Banner Iklan

DPD RI Lia Istifhama Apresiasi Modal Sosial Warga Ponorogo

Anis Hidayatie
12 Oktober 2025 | 05.01 WIB Last Updated 2025-10-11T22:43:33Z

Anggota Badan Pengkajian MPR RI Dr. Lia Istifhama Penyerapan Aspirasi Masyarakat (Asmada) MPR RI yang digelar di Pendopo Kabupaten Ponorogo,

PONOROGO | JATIMSATUNEWS.COM: Anggota Badan Pengkajian MPR RI Dr. Lia Istifhama terus memperkuat peran lembaga perwakilan dalam menyerap aspirasi publik melalui kegiatan Penyerapan Aspirasi Masyarakat (Asmada) MPR RI yang digelar di Pendopo Kabupaten Ponorogo, Sabtu (11/10/2025).

Kegiatan ini menghadirkan berbagai tokoh penting, antara lain Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, Wakil Bupati Lisdyarita, Komisioner KPU Ponorogo M. Arwan Hamidi, mantan Komisioner Bawaslu Marji Nurcahyono, serta Ketua GP Ansor Ponorogo M. Ilham. Turut hadir pula perwakilan Banom NU seperti GP Ansor, IPNU, IPPNU, PMII, Kopri, dan Fatayat NU, yang menunjukkan kuatnya sinergi antara elemen pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil.

Ning Lia menegaskan pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya bergantung pada kebijakan pusat, tetapi kemampuan pemerintah untuk menangkap aspirasi masyarakat secara autentik. Menurutnya, setiap kebijakan publik harus berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan dan kemaslahatan.

“Saya ingin sekali agar setiap kebijakan pembangunan mengambil sisi positif dari aspirasi rakyat. Pembangunan itu bukan sekadar fisik, tapi juga bagaimana kebijakan menjadi anfauhulinnas  bermanfaat bagi manusia,” ujar Ning Lia.

Anggota DPD RI asal Jatim itu mengapresiasi kekuatan modal sosial Ponorogo sebagai fondasi utama pembangunan. Ia menilai bahwa harmoni sosial yang terjaga di Ponorogo merupakan modal berharga untuk melaksanakan kebijakan pembangunan yang partisipatif dan damai.

“Ponorogo punya kekuatan modal sosial yang luar biasa. Pada tragedi beberapa waktu lalu, kita melihat Ponorogo adem ayem. Masyarakatnya damai dan gotong royong. Ini menjadi pondasi penting agar setiap program pembangunan bisa berjalan efektif dan diterima masyarakat,” ujar Senator asal Jawa Timur. 

Wakil Bupati Lisdyarita menambahkan, seluruh masyarakat dan instansi di Ponorogo kompak dan memang lebih suka damai.

 “Alhamdulilah, walau di beberapa kota atau kabupaten lainnya ada keramaian, Ponorogo adem ayem kompak selalu,” katanya.  

Dalam kesempatan itu, Senator asal Jawa Timur itu mengapresiasi pentingnya reaktivasi jalur kereta api nonaktif, seperti jalur Madiun–Slahung, yang kini tengah dikaji oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). 

Menurut Perempuan yang akrab disapa Senator Cantik itu, transportasi rel memiliki fungsi strategis tidak hanya untuk mobilitas, tetapi juga sebagai penggerak utama ekonomi daerah serta meningkatkan pariwisata di Kota Reog tersebut.

Ning Lia menilai reaktivasi jalur kereta Madiun–Slahung bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi bagian dari transformasi sosial-ekonomi Ponorogo. Jalur ini diyakini akan membuka akses wisata baru, mempercepat arus logistik, serta memperkuat daya saing wilayah barat Jawa Timur.

“Kalau rel ini aktif kembali, maka Ponorogo bukan hanya terhubung secara fisik, tapi juga menjadi simpul ekonomi dan wisata yang berkembang pesat,” pungkasnya.

Rencana Kemenhub untuk menghidupkan kembali jalur kereta Madiun–Slahung disambut positif oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. Ia menilai langkah tersebut bukan hanya nostalgia sejarah, melainkan bentuk konkret penguatan konektivitas antarwilayah.

“Ini kabar baik. Kami di daerah tentu menyambut positif rencana Kemenhub ini. Warga Ponorogo pasti senang kalau bisa kembali naik kereta seperti dulu,” ujar Kang Giri, sapaan akrab Bupati Sugiri.

Menurutnya, pembangunan rel Madiun Slahung pada masa kolonial Belanda dulu memiliki motif ekonomi yang kuat, dan prinsip itu masih relevan hingga kini. Jalur tersebut diharapkan dapat kembali menjadi urat nadi distribusi ekonomi Ponorogo dan wilayah sekitarnya, sekaligus membuka peluang wisata berbasis sejarah dan alam.

“Ada alasan kuat mengapa Belanda dulu membangun jalur Madiun–Slahung. Kini semangat itu bisa dihidupkan kembali untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal,” imbuhnya.


Namun, Kang Giri mengingatkan bahwa penyelesaian masalah sosial dan legalitas lahan menjadi kunci keberhasilan proyek ini.

“Di Yogyakarta dan Solo juga ada kereta di tengah kota, keretanya berada di tengah jalan. Bisa direm juga, nanti mungkin bisa difasilitasi demikian. Tentunya juga memang ada rencana reativasi harus dilakukan secara humanis,” tegasnya. (Ans)


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • DPD RI Lia Istifhama Apresiasi Modal Sosial Warga Ponorogo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now