Banner Iklan

Menemukan Rumah Belajar Baru di Balik Layar Pemerintahan Kota Kediri

Admin JSN
27 November 2025 | 10.55 WIB Last Updated 2025-11-27T03:55:03Z

 

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Awal yang tidak sesuai rencana, pada semester lima lalu seharusnya menjadi langkah baru bagi saya di program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Saya sudah menaruh harapan besar untuk bisa bergabung dalam program Kampus Mengajar, sebab sejak awal saya ingin merasakan pengalaman langsung mengajar dan berinteraksi dengan siswa. Namun, semua rencana itu seketika pupus ketika pengumuman keluar laman pada website notifikasi yang keluar tidak seperti yang diharapkan, yap abu-abu pertanda saya tidak diterima pada program Kampus Mengajar (KM).

Saat itu, saya benar-benar kecewa. Rasanya seperti usaha dan semangat yang saya bangun selama ini tidak ada artinya. Teman-teman saya mulai menyiapkan diri ke lokasi masing-masing, sementara saya hanya bisa menatap layar laptop dengan perasaan hampa. Dalam hati, saya bertanya, “Kalau bukan Kampus Mengajar, lalu apa yang bisa saya lakukan?”. Mau mendaftar program MBKM lain seperti Magang Studi Independen Bersertfikat (MSIB) tidak sesuai dengan program studi yang sedang saya jalani saat ini.

Namun setelah beberapa hari terdiam, saya sadar bahwa menyerah bukan pilihan. Saya mulai mencari alternatif lain dalam program MBKM, yakni antara KKN atau Magang Mandiri. Karena program KKN dari kampus belum ada kejelasan, saya memutuskan untuk mencoba jalur Magang Mandiri, dengan harapan tetap bisa mendapatkan pengalaman lapangan yang bermakna.

Langkah pertama saya adalah mencari tempat magang di kota kelahiran saya, Kediri. Saya mulai menghubungi beberapa dinas melalui surat elektronik melalui Direct Massage (DM) melalui aplikasi Instagram, memperkenalkan diri sebagai mahasiswa yang ingin magang di semester ini. Harapan saya sederhana: ada satu saja yang membuka peluang. Namun, realitas tidak semanis ekspektasi. Satu per satu pesan saya dibalas dengan nada yang sama: “Maaf, kuota magang sudah penuh.” Sebagian dinas bahkan menyebutkan bahwa mereka sudah lebih dulu menerima banyak siswa SMK dan mahasiswa lain.

Setiap kali menerima balasan penolakan, saya semakin kehilangan semangat. Tapi entah mengapa, ada suara kecil dalam diri saya yang berkata, “Coba lagi, jangan berhenti di sini.” Sampai akhirnya, titik terang itu muncul. Seorang pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Kediri yang saya hubungi dengan sopan, dengan baik hati membantu mencarikan alternatif. Beliau menyarankan saya untuk menghubungi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPKP) yang katanya masih membuka kesempatan magang,

Saya pun datang langsung ke kantor DPKP untuk bertemu dengan Kepala Dinas. Beliau menyambut dengan ramah, mendengarkan cerita saya dengan sabar, dan kemudian berkata sesuatu yang tidak pernah saya lupakan:

“Kamu bisa magang di sini kalau mau, tapi jujur, bidangmu tidak akan banyak terpakai. Saya khawatir kamu tidak akan dapat banyak pelajaran di sini.”

Ucapan itu tidak menyinggung, justru menyadarkan saya. Lalu beliau melanjutkan,

“Saya sarankan kamu ke Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Kediri, tepatnya di Bidang Tata Laksana dan Pelayanan Publik. Di sana, kemampuanmu akan lebih bermanfaat.”

Rekomendasi itu menjadi titik balik yang mengubah perjalanan saya.

Beberapa minggu kemudian, saya resmi diterima magang di Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Kediri. Sejujurnya, awalnya saya sempat canggung. Saya membayangkan suasana kerja pemerintahan pasti kaku, penuh aturan, dan membosankan. Namun, ternyata dugaan saya salah besar. Sejak hari pertama, para pegawai menyambut saya dengan hangat. Mereka memperkenalkan struktur kerja, tugas-tugas utama, dan bahkan menjelaskan program-program yang sedang dijalankan. Tidak ada jarak antara pegawai dan mahasiswa magang. Saya langsung merasa menjadi bagian dari tim.

Saya ditempatkan di Bidang Tata Laksana dan Pelayanan Publik, sebuah bidang yang berfokus pada pembenahan sistem pelayanan publik, penyusunan standar pelayanan, dan optimalisasi tata kelola birokrasi. Awalnya saya tidak terlalu paham, tapi semakin lama saya belajar, semakin saya sadar betapa pentingnya peran bidang ini dalam memastikan pemerintahan berjalan efisien dan responsif terhadap masyarakat.

Yang paling saya syukuri adalah bagaimana saya dilibatkan secara langsung dalam berbagai kegiatan, bukan hanya duduk di meja dan mengarsip dokumen. Salah satu pengalaman paling berkesan adalah ketika saya ikut terlibat dalam kegiatan “Desk Kian Prima”, yaitu desk evaluasi pelayanan publik di lingkungan Pemerintah Kota Kediri. Dalam kegiatan ini, saya tidak sekadar menjadi pengamat, tetapi justru dipercaya menjadi fasilitator. Saya membantu jalannya desk, berinteraksi langsung dengan peserta dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dan ikut memastikan proses evaluasi berjalan lancar.

Menjadi fasilitator membuat saya belajar banyak tentang koordinasi, komunikasi, dan tanggung jawab. Saya harus cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta dan aktif membantu tim. Rasanya luar biasa bisa dipercaya dalam peran seperti itu, apalagi untuk seorang mahasiswa magang.

Tidak berhenti di situ, saya juga diajak ikut mengoreksi Surat Edaran Peraturan Wali Kota (SE Perwal) tentang Tata Naskah Dinas Pemerintah Kota Kediri. Saat itu saya membantu meninjau aspek kebahasaan, ejaan, dan kejelasan kalimat. Bagi saya, momen ini sangat istimewa karena selaras dengan jurusan saya, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Saya baru benar-benar sadar bahwa ilmu yang saya pelajari di kampus ternyata bisa diterapkan dalam dunia pemerintahan khususnya dalam penyuntingan dan tata naskah dinas.

Dari semua pengalaman itu, saya mendapat banyak pelajaran yang tidak bisa saya peroleh di ruang kelas. Pertama, komunikasi adalah kunci. Bekerja di pemerintahan menuntut kemampuan berkomunikasi yang jelas dan sopan, baik secara lisan maupun tulisan. Kedua, detail itu penting. Satu kesalahan kecil dalam dokumen resmi bisa menimbulkan kesalahan administratif yang besar. Ketiga, kerja sama lebih penting daripada ego. Semua pekerjaan di pemerintahan adalah hasil kolaborasi antarbidang dan antarindividu. Keempat, relevansi ilmu itu nyata. Saya tidak menyangka jurusan bahasa bisa berperan dalam memperbaiki tata naskah dan regulasi pemerintahan. Saya juga belajar bahwa pegawai pemerintahan bukan hanya bekerja karena kewajiban, tetapi karena tanggung jawab moral terhadap masyarakat.

Kalau saya menoleh ke belakang, semua penolakan yang saya alami di awal ternyata membawa saya ke tempat yang tepat. Saya bersyukur sempat gagal di program Kampus Mengajar, karena kalau tidak, mungkin saya tidak akan pernah mengenal dunia pemerintahan dari sisi dalam. Di Bagian Organisasi, saya menemukan bahwa pekerjaan “di balik layar” justru memiliki pengaruh besar terhadap pelayanan publik. Para pegawai di sana bekerja dengan ketelitian tinggi untuk memastikan setiap kebijakan, surat, dan struktur organisasi sesuai aturan dan efisien dijalankan. Pengalaman ini mengajarkan saya arti penting kesabaran dan ketekunan. Bahwa jalan yang berliku bukan pertanda salah arah, tapi proses menuju tempat yang seharusnya kita datangi.

Kini, setelah magang berakhir, saya sadar bahwa pengalaman ini bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban akademik, tetapi juga perjalanan pribadi yang membentuk karakter saya. Saya belajar untuk tidak mudah menyerah, berani mencoba hal baru, dan selalu percaya bahwa setiap penolakan menyimpan arah baru.

Magang di Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kota Kediri bukan hanya memberikan saya pengalaman kerja, tapi juga pemahaman mendalam tentang makna pelayanan publik dan pentingnya komunikasi birokrasi. Dari “Desk Kian Prima” hingga penyuntingan SE Perwal Tata Naskah Dinas, semua meninggalkan jejak yang berharga dalam perjalanan saya sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Dan kini, setiap kali saya melewati Balai Kota Kediri, saya tidak hanya melihat gedung pemerintahan, tapi juga kenangan tentang proses tumbuh dari seorang mahasiswa yang sempat patah semangat menjadi seseorang yang menemukan tempatnya di balik layar pemerintahan.

---

Azrilya Agoesta Nur Fatiha
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menemukan Rumah Belajar Baru di Balik Layar Pemerintahan Kota Kediri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now