Banner Iklan

Ngadiwono Tosari, Desa Kedelapan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Diwarnai Doa 3 Agama

Anis Hidayatie
02 September 2025 | 05.23 WIB Last Updated 2025-09-02T13:38:08Z


Ngadiwono Tosari, Desa Kedelapan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Doa 3 Agama

PASURUAN – Desa Ngadiwono, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, menjadi desa kedelapan yang dikunjungi tim penilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan 2025, Senin (1/9/2025). Perjalanan menuju desa yang terletak di lereng Gunung Bromo itu bukan tanpa tantangan. Jalanan berkabut, kanan kiri jurang, membuat rombongan juri ekstra hati-hati hingga tiba di lokasi.


Setibanya di Ngadiwono, tim juri disambut hangat dengan pengalungan syal rajut karya warga setempat. 


Selanjutnya, disambut dekorasi burung Garuda, tim juri terdiri  dari Plt Kasi Poldagri Titin dari Kesbangpol, Gus Bayhaqi  Ketua FPK (Forum Pembauran Kebangsaan) Kabupaten Pasuruan sekaligus kader JPM Kader JPM (Jejaring Pancasila Mandala) BPIP ( Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Sekretaris Pokja 3 Ayu dan Indah dari PKK Kabupaten. 
berjalan menuju balai desa, acara, pembukaan berlangsung di balai desa pula.


Penampilan paduan suara mewarnai, juga doa bersama oleh tiga tokoh agama: Islam, Kristen, dan Hindu.

Kepala Desa Ngadiwono, Atim, mempresentasikan langsung keunggulan desanya di hadapan juri.

“Terima kasih dan selamat datang kepada tim juri. Alhamdulillah, sebagai Kampung Pancasila, desa kami selalu dalam kondisi kondusif,” ujarnya.


Camat Tosari, Bachtiar, juga menyampaikan bahwa Ngadiwono sejatinya sudah menghidupi nilai Pancasila jauh sebelum adanya lomba.

“Ngadiwono meskipun tidak lomba, sudah Pancasila. Yang lebih penting adalah keseharian warganya. Dari sejarahnya, suasana dan orang-orangnya, saya yakin nilai itu sudah mendarah daging. Walaupun support kami minimal karena baru selesai acara Karo dan sinoman, saya jamin Ngadiwono adalah Kampung Pancasila,” tegasnya.

Juri lomba, Gus Bay, menegaskan bahwa esensi lomba bukanlah soal perebutan juara.
“Yang lebih penting dari lomba Kampung Pancasila ini, juara bukan segalanya tapi penilaian utama ada pada nilai-nilai kearifan lokal." 

 “Dekorasi boleh ada, tapi yang paling penting adalah kebudayaan, makanan, sejarah. Semua itu harus ditulis, mungkin kelak bisa jadi buku kearifan lokal dengan pengantar Bapak Bupati,” imbuh Gus Bay.

Ngadiwono ditetapkan sebagai Desa Sadar Kerukunan Antar Umat Beragama pada 2022. Kehidupan lintas iman sudah menjadi tradisi: perangkat desa hadir dalam kebaktian gereja, pengajian akbar, hingga upacara umat Hindu. Dalam setiap kegiatan, pengamanan dilakukan secara gotong royong oleh pecalang (Hindu), Banser (Islam), dan unsur Kristen.

Pernah pula dilakukan penandatanganan prasasti oleh Menteri Agama RI sebagai pengakuan atas harmoni tersebut. 


Gotong royong menjadi tradisi, mulai dari kerja bakti, pembangunan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), hingga pembuatan fasilitas umum.


Dari sisi ekonomi, Ngadiwono dikenal sebagai sentra pertanian kentang, wortel, kubis, dan brokoli. Produk olahan seperti keripik kentang menjadi ikon UMKM lokal. Geografisnya yang unik membuat desa ini memiliki daya tarik wisata: jika Bromo terkenal dengan sunrise, maka Ngadiwono justru memikat dengan sunset-nya yang indah.

Masyarakat Ngadiwono juga menjaga tradisi budaya yang sudah turun-temurun. Kegiatan adat lima tahunan masih berlangsung, sementara ritual Bari’an tetap digelar setiap bulan sekali pada Jumat Legi. 


“Ini adalah bentuk pelestarian budaya yang terus hidup di tengah masyarakat,” kata Kades Atim.

Dengan nilai kerukunan antarumat beragama, gotong royong, ekonomi yang berkembang, serta pelestarian adat yang terjaga, Ngadiwono membuktikan dirinya sebagai desa yang benar-benar menghidupi Pancasila. Acara penilaian pun ditutup dengan doa tiga agama, sebuah simbol bahwa perbedaan justru memperkokoh persatuan.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ngadiwono Tosari, Desa Kedelapan Dinilai Lomba Kampung Pancasila Kabupaten Pasuruan, Diwarnai Doa 3 Agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now