FP UB Sulap Wonokoyo Jadi Laboratorium Hijau 1.000 Bibit Duria

FP UB Sulap Wonokoyo Jadi Laboratorium Hijau 1.000 Bibit Durian

MALANG – Dalam momentum Hari Pahlawan 10 November 2025, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB) menggagas langkah nyata penghijauan dan pemberdayaan ekonomi warga dengan menanam 1.000 bibit pohon durian di Kelurahan Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Kegiatan bertajuk “Wonokoyo Green Durian Project” ini dihadiri oleh civitas akademika FP UB, perangkat kelurahan, dan masyarakat setempat. Aksi tersebut menjadi tonggak awal menjadikan Wonokoyo sebagai Laboratorium Hijau Durian , tempat penelitian, edukasi, dan pengembangan varietas durian unggulan di tengah kawasan perkotaan.

Wujud Sinergi Kampus dan Masyarakat

Dekan Fakultas Pertanian UB, Prof.Dr.Ir. Damanhuri, MS , menjelaskan bahwa kolaborasi ini merupakan bentuk nyata kontribusi perguruan tinggi dalam mendukung ketahanan pangan, ekonomi hijau, serta pelestarian lingkungan di tingkat lokal.

“Kami ingin kampus tidak hanya hadir di ruang akademik, tapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Wonokoyo kami jadikan laboratorium alam, tempat siswa belajar sekaligus warga memperoleh nilai ekonomi dari tanaman produktif seperti durian,” ujar Prof. Damanhuri.

Penanaman dilakukan di sejumlah titik strategi, meliputi lahan fasum, kawasan pekarangan warga, hingga kawasan sekitar Monumen Walikota Hamid Rusdi. Bibit yang ditanam merupakan varietas unggulan seperti Durian Musang King, Montong, dan Bawor hasil pembibitan FP UB.

Dari Bibit Jadi Ikon Baru Kota Malang

Tokoh masyarakat Wonokoyo, Abah Suhar , menyambut gembira langkah FP UB tersebut. Ia menyebut bahwa program ini akan membuka jalan bagi Wonokoyo untuk menjadi ikon wisata petik durian Kota Malang , sebagaimana Batu dikenal dengan apel.

"Durian ini bukan sekedar pohon, tapi harapan baru. Kalau tumbuh baik, beberapa tahun lagi warga bisa memanen dan menjual buahnya. Wonokoyo bisa jadi wisata petik durian yang mengecewakan," tuturnya.

Program ini juga mendapat dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang yang melihatnya sebagai langkah strategi memperluas ruang hijau di kawasan padat perkotaan.

Harapan dan Rencana Ke Depan

Ke depan, FP UB menargetkan pengembangan hingga 10.000 pohon durian dalam jangka lima tahun mendatang, disertai dengan penelitian lanjutan terkait budidaya, pupuk organik, serta manajemen panen.

Selain aspek ekologis, proyek ini diharapkan menjadi sumber pembelajaran lapangan (lab lapangan) bagi mahasiswa pertanian dan bioteknologi UB. Wonokoyo akan menjadi tempat penelitian terbuka—mulai dari seleksi varietas, observasi pertumbuhan, hingga inovasi produk olahan durian.

“Kami tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanam ilmu dan nilai keberlanjutan. Setiap bibit durian ini adalah investasi jangka panjang untuk masyarakat dan alam,” tambah Prof. Damanhuri.

Momentum di Hari Pahlawan

Kegiatan ini digelar bertepatan dengan Hari Pahlawan sebagai simbol pengabdian kepada negeri melalui tindakan nyata di bidang lingkungan. Penanaman dilakukan bersama perwakilan mahasiswa, perangkat kelurahan, dan masyarakat secara serentak.

Atmosfer kebersamaan tampak menyelimuti acara tersebut. Setelah penanaman, peserta juga mengikuti doa bersama sebagai bentuk syukur atas langkah awal menuju Wonokoyo hijau dan produktif.

Menanam Harapan untuk Masa Depan

Melalui 1.000 bibit yang kini tumbuh di tanah Wonokoyo, FP UB menanamkan bukan hanya pohon, tetapi juga harapan — harapan akan lingkungan yang lebih hijau, ekonomi yang lebih kuat, dan sinergi kampus-masyarakat yang berkelanjutan.

“Dari satu bibit durian, lahir sejuta manfaat. Bukan hanya buahnya yang manis, tapi juga nilai kebersamaan yang tumbuh di setiap akarnya,” ujar salah satu mahasiswa peserta kegiatan.

Dengan semangat akademik, sosial, dan ekologis, Wonokoyo kini bersiap menyandang predikat baru: Laboratorium Hijau Durian pertama di Kota Malang.

Apakah Anda ingin saya tambahkan kutipan langsung dari pihak kelurahan Wonokoyo atau DLH Kota Malang agar berita ini lebih lengkap untuk publikasi media daerah (seperti Malang Pariwara atau Jatim Satu News)?