cr: dikdasmen |
Rina Musfiroh: Pentingnya numerasi bagi Gen Z, bukan hanya sekadar angka, tetapi bekal utama untuk menghadapi tantangan di era digital.
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Generasi Z (Gen
Z) dan media sosial memiliki hubungan yang sangat erat. Gen Z yang tumbuh
di era digital dan media sosial menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Bahkan di MA Nurul Ulum Kota Malang, berlatar belakang
pondok pesantren, 95 % peserta didik memiliki
media sosial seperti facebook, instragram,
snapchat, dll. Apalagi madrasah lain yang tidak ada larangan menggungkan smartphone. Gen Z tidak hanya bergantung
pada teknologi dan informasi digital, tetapi juga memerlukan pengetahuan numerasi
untuk memproses dan memahami data yang kompleks yang mereka temui secara
online, termasuk data keuangan, statistik kesehatan, dan informasi lainnya.
Sehingga sangat penting Gen Z , tidak hanya menguasai teknologi berbasis
digital, tetapi juga wajib menguasai pengetahuan numerasi.
Nyarisnya, ketika saya mengajar kimia yang membutuhkan
pengetahuan numerasi dasar, selalu ada peserta didik yang mengeluhkan sulitnya
perhitungan dasar. Bahkan tidak jarang dari meraka sangat membenci mata
pelajaran yang berbasis numerasi. Sementara itu, pengetahuan numerasi sangat
penting dan wajib di dalam kehidupan sehari-hari. Numerasi tidak sekedar
perhitungan yang bisa tergantikan dengan kalkulator, tetapi numerasi dapat
meningkatkan kemampuan untuk memahami dan menggunakan konsep matematika dalam
menyelesaikan berbagai masalah di kehidupan sehari-hari.
Rendahnya kemampuan numerasi memiliki dampak yang
signifikan, baik secara individual maupun bagi kemajuan bangsa. Secara
individual, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan yang tepat berdasarkan fakta. Rendahnya numerasi juga
dapat menghambat kemampuan peserta didik untuk memahami konsep matematika dan
menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks, akibatnya peserta didik kurang
percaya diri menyelesaikan tugas yang berhubungan dengan angka.
Rendahnya kemampuan numerasi juga dapat menjadi
hambatan serius dalam menghadapi persaingan global. Tanpa numerasi yang kuat,
generasi muda akan kesulitan beradaptasi dengan tuntutan industri global yang
semakin kompleks. Selain itu, lemahnya numerasi juga mengurangi kemampuan
seseorang dalam bidang sains, teknologi, dan ekonomi, yang merupakan fondasi
pembangunan global. Oleh karena itu, peningkatan literasi numerasi menjadi
kunci untuk mencetak sumber daya manusia yang siap bersaing secara
internasional.
Sebagai seorang guru kimia, tidak heran menginginkan numerasi
menjadi bagian penting dalam kehidupan peserta didik, dan sejajar dengan
ketertarikan mereka terhadap media sosial. Lantas, bagaimana cara numerasi
menjadi penting, disamping teknologi canggih siap menemani peserta didik?
Kalkulator grafik, perangkat lunak statistik yang kompleks atau bahkan
kecerdasan buatan sangat menarik dan lebih mudah dipelajari bagi mereka.
Belajar menjadi gaming, youtuber, konten
kreator, lebih menjanjikan masa depan dibandingkan belajar operasi aritmatika, menghitung luas dan keliling bangun
datar. Pertanyaan selanjutnya, apakah balajar matematika masih relevan, ketika
teknologi hadir semakin cepat?
Peran guru sangat penting dalam mendidik Gen Z
mengenai numerasi dan media sosial. Guru harus mampu mengadaptasi metode
pembelajaran, memanfaatkan teknologi, dan memberikan arahan yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik Gen Z. Guru perlu beralih dari metode pembelajaran
konvensional (seperti ceramah) ke metode yang lebih interaktif dan berbasis
kolaborasi. Ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi
pembelajaran online, permainan edukatif, dan platform daring, untuk membuat pembelajaran
lebih menarik dan relevan bagi Gen Z.
Selain itu, pendidik harus memahami tujuan numerasi
itu sendiri. Karena tujuan numerasi adalah memecahkan masalah kehidupan
sehari-hari, maka dalam penguatan numerasi juga harus pembelajaran berbasis
masalah. Soal atau pun masalah numerasi yang diberikan tidak bisa langsung
diselesaikan hanya berbekal rumus dan perhitungan biasa, namun juga memerlukan
kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Sehingga pembelajaran matematika haruslah
pembelajaran yang konstektual sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
relevan bagi mereka.
Numerasi memang tak semenarik media sosial di mata Gen Z, namun bukan berarti ia tidak
penting. Justru di tengah derasnya arus informasi digital, kemampuan numerasi
menjadi hal yang harus dipelajari. Tantangan bagi pendidik saat ini bukan
sekadar mengajarkan angka, tetapi mengemas numerasi menjadi relevan,
kontekstual, dan dekat dengan dunia peserta didik. Dengan pendekatan
pembelajaran yang kreatif, kolaboratif, dan berbasis masalah, kita dapat menjadikan
numerasi bukan sebagai hantu, tetapi sebagai bekal utama menghadapi masa depan
yang penuh tantangan. Saatnya menjadikan numerasi sekeren media sosial, bahkan
lebih bermakna.
Rina Musfiroh, S.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?