PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM: Desa Sukolelo, Kecamatan Prigen, menjadi desa ke-17 yang mendapat kunjungan tim penilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan. Kegiatan yang berlangsung meriah ini diawali dengan penyambutan hangat oleh siswa-siswi SDN 1 Sukolilo yang mengenakan busana adat Nusantara serta seragam merah putih sambil membawa bendera. Menyimbolkan semangat nasionalisme generasi muda
Suasana kian semarak saat MC acara, dengan gaya khas berbahasa Jawa layaknya dalam prosesi pernikahan, memandu jalannya kegiatan. Lagu kebangsaan Indonesia Raya hingga Mars PKK menggema di Balai Desa Sukolilo.
Tim juri tidak hanya menilai namun juga mencanangkan Kampung Pancasila untuk desa Sukolelo di kecamatan Prigen.
Camat Prigen, Ivan Gunadi, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya lomba Kampung Pancasila sebagai ruang pertemuan nilai kebangsaan, agama, dan budaya.
“Dengan adanya lomba Kampung Pancasila, kita ingin meneguhkan persatuan, menjaga NKRI, dan menanamkan semangat nasionalisme sejak dini. Di Sukolilo, keberagaman agama dan adat yang tumbuh—Islam, Kristen, Hindu, hingga kejawen—menjadi kekayaan yang harus terus dilestarikan,” tegasnya.
Kepala Desa Sukolelo, Muhammad Nurmaidin, menjelaskan bahwa pencanangan Kampung Pancasila adalah bagian dari tanggung jawab pemerintah desa dalam menanamkan nilai luhur bangsa.
“Kami mewakili 11 desa dan 3 kelurahan di Kecamatan Prigen. Sukolilo sendiri terdiri dari 6 dusun, 21 RT dengan penduduk sekitar 4.900 jiwa. Kami memiliki bukit doa untuk warga. Mayoritas warga adalah petani, dengan hasil bumi beragam seperti padi, jagung, dan kedelai. Kebersamaan menumbuhkan persatuan. Inilah wujud Pancasila yang hidup di tengah masyarakat Sukolelo,” tuturnya.
Ketua Karang Taruna Sukolelo, Rizal Bachtiar Muhlisin, turut menyampaikan profil desa. Terletak di kaki Gunung Arjuno, Sukolilo dikenal sebagai “Kampung Herbal” dengan sumber air melimpah serta kekayaan seni budaya seperti ludruk, bantengan, dan terbang jidor.
Konsep edukasi herbal menjadi daya tarik utama. Warga tanpa memandang latar belakang—mulai petani, ibu rumah tangga, hingga pelaku UMKM—bersama-sama membudidayakan, mengolah, hingga memasarkan produk herbal. Dari pekarangan rumah hingga lahan pertanian, warga mengembangkan ketahanan pangan sekaligus memanfaatkan tanaman obat keluarga (TOGA).
Menarik sebagai destinasi, sering pula dikunjungi warga luar, untuk studi atau sekedar wisata. Disampaikan pula terdapat homestay untuk pengunjung.
"Sehari hanya 100 ribu sampai 150 ribu pengunjung bisa menikmati menginap di kampung herbal," ujar ketua kartar sembari menjelaskan dari mahasiswa dan kampus sering datang.
Tradisi kebudayaan seperti sedekah bumi dan sedekah sumber tetap dijalankan sebagai wujud rasa syukur, sekaligus memperkuat nilai gotong royong.
Selain itu, keberagaman umat beragama di Sukolelo juga ditandai dengan hadirnya Bukit Doa sebagai tempat peribadatan umat Nasrani yang tumbuh harmonis berdampingan dengan masyarakat mayoritas Muslim.
Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Pasuruan, Nurul Huda, yang hadir bersama jajaran tim penilai menyampaikan apresiasi tinggi terhadap Sukolilo.
“Kami ingin melihat langsung bagaimana Pancasila dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Dari paparan hingga penyambutan, terlihat nilai Pancasila tetap mengakar kuat. Inilah yang menjadi motivasi untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur bangsa,” ungkapnya.
Acara semakin syahdu dengan doa lintas agama. H. Nurhasan memimpin doa kejawen, Agus Mardiko memanjatkan doa dengan tata cara Nasrani, dan Suliono mewakili umat Islam. Hal ini menjadi bukti nyata toleransi yang hidup di Sukolilo.
Turut hadir dalam acara ini Ketua AKD (Asosiasi Kepala Desa Prigen) Wahono. Menyampaikan desa Sukolelo menginspirasi.
"Kampung Pancasila Sukolelo menginspirasi untuk bisa diterapkan di desa desa lain. Terutama penanaman nilai-nilai Pancasilanya agar semakin tumbuh subur di masyarakat," tutur Wahono.
Selanjutnya, rombongan tim penilai diajak meninjau langsung Kampung Herbal yang menjadi ikon Sukolilo. Di sana ditampilkan berbagai tanaman herbal, demo pengolahan, hingga produk yang dihasilkan oleh masyarakat.
Juri mengunjungi 4 RT yang kesemuanya memiliki Taman Toga dengan keunggulan masing-masing.
Menariknya, warga perempuan diberi edukasi memijat pula oleh bidan, sehingga kemampuan mengolah tanaman herbal lengkap dengan keterampilan memijat, refleksi kata salah satu kader.
"Saya praktekkan untuk suami dan keluarga biar tidak mudah sakit, disamping minum jamu herbal bikinan sendiri," ujar Kader Muslihah ketika praktek memijit seorang juri.
Tim juri terdiri dari Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Pasuruan Nurul Huda, Ketua FPK Kabupaten sekaligus Kader JPM (Jejaring Panca Mandala) BPIP Ahmad Bayhaqi Kadmi (Gus Bay), Staf ahli TP PKK kabupaten Pasuruan Setyowati ( Bu Wati ) dan Sekretaris Budi Rahayu ( Bu Ayu ), perwakilan Polres Kabupaten Pasuruan Imron Rosyidi, serta perwakilan Kodim Pasuruan Joko.
Dengan segala potensi alam, budaya, dan toleransinya, Sukolelo menghadirkan gambaran nyata tentang bagaimana nilai Pancasila tumbuh dari masyarakat. Desa ini bukan hanya menjadi bagian dari lomba, tetapi juga cerminan kekuatan kebangsaan yang lahir dari kebersamaan, keberagaman, dan gotong royong. Ans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?