![]() |
| Foto : Komunitas Senam Kebaya Indonesia menyambut masyarakat setempat dengan meriah di acara “Penanaman 1000 Pohon Durian”, Desa Wonokoyo, Kota Malang |
Malang, JATIMSATUNEWS.COM — Pada kegiatan Penanaman 1.000 Pohon Durian yang diselenggarakan oleh Malang Peduli Demokrasi (MPD) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) di Wisata Aeng Wonokoyo, Kecamatan Kedung Kandang, Kota Malang, Senin (10/11/2025), masyarakat Kota Malang disambut hangat oleh Senam memukau yang dibawakan oleh Komunitas Senam Kebaya Indonesia (SKI).
Dipimpin langsung oleh Hj. Rossa S. Romlah, pendiri SKI sekaligus Ketua Parfi Kota Malang, komunitas ini tampil memukau dengan mengenakan kebaya dan jarit khas Nusantara. Mereka membawakan tiga senam penyambutan khas Malang berjudul “Malang Seger”, dan gerakan senam yang SKI sendiri buat yaitu “Kuto Malang Pancen Rame” serta “Perahu Layar” yang menggambarkan semangat warga Malang yang sehat, ramah, dan penuh kegembiraan.
“Kami ingin menyambut masyarakat Malang dengan cara yang berbeda — tetap sehat, tetap berbudaya, dan bangga mengenakan kebaya serta jarit,” ujar Hj. Rossa usai penampilan.
Didirikan pada 27 Februari 2021, Senam Kebaya Indonesia lahir dari semangat Hj. Rossa untuk menggabungkan olahraga dan pelestarian budaya tradisional. Ia menuturkan, SKI merupakan satu-satunya komunitas senam di dunia yang menjadikan kebaya dan jarit sebagai kostum utama
“Senam Kebaya Indonesia ini satu-satunya di dunia. Sekarang banyak yang ikut-ikut membuat kegiatan serupa, dan saya bangga karena berarti masyarakat kita mulai mencintai budayanya sendiri,” ungkapnya.
Kini SKI memiliki lebih dari 700 anggota dari berbagai daerah di Indonesia, dengan sekitar 300 anggota aktif di wilayah Malang Raya. Setiap latihan bersifat gratis dan terbuka untuk umum, menjadi wadah bagi perempuan untuk menjaga kebugaran tubuh sekaligus melestarikan budaya.
“Kami latihan gratis, kecuali kalau ada acara tertentu baru iuran seikhlasnya. Kami menyebutnya sengkuyungan, bukan kewajiban, tapi wujud gotong royong,” jelasnya.
Selain kegiatan senam, SKI juga aktif dalam aksi sosial, seperti Jumat Berkah, kegiatan kemanusiaan saat bencana, dan kegiatan sosial lainnya. Komunitas ini mengajarkan nilai loyalitas, empati, dan komando sosial di antara anggotanya.
“Kami ingin ibu-ibu tidak hanya sehat, tapi juga peduli pada sesama. Jiwa sosial itu bagian penting dari SKI,” tambah Hj. Rossa.
Inspirasi mendirikan SKI muncul di masa pandemi COVID-19. Ketika masyarakat dilarang beraktivitas di luar rumah, Hj. Rossa mengajak teman-temannya untuk berolahraga di alam terbuka. Dari kegiatan sederhana itu, lahirlah ide senam dengan kebaya dan jarit sebagai simbol perempuan Indonesia yang kuat dan mencintai warisan budayanya.
Kegiatan SKI kini sering tampil di berbagai acara, mulai dari kegiatan sosial hingga undangan resmi pemerintah. Dengan busana khas berwarna pink dan biru, komunitas ini menjadi ikon baru kebanggaan Malang. Warna pink melambangkan kelembutan dan kasih sayang, sedangkan biru mencerminkan semangat Arema yang identik dengan keberanian dan keteguhan hati.
Menutup wawancara, Hj. Rossa menyampaikan harapan agar kebaya dan jarit semakin melekat dalam keseharian masyarakat Indonesia.
“Saya ingin ibu-ibu tidak malu lagi pakai kebaya dan jarit ke mana pun. Seperti di Jogja atau Bali, budaya ini seharusnya menjadi kebanggaan. Mudah-mudahan suatu hari nanti, setiap Kamis, semua perempuan Indonesia bisa mengenakan kebaya dan jarit,” pesannya.
Dengan semangat yang memadukan kesehatan, budaya, dan sosial, Senam Kebaya Indonesia bukan sekadar komunitas olahraga, tetapi gerakan cinta tanah air yang menumbuhkan rasa bangga menjadi perempuan Indonesia.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?