meninggalkan desa. Michael pun menekankan pentingnya partisipasi masyarakat lokal sejak awal.
“Pemimpin tidak bisa bekerja sendiri. Desa punya potensi luar biasa. Kita hadir bukan untuk menggantikan, tetapi mempercepat dan mendukung apa yang sudah ada,” ujarnya lugas.
Menutup sesinya, Michael mengutip filosofi pemimpin dari Lao Tzu yang sarat makna,
“Pemimpin terbaik adalah yang setelah ia selesai bekerja, orang-orang tidak sadar bahwa ia pernah ada. Mereka merasa keberhasilan itu hasil kerja keras mereka sendiri.”
Tak hanya memberi motivasi, Michael juga meninggalkan pesan menyentuh bagi para peserta, “Bukan mereka yang butuh kita, tapi kitalah yang butuh mereka. Karena desa memberi kita hati yang penuh sukacita. Maka hargailah.”
Program MMD UB 2025 sendiri diikuti oleh 70 kelompok mahasiswa yang akan diterjunkan ke berbagai desa di seluruh Indonesia. Melalui pendekatan kolaboratif dan berkelanjutan, program ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat desa serta menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan empati sosial di kalangan mahasiswa.
Semangat dari pembekalan ini diharapkan mampu mengantarkan mahasiswa UB menjadi pemimpin masa depan yang bukan hanya unggul secara intelektual, tapi juga tulus dalam pengabdian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?