Banner Iklan

Dari Balik Mikrofon Hingga Layar Kaca: Kisah Inspiratif Farah Manhillah Meraih Mimpi di Dunia Broadcasting

Admin JSN
26 November 2025 | 09.27 WIB Last Updated 2025-11-26T02:27:52Z

 

Farah Manhillah sedang melakukan siaran langsung program Kabar Siang. Surabaya, 13 November 2025

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Dalam hidup, sebagian orang menemukan panggilan jiwanya ketika sudah dewasa. Namun bagi Farah Manhillah, dunia broadcasting adalah cinta pertama yang ia temukan sejak SMA. Sejak lama, dunia broadcasting telah memikat hati Farah. Ketertarikan yang ia rasakan bukanlah sekadar hobi sesaat, melainkan panggilan jiwa yang membawanya pada perjalanan karier yang menarik.

Ketertarikannya bermula saat ia bergabung dengan ekstrakurikuler broadcasting di sekolah. Awalnya, ia hanya ingin mencoba sesuatu yang terlihat seru. “Awalnya saya hanya berpikir akan seru. Ternyata, setelah dijalani saya memang merasa itu menyenangkan,” ujar Farah.

Ekstrakurikuler broadcasting membuka banyak pintu bagi Farah. Dari sanalah ia mulai aktif mengikuti berbagai lomba terkait dan menjalin jejaring di stasiun radio lokal. Sejak saat itu, broadcasting bukan lagi sekadar kegiatan sekolah melainkan mimpi yang ingin ia wujudkan.

Setelah lulus SMA, Farah mengambil keputusan penting masuk Ilmu Komunikasi di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Keputusan ini ia ambil dengan mantap karena ia ingin mendalami dunia yang membuatnya jatuh cinta sejak remaja. Baginya, memilih jurusan ini bukan hanya soal kuliah tetapi tentang menapaki jalan yang membuatnya merasa hidup.

Di kampus, ia memperluas sayapnya. Radio Terminal Unesa menjadi rumah keduanya. Di ruang siaran yang kecil namun hangat, Farah merasakan sensasi menjadi penyiar sungguhan. Tidak hanya itu, Farah juga mulai menjadi MC di berbagai acara kampus, jurusan, fakultas, hingga tingkat rektorat. Demi menambah uang saku, Farah bahkan bekerja sebagai SPG di akhir pekan.

Kesempatan besar datang ketika Farah magang di Suara Surabaya, sebuah stasiun radio yang menjadi impiannya sejak lama. Ia bekerja sebagai editor konten web, reporter, dan kadang


diberi kesempatan mengudara. Pengalaman itu membuka matanya tentang dunia radio profesional tentang ritme kerja cepat, kedisiplinan, dan tanggung jawab mengolah informasi.

Setelah magang, Farah bekerja sebagai pegawai tetap di Humas Unesa sambil merampungkan skripsinya. Namun, dunia radio tidak pernah benar-benar hilang dari hidupnya. Ia kembali menjadi penyiar radio di JeJe Radio 105.1 sebuah mimpi masa remajanya yang akhirnya terwujud. Namun, dari sanalah ia melihat realitas lain profesi penyiar radio tidak selalu stabil secara finansial. Kesadaran itu menjadi titik refleksi sebelum ia menapaki langkah berikutnya.

Titik balik terjadi ketika seorang dosen memberi informasi bahwa sebuah stasiun televisi, TVOne tengah membuka lowongan reporter. Pada awalnya, Farah ragu. Ia merasa dirinya tidak cukup fotogenik untuk tampil di TV. Selain itu, ia pernah berpikir bahwa suaranya lebih cocok untuk radio ketimbang hard news televisi. Namun setelah bertahun-tahun tenggelam di dunia radio dan merasa cukup kenyang pengalaman, ia memutuskan mencoba tantangan baru. Ia memberanikan diri mendaftar dan ternyata diterima sebagai reporter di TVOne. Kini ia menjalani dua peran sekaligus: reporter televisi dan penyiar radio JeJe 105.1. Suara yang dulu hanya bergema di ruang ekstrakurikuler kini terdengar di layar kaca nasional.

Bekerja sesuai passion adalah kunci kebahagiaan bagi Farah. Kerja kerasnya pun membuahkan hasil luar biasa, termasuk kesempatan untuk meliput hingga ke luar negeri. Farah ditugaskan meliput industri kosmetik dan kecantikan di Polandia atas undangan yang ditujukan kepada TVOne, dan Farah menjadi reporter yang dipilih untuk berangkat. Di Polandia, ia menelusuri industri kosmetik, mewawancarai pelaku usaha, mempelajari peluang pasar, hingga meliput tempat wisata yang jarang tersentuh media Indonesia. Langit Eropa yang dingin menjadi saksi bahwa kerja kerasnya membawanya jauh melampaui batas yang dulu ia bayangkan.

Meski telah tampil di televisi nasional dan pernah menginjakkan kaki di Eropa, pencapaian terbesar Farah bukanlah itu. Melainkan momen ketika ia membawa keluarganya berlibur ke luar negeri dari hasil jerih payahnya sendiri. Bagi Farah, bukan hanya diukur dari pencapaian karier atau seberapa jauh ia melanglang buana. Kesuksesan adalah ketika hasil kerja keras bisa dibagi kepada orang-orang terkasih. Momen melihat senyum bangga orang tua dan kebahagiaan saudara-saudaranya saat menikmati perjalanan tersebut adalah reward terbesar yang ia dapatkan.

Perjalanan Farah menunjukkan bahwa mimpi harus diperjuangkan, bukan sekadar dibiarkan menjadi cita-cita. Tidak harus besar di awal. Tidak harus sempurna. Yang penting adalah keberanian untuk melangkah.

Kini, Farah terus berkarya sebagai reporter muda yang bersinar. Kisahnya menjadi pengingat bahwa masa depan bisa dibentuk dengan tangan sendiri. Dari radio kampus, MC kecil-kecilan, pekerjaan paruh waktu, hingga magang dan pengalaman profesional semua langkah kecil itu membentuk jalan menuju karier yang kini ia jalani. Suaranya, yang dulu hanya terdengar di ruang kecil sekolah, kini menjadi suara yang menginspirasi banyak orang.

 ---

Aisya Kurrotuain
Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Balik Mikrofon Hingga Layar Kaca: Kisah Inspiratif Farah Manhillah Meraih Mimpi di Dunia Broadcasting

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now