Dokumentasi
Ketika Kunjungan Wisata Desa Klepu Ponorogo |
FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Magang selalu menjadi
tahap penting bagi setiap mahasiswa untuk mengenal dunia kerja yang
sesungguhnya. Begitu pula bagi saya, Valencia Eka Armanda Putri mahasiswa prodi
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang mendapat kesempatan magang di
Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (DISBUDPARPORA) Kabupaten
Ponorogo.
Saat pertama kali
menerima surat penempatan, saya membayangkan akan berhadapan dengan tumpukan
dokumen, laporan, dan kegiatan administratif yang monoton. Namun, ternyata
magang ini justru membuka mata saya tentang betapa kayanya potensi wisata dan
budaya yang dimiliki Ponorogo.
Pada minggu pertama, saya
mulai beradaptasi dengan lingkungan kantor dan mengenal tugas-tugas dasar di
bidang administrasi pariwisata. Saya membantu staf dalam pendataan dan
pengarsipan informasi wisata di setiap kecamatan, termasuk mencatat jumlah
kunjungan wisatawan, potensi unggulan desa, serta rencana pengembangan objek
wisata baru.
Kegiatan ini membuat saya
sadar bahwa sektor pariwisata tidak hanya soal tempat yang indah, tetapi juga
tentang bagaimana data dan perencanaan menjadi dasar kemajuan suatu daerah. Setiap
berkas dan laporan yang saya baca terasa seperti membuka lembaran kisah baru.
Ada desa yang terkenal dengan wisata alamnya, ada pula yang unggul di bidang
kesenian dan budaya lokal. Melalui proses ini, saya mengenal banyak nama tempat
yang sebelumnya asing di telinga saya. Dari sanalah muncul rasa ingin tahu yang
besar untuk melihat secara langsung bagaimana keindahan dan potensi itu
diwujudkan di lapangan.
Kesempatan itu akhirnya
datang ketika saya diajak untuk mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi
objek wisata di berbagai wilayah Ponorogo. Saya begitu antusias karena akhirnya
bisa melihat lebih mendalam tentang manajemen wisata di Ponorogo. Tempat
pertama yang saya kunjungi adalah Telaga Ngebel, ikon wisata alam Ponorogo yang
terkenal dengan suasananya yang sejuk dan panorama danau yang memukau.
Di sana, saya belajar
bagaimana masyarakat dan pemerintah bekerja sama menjaga kebersihan, keamanan,
dan kenyamanan pengunjung. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan ke Desa
Wisata Klepu. Desa ini meninggalkan kesan yang sangat mendalam bagi saya.
Masyarakatnya ramah, suasananya tenang, dan kebersamaannya terasa begitu kuat.
Saya berbincang dengan beberapa warga setempat yang menjelaskan bagaimana
mereka berusaha mengembangkan desa wisata berbasis kearifan lokal. Dari situ
saya belajar bahwa wisata bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga
tentang cerita dan semangat masyarakat di baliknya.
Selain itu, saya juga
berkesempatan mengunjungi pembangunan Monumen Ponorogo, proyek baru yang akan
menjadi simbol identitas daerah. Melihat proses pembangunannya membuat saya
menyadari bahwa pariwisata juga terus bergerak maju mengikuti zaman. Monumen ini
tidak hanya akan menjadi daya tarik wisata, tetapi juga bentuk penghormatan
terhadap sejarah dan kebanggaan masyarakat Ponorogo. Dari semua kegiatan
lapangan tersebut, bagian paling berkesan bagi saya adalah mengetahui lebih
jauh tentang wisata-wisata di tiap desa Ponorogo.
Setiap desa memiliki daya
tarik tersendiri, ada yang menawarkan pesona alam, menonjolkan budaya dan
tradisi, bahkan ada yang mulai mengembangkan wisata edukasi. Melalui perjalanan
ini saya belajar melihat Ponorogo dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya
tempat tinggal, tetapi tanah yang kaya akan cerita dan potensi luar biasa.
Tidak hanya kegiatan
lapangan, saya juga terlibat dalam monitoring acara rutin “Malam Bulan Purnama”
di Alun-Alun Ponorogo. Acara ini diadakan setiap bulan dan menampilkan berbagai
kesenian daerah seperti Reog Ponorogo, tari tradisional, dan musik gamelan.
Saat itu, saya benar-benar merasakan kebanggaan menjadi bagian dari masyarakat
yang masih menjaga dan melestarikan budayanya. Langit malam yang diterangi
bulan purnama menjadi saksi betapa kuatnya semangat budaya hidup di hati warga
Ponorogo.
Dari pengalaman tersebut,
saya belajar bahwa budaya dan pariwisata adalah dua sisi yang tidak bisa
dipisahkan. Keduanya saling melengkapi dan memperkuat citra daerah. Melalui
kegiatan pariwisata, budaya bisa terus dilestarikan dan melalui budaya,
pariwisata mendapatkan jiwanya.
Saya merasa beruntung
bisa melihat secara langsung bagaimana sinergi itu diwujudkan dalam kegiatan
nyata. Selain keterampilan administratif dan pengalaman lapangan, tetapi juga
mengajarkan saya banyak hal tentang kerja sama, tanggung jawab, dan komunikasi.
Saya belajar bagaimana menyampaikan ide dengan sopan, bekerja dalam tim, dan
beradaptasi dengan berbagai situasi di lapangan. Semua pelajaran itu membuat
saya tumbuh lebih dewasa dan siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
Bagi saya, magang di DISBUDPARPORA
Ponorogo bukan sekadar kewajiban akademik, tetapi perjalanan berharga untuk
mengenal daerah sendiri. Saya menemukan bahwa setiap desa di Ponorogo menyimpan
kisah dan pesona yang luar biasa. Melalui pengalaman ini saya belajar mencintai
daerah saya dengan cara yang baru bukan hanya lewat kata dan tulisan, tetapi
juga lewat perjalanan, interaksi, dan pemahaman mendalam tentang tanah
kelahiran saya sendiri.
---
Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?