Banner Iklan

Saat Kuku Menjadi Cerita: Peran Nail Artist di Hari Wisuda UNESA ke-117

Admin JSN
02 Desember 2025 | 18.06 WIB Last Updated 2025-12-02T11:06:46Z

 

Foto Wawancara

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Menjelang musim wisuda, jalanan sekitar salon dan studio kecantikan tampak lebih sibuk dari biasanya. Para mahasiswi menggunakan pakaian terbaik mereka, menggunakan make up cantik dari para MUA. Di antaranya juga, ada satu profesi yang diam-diam ikut berperan dalam kesempurnaan momen bersejarah tersebut, yaitu tukang nail art, termasuk Kak Talia, seorang nail artist yang sudah menekuni dunia ini sejak tahun 2019, di gang V Lidah Wetan, Lakarsantri Surabaya. Bekerja dari balik meja kecil, dengan kuas mungil, warna-warna lembut, dan detail presisi untuk mempercantik jemari para wisudawati yang siap melangkah ke babak baru kehidupan.

“Biasanya peningkatan pesanan itu sudah mulai terasa sekitar dua sampai tiga minggu sebelum tanggal wisuda utama dari universitas-universitas besar,” ujar kak Talia sang nail artist yang kami temui di studionya yang harum aroma cat kuku dan krim pelembap.

Menurutnya, puncak kesibukan datang pada minggu terakhir menjelang hari-H. Hampir setiap jam dalam sehari terisi penuh oleh pelanggan yang datang silih berganti. “Kalau bisa, booking dari jauh-jauh hari. Karena minggu terakhir itu kami benar-benar full booking dari pagi sampai malam,” katanya sambil tersenyum lelah namun bangga.

Musim wisuda memang membawa atmosfer berbeda bagi para pelaku usaha kecantikan. Selain menjadi ladang rezeki, momen ini juga menjadi ajang kreativitas. “Wisuda itu identik dengan kesan anggun dan formal, jadi desain yang diminta juga menyesuaikan. Yang paling diminati itu warna-warna nude atau pastel, terlihat bersih, elegan, dan tidak mencolok di bawah toga,” jelasnya.

Namun, keindahan tak berhenti di situ. Beberapa pelanggan menambahkan sedikit glitter atau chrome accent pada satu atau dua jari untuk memberi kesan mewah tanpa berlebihan. “Sekarang banyak juga yang suka French manicure versi modern, seperti reverse French atau yang pakai warna tidak biasa. Ada juga yang minta tambahan 3D embellishment minimalis seperti mutiara kecil. Intinya, mereka ingin terlihat manis tapi tidak menyaingi penampilan utama mereka,” ujarnya sambil memperlihatkan contoh hasil karyanya di layar ponsel.

Saat musim wisuda tiba, suasana tempat kerja berubah drastis. “Waduh, suasananya bisa dibilang campuran antara hype dan chaos yang terorganisir,” katanya sambil tertawa kecil.

Studio kecil yang biasanya tenang mendadak menjadi ramai. Musik berirama cepat mengalun, tawa pelanggan bersahutan, dan bunyi alat pengering kuku terdengar nyaris tanpa henti. “Tapi di tengah sibuknya, suasananya tetap menyenangkan. Kami sering dengar cerita lucu dari pelanggan, ada yang deg-degan menunggu pengumuman wisuda, ada yang heboh cerita tentang kebaya atau make-up mereka. Semua penuh semangat dan bahagia.”

Momen wisuda memang membawa emosi tersendiri. Beberapa pelanggan datang bersama teman atau keluarga, saling bercerita tentang perjuangan kuliah mereka. “Kadang kami merasa ikut jadi bagian dari perjalanan mereka. Dari yang bercerita baru selesai sidang, sampai yang masih tak percaya sudah mau lulus,” katanya sambil tersenyum hangat.

Di balik tawa dan warna-warni cat kuku, ada tantangan besar yang harus dihadapi.

“Tantangan terbesarnya itu ada dua,” ujarnya. “Pertama, menjaga jadwal. Karena pesanan membludak, keterlambatan lima belas menit saja bisa mengacaukan jadwal seharian. Kedua, mengatasi pelanggan yang galau desain. Banyak yang datang H-1 wisuda tapi belum tahu mau desain apa.”

Kondisi itu memaksa para nail artist untuk berpikir cepat dan peka terhadap kepribadian pelanggan. “Kami biasanya menanyakan warna kebaya atau riasan mereka, lalu mencocokkannya dengan warna kulit dan bentuk kuku. Kadang mereka baru sadar desain yang sederhana justru lebih cocok,” ujarnya.

Meski padat, kualitas tetap menjadi prioritas utama. Ia mengungkapkan beberapa cara agar hasil tetap memuaskan meskipun pelanggan meningkat drastis. “Kami batasi kuota harian agar tidak kelelahan, pakai produk berkualitas, dan bekerja dengan tim yang solid. Semua nail artist di sini sudah tahu standar kerja kami, jadi setiap langkah dikerjakan dengan hati-hati,” tegasnya.

Dari banyak pelanggan yang datang, tak sedikit kisah yang membekas di ingatannya.

“Pernah ada pelanggan yang datang bersama ibunya dan minta glitter warna emas. Katanya harus cocok dengan medali kelulusan,” kenangnya sambil tertawa. “Begitu selesai, ibunya langsung bersorak, ‘Nah, ini baru kuku anakku!’. Lucu banget karena mereka berdua kelihatan kompak dan bahagia.”

Namun tak semua kisah penuh tawa. Ada pula momen yang mengharukan.

“Pernah ada pelanggan yang bilang kalau nail art ini adalah hadiah terakhir dari almarhum ayahnya. Jadi dia ingin desain yang sederhana tapi punya makna tentang kekuatan dan ketulusan. Waktu itu kami semua ikut terharu,” ucapnya pelan. “Dari situ saya sadar, pekerjaan ini bukan cuma soal estetika, tapi juga tentang kenangan dan perasaan.”

Bagi sang nail artist, bisa ikut berperan dalam momen penting seperti wisuda adalah kebanggaan tersendiri. “Rasanya sungguh mengharukan. Nail art mungkin hanya detail kecil, bagi seorang wisudawati, kuku yang rapi bisa membuat mereka merasa sempurna dan percaya diri,” katanya.

Setiap kali melihat pelanggan tersenyum puas atau mengunggah foto wisuda di media sosial dengan kuku hasil karyanya, ada kebahagiaan tersendiri. “Kami merasa seperti bagian kecil dari kisah besar mereka. Melihat mereka memegang ijazah dengan tangan yang kami hias sendiri, itu seperti ikut merayakan keberhasilan mereka.”

Bagi sebagian orang, nail art mungkin hanya urusan kecantikan semata. Namun bagi para pelaku di baliknya, pekerjaan ini adalah bentuk seni yang hidup, perpaduan antara ketelitian, rasa, dan emosi manusia.

Mereka mungkin tidak hadir di panggung wisuda, namun setiap goresan warna di kuku adalah bagian dari perayaan. Sebuah pengingat bahwa di balik setiap toga yang berkilau dan senyum di depan kamera, ada sepasang tangan yang dihias penuh makna, simbol kecil dari rasa bangga, syukur, dan keindahan dalam pencapaian besar bernama kelulusan.


Penulis: Aulia Nova Ardana Putri


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Saat Kuku Menjadi Cerita: Peran Nail Artist di Hari Wisuda UNESA ke-117

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now