Banner Iklan

Dosen Psikologi UMM Beberkan “Akar Tekanan” yang Picu Keputusan Ekstrem Mahasiswa

Admin JSN
09 Desember 2025 | 13.46 WIB Last Updated 2025-12-09T08:38:36Z

Dosen Fakultas Psikologi UMM, Uun Zulfiana, M.Psi.

Malang, JATIMSATUNEWS.COM — Insiden memilukan yang menimpa seorang mahasiswa di Malang kembali menggugah dunia kampus untuk lebih serius membangun lingkungan akademik yang ramah kesehatan mental. Peristiwa tersebut menjadi alarm keras bagi perguruan tinggi, termasuk Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), untuk memastikan mahasiswa memiliki ruang aman dalam mencari dukungan psikologis.

Dosen Fakultas Psikologi UMM, Uun Zulfiana, M.Psi., menjelaskan bahwa keputusan ekstrem, termasuk mengakhiri hidup, umumnya tidak muncul secara tiba-tiba. Ada tekanan berlapis yang menumpuk, terutama ketika mahasiswa berhadapan dengan beban akademik berat seperti pengerjaan skripsi. Ia menyebut ada tiga faktor yang saling berkelindan dan berpotensi mendorong tindakan impulsif: biologis, psikologis, dan sosial.

Pada faktor biologis, kondisi seperti genetika serta ketidakseimbangan neurotransmitter dapat memengaruhi stabilitas emosi seseorang. Dari sisi psikologis, mahasiswa dengan kepribadian tertutup, riwayat trauma, atau sedang bergulat dengan masalah mental lebih rentan mengambil keputusan yang tidak biasa. “Orang-orang dengan kepribadian tertutup, problem mental, atau pengalaman traumatis sangat mungkin mengambil keputusan yang tidak biasa,” tegas Uun. Sementara itu, tekanan sosial berupa isolasi, minim dukungan, hingga paparan isu negatif di media sosial turut memperparah kondisi.

Merespons anggapan bahwa dosen pembimbing kerap menjadi pihak yang disalahkan, Uun menegaskan bahwa perilaku manusia tidak pernah dipengaruhi satu faktor saja. Menurutnya, dosen pembimbing memang idealnya menjadi support system yang aman bagi mahasiswa, namun dukungan tidak bisa dibebankan pada satu pihak. Keluarga, teman, dan kekuatan mental diri sendiri turut memegang peran penting dalam menjaga kesehatan psikologis.

Uun mendorong mahasiswa untuk mengelola stres secara lebih sehat. Ia menyarankan penggunaan Problem Focused Coping, yakni strategi menghadapi stres dengan menyelesaikan sumber masalahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui penyusunan skala prioritas, manajemen diri yang teratur, hingga membuat pembagian waktu yang jelas antara belajar, bekerja, dan waktu pribadi. Sementara bagi mahasiswa yang lebih condong mengekspresikan stres melalui emosi, Emotional Focused Coping seperti bercerita kepada orang tepercaya, melakukan aktivitas menyenangkan, serta memperluas jaringan sosial dapat menjadi langkah efektif.

Ia juga menekankan pentingnya bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater, terutama jika muncul tanda-tanda seperti kesedihan berkepanjangan, kecemasan berlebih, perubahan mood ekstrem, atau menurunnya kemampuan menjalankan aktivitas sosial.

Sebagai langkah pencegahan, Uun mengingatkan mahasiswa untuk menghindari coping maladaptif seperti merokok, makan berlebihan, atau terus-menerus mengonsumsi berita negatif. Menurutnya, menjaga pola makan dan tidur, memperkuat jejaring sosial, serta menata prioritas hidup merupakan cara sederhana namun signifikan untuk memperkuat kesehatan mental.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dosen Psikologi UMM Beberkan “Akar Tekanan” yang Picu Keputusan Ekstrem Mahasiswa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now