![]() |
| Foto : Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya memberikan pohon durian kepada Ketua RW |
Malang, JATIMSATUNEWS.COM — Upaya menjaga keseimbangan ekologi dan ketahanan pangan perkotaan menjadi salah satu fokus utama Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB). Dalam kegiatan Penanaman 1.000 Pohon Durian di Wisata Aeng Wonokoyo, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Minggu (10/11/2025), Dekan Fakultas Pertanian UB, Prof. Dr. Ir. Mangku Purnomo, M.Sc., menegaskan bahwa kegiatan ini menjadi titik awal menuju biodiversitas kota yang berkelanjutan.
“Kami berharap minimal 20–30 persen tanaman di hutan kota, baik di Malang maupun di Indonesia, diisi dengan tanaman produktif. Tidak hanya pohon penghijau, tetapi juga tanaman buah, tanaman obat, dan tanaman bahan kosmetik,” ujar Prof. Mangku.
Menurutnya, konsep ini tidak hanya berorientasi pada aspek ekologi, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat. Keberagaman tanaman produktif di ruang publik dapat menjadi sumber vitamin alami dan ruang edukatif bagi anak-anak.
“Ketika taman kota berisi beragam tanaman buah, anak-anak bisa belajar langsung dari alam. Mereka dapat memetik buah, mengenal tanaman, sekaligus menumbuhkan rasa cinta terhadap lingkungan,” jelasnya.
Fakultas Pertanian UB berkomitmen memperluas gerakan ini ke berbagai hutan kota dan ruang terbuka hijau di Malang. Wonokoyo, kata Mangku, menjadi kick-off area dari gerakan ini. Ke depan, UB akan memperkenalkan diversifikasi tanaman dengan nilai fungsi tinggi, termasuk tanaman yang digunakan dalam ritual budaya lokal seperti pandan, kenanga, dan kersen yang kini mulai langka di kawasan perkotaan.
“Banyak tanaman yang menjadi bagian dari budaya kita justru hilang. Dengan menanamnya kembali di taman-taman kota, kita bukan hanya menghijaukan, tapi juga melestarikan identitas budaya,” ujarnya.
Lebih dari sekadar simbol peringatan Hari Pahlawan dan Dies Natalis Fakultas Pertanian UB ke-65, kegiatan ini menjadi langkah nyata UB untuk menghadirkan ekologi kota yang berdaya, berbudaya, dan produktif.
“Kita tidak sekadar membuat kota cantik, tapi fungsional. Malang bisa menjadi kota yang hijau dan berbuah — harfiah dan maknawi,” tutup Prof. Mangku dengan senyum optimis.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?