Banner Iklan

Numerasi tak Sekeren Media Sosial

Admin JSN
27 Juni 2025 | 23.33 WIB Last Updated 2025-06-27T16:33:16Z

cr: dikdasmen

Rina Musfiroh: Pentingnya numerasi bagi Gen Z, bukan hanya sekadar angka, tetapi bekal utama untuk menghadapi tantangan di era digital.

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Generasi Z (Gen Z) dan media sosial memiliki hubungan yang sangat erat. Gen Z yang tumbuh di era digital dan media sosial menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari mereka. Bahkan di MA Nurul Ulum Kota Malang, berlatar belakang pondok pesantren, 95 %  peserta didik memiliki media sosial seperti facebook, instragram, snapchat, dll. Apalagi madrasah lain yang tidak ada larangan menggungkan smartphone. Gen Z tidak hanya bergantung pada teknologi dan informasi digital, tetapi juga memerlukan pengetahuan numerasi untuk memproses dan memahami data yang kompleks yang mereka temui secara online, termasuk data keuangan, statistik kesehatan, dan informasi lainnya. Sehingga sangat penting Gen Z , tidak hanya menguasai teknologi berbasis digital, tetapi juga wajib menguasai pengetahuan numerasi.  

Nyarisnya, ketika saya mengajar kimia yang membutuhkan pengetahuan numerasi dasar, selalu ada peserta didik yang mengeluhkan sulitnya perhitungan dasar. Bahkan tidak jarang dari meraka sangat membenci mata pelajaran yang berbasis numerasi. Sementara itu, pengetahuan numerasi sangat penting dan wajib di dalam kehidupan sehari-hari. Numerasi tidak sekedar perhitungan yang bisa tergantikan dengan kalkulator, tetapi numerasi dapat meningkatkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan konsep matematika dalam menyelesaikan berbagai masalah di kehidupan sehari-hari.

Rendahnya kemampuan numerasi memiliki dampak yang signifikan, baik secara individual maupun bagi kemajuan bangsa. Secara individual, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan fakta. Rendahnya numerasi juga dapat menghambat kemampuan peserta didik untuk memahami konsep matematika dan menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks, akibatnya peserta didik kurang percaya diri menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan angka.

Rendahnya kemampuan numerasi juga dapat menjadi hambatan serius dalam menghadapi persaingan global. Tanpa numerasi yang kuat, generasi muda akan kesulitan beradaptasi dengan tuntutan industri global yang semakin kompleks. Selain itu, lemahnya numerasi juga mengurangi kemampuan seseorang dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi, yang merupakan fondasi pembangunan global. Oleh karena itu, peningkatan literasi numerasi menjadi kunci untuk mencetak sumber daya manusia yang siap bersaing secara internasional.

Sebagai seorang guru kimia, tidak heran menginginkan numerasi menjadi bagian penting dalam kehidupan peserta didik, dan sejajar dengan ketertarikan mereka terhadap media sosial. Lantas, bagaimana cara numerasi menjadi penting, disamping teknologi canggih siap menemani peserta didik? Kalkulator grafik, perangkat lunak statistik yang kompleks atau bahkan kecerdasan buatan sangat menarik dan lebih mudah dipelajari bagi mereka. Belajar menjadi gaming, youtuber, konten kreator, lebih menjanjikan masa depan dibandingkan belajar operasi aritmatika, menghitung luas dan keliling bangun datar. Pertanyaan selanjutnya, apakah balajar matematika masih relevan, ketika teknologi hadir semakin cepat?

Peran guru sangat penting dalam mendidik Gen Z mengenai numerasi dan media sosial. Guru harus mampu mengadaptasi metode pembelajaran, memanfaatkan teknologi, dan memberikan arahan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik Gen Z. Guru perlu beralih dari metode pembelajaran konvensional (seperti ceramah) ke metode yang lebih interaktif dan berbasis kolaborasi. Ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi pembelajaran online, permainan edukatif, dan platform daring, untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan bagi Gen Z.  

Selain itu, pendidik harus memahami tujuan numerasi itu sendiri. Karena tujuan numerasi adalah memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, maka dalam penguatan numerasi juga harus pembelajaran berbasis masalah. Soal atau pun masalah numerasi yang diberikan tidak bisa langsung diselesaikan hanya berbekal rumus dan perhitungan biasa, namun juga memerlukan kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Sehingga pembelajaran matematika haruslah pembelajaran yang konstektual sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi mereka.

Numerasi memang tak semenarik media sosial di mata Gen Z, namun bukan berarti ia tidak penting. Justru di tengah derasnya arus informasi digital, kemampuan numerasi menjadi hal yang harus dipelajari. Tantangan bagi pendidik saat ini bukan sekadar mengajarkan angka, tetapi mengemas numerasi menjadi relevan, kontekstual, dan dekat dengan dunia peserta didik. Dengan pendekatan pembelajaran yang kreatif, kolaboratif, dan berbasis masalah, kita dapat menjadikan numerasi bukan sebagai hantu, tetapi sebagai bekal utama menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Saatnya menjadikan numerasi sekeren media sosial, bahkan lebih bermakna.


Rina Musfiroh, S.Si.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Numerasi tak Sekeren Media Sosial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now