Banner Iklan

Emil Audero Debut Timnas Indonesia, Italia Justru Dibayangi Mimpi Buruk Gagal Lolos Piala Dunia Lagi?

Admin JSN
07 Juni 2025 | 16.23 WIB Last Updated 2025-06-07T10:22:02Z
Emil Audero Mulyadi debut Timnas Indonesia dan menjaga mimpi rakyat Indonesia untuk tampil di Piala Dunia 2026./Instagram @352id

JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM - Emil Audero Mulyadi telah menjalani debut internasional di level senior bersama Timnas Indonesia.

Emil Audero debut di Timnas Indonesia saat menghadapi China dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 putaran ketiga zona Asia.

Hasilnya, Indonesia menang 1-0 atas China di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta pada Kamis (5/6) lalu.

Penampilan Emil Audero pun disorot warganet Indonesia karena mampu tampil apik dalam laga debut yang tentu tidak mudah.

Tetapi, penjaga gawang 28 tahun ini menunjukkan kualitas dan pengalamannya. Termasuk saat menggagalkan tembakan akurat satu-satunya China yang berbahaya ke gawang Indonesia.

Penyelamatan tersebut sangat berarti bagi Indonesia karena jika tendangan itu menjadi gol, maka skornya menjadi seri 1-1. Bahkan, bisa saja akan lebih buruk bagi Indonesia karena momentum akan didapat China.

Maka dari itu, Emil turut mendapat rating tinggi bahkan menjadi pemain terbaik ketiga di pertandingan tersebut menurut FotMob.

Dengan kinerja apik Emil dan Indonesia berhasil menang atas China, maka Garuda kini lolos ke putaran keempat. Artinya, Indonesia masih punya peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026.

Tentu ini menjadi harapan yang baik bagi publik Indonesia.

Ketika Emil Audero sedang berjuang membawa Indonesia lolos ke Piala Dunia 2026, negara tempat ia tumbuh-berkembang yakni Italia justru sedang dibayangi potensi buruk gagal lolos Piala Dunia untuk ketiga kali beruntun.

Italia terakhir kali bermain di Piala Dunia pada 2014 Brasil dan absen pada 2018 Rusia serta 2022 Qatar.

Italia dan Emil Audero bukan hubungan baru, karena Italia adalah negara tempat kiper bertinggi badan 192 cm ini tumbuh dan berkembang.

Setelah ia lahir di Lombok dan sempat tinggal beberapa saat di Praya, Nusa Tenggara Barat, Emil pindah ke Italia bersama ibunya yang merupakan orang Italia.

Di Negeri Pisa ini Emil ditempa menjadi penjaga gawang potensial, termasuk bergabung dengan akademi Juventus sejak 2008, saat usianya 11 tahun.

Emil mulai masuk tim senior pada November 2014 di usianya ke-17 tahun. Menariknya, Emil Audero pernah dibawa Pelatih Massimiliano Allegri ke Stadion Gelora Bung Karno Jakarta saat pertandingan persahabatan Juventus melawan ISL All Star pada 6 Agustus 2014.

Saat itu, ia menjadi kiper ketiga setelah Gianluigi Buffon dan Marco Storari, namun tidak bermain.

Kemudian, Emil mendapat kontrak profesional dengan Juventus pada usianya ke-18 tahun untuk menatap musim 2015/16 dan masuk skuad untuk pertandingan Eropa. Walau kemudian, ia masih belum bisa mendapat menit bermain di tim senior.

Emil baru mendapat kesempatan bermain pada laga terakhir Juventus pada musim 2016/17 saat Si Nyonya Tua--julukan Juventus--menang 2-1 atas Bologna.

Kesempatan itu kemudian menjadi modal berharga Emil untuk dipinjam Venezia yang bermain di Serie B pada musim 2017/18. Ia pun langsung menjadi kiper andalan klub yang enam tahun kemudian diperkuat pemain Indonesia lain, yakni Jay Idzes.

Usai menjadi kiper nomor satu Venezia, Emil dipinjam Sampdoria yang bermain di Serie A pada musim 2018/19. Di sinilah potensi Emil sebagai salah satu kiper masa depan Italia muncul. Sebab, ia juga langsung menjadi kiper utama Il Samp.

Sampdoria pun tidak ingin melewatkan momentum untuk mendapatkan jasa Emil di bawah mistar gawangnya. Mereka kemudian menebus Emil Audero dengan biaya transfer 20 juta euro kala itu yang jika dikurs Rupiah sekarang senilai 373 miliar.

Maka, sejak 2019/20, Emil Audero menjadi kiper utama Sampdoria dan bahkan di kemudian hari ia menjadi salah satu kapten tim di antara nama-nama senior seperti Fabio Quagliarella, Antonio Candreva, hingga Manolo Gabbiadini.

Emil Audero pernah bersaing dengan kiper-kiper papan atas di Serie A yang diantaranya adalah rekan seangkatan di tim U-21 Italia, Alex Meret (28 tahun) dan kiper Polandia, Wojciech Szczesny (35 tahun).

Ia dikenal sebagai salah satu kiper Serie A saat itu yang bagus dalam menggagalkan tendangan penalti lawan. Bahkan, salah satunya adalah tendangan penalti Edin Dzeko saat membela AS Roma.

Tendangan penalti Edin Dzeko saat membela AS Roma pernah digagalkan Emil Audero yang mengawal gawang Sampdoria./Instagram @emil_audero

Menariknya lagi, performa apik Emil bareng Sampdoria pernah menjadi pertimbangan bagi tiga tim Serie A kala itu untuk memboyongnya. Yaitu, Lazio, Inter Milan, dan Atalanta.

Merujuk pada berita 2021 dari media Italia Laziali, tiga klub tersebut tertarik mendatangkan Emil setelah bermain 37 pertandingan pada musim 2020/21.

"Lazio, Inter, dan Atalanta semua tertarik kepada penjaga gawang Sampdoria Emil Audero. Audero 24 tahun yang dikontrak Sampdoria hingga 2026 telah membuat 37 penampilan di Serie A musim ini, untuk total 3.330 menit," tulis Laziali pada 22 Juni 2021.

Bukan hanya itu, Emil Audero pernah masuk ke dalam daftar 50 pemain masa depan yang patut dilihat menurut UEFA pada 2019.

Potensi yang besar membuat pemilik nama lengkap Emilio Audero Mulyadi ini pernah masuk bursa calon penjaga gawang Timnas Italia selepas legenda Gianluigi Buffon pensiun dari timnas.

Secara alur sudah tepat, karena Emil Audero telah bermain bersama Italia U-15 hingga U-21. Bahkan, ia menjadi salah satu kiper andalan U-21 yang lazimnya menjadi pintu masuk bagi regenerasi tim nasional senior di Eropa.

Emil Audero saat memperkuat Timnas Italia U-21./Instagram @emil_audero

Tetapi, kehadiran kiper muda berbakat Gianluigi Donnarumma (26 tahun) tampak menjadi pengubah skenario Emil Audero untuk naik kelas ke tim senior Italia.

Bahkan, tidak hanya bagi Emil, melainkan juga bagi Alex Meret yang sejak 2019 hanya bermain tiga kali di Azzurri senior.

Sedangkan, Donnarumma sudah debut senior sejak 2016 dan hingga kini memainkan 73 pertandingan bareng Azzurri. Ia saat ini juga menjadi kapten Italia.

Keberadaan bocah ajaib dari didikan AC Milan ini membuat kiper-kiper yang lebih senior langsung 'gulung tikar'.

Salvatore Sirigu (38 tahun) yang idealnya langsung mendapat tongkat estafet Buffon justru mulai menjadi 'cadangan mati'. Praktis mantan kiper Paris Saint-Germain yang kini pulang ke Palermo, hanya pernah bermain 28 kali sejak 2010 hingga 2021.

Mattia Perin (32 tahun) juga senasib. Ia bahkan lekas pensiun di timnas Italia setelah hanya bermain dua kali dalam kurun waktu 2014-2018.

Di atas kertas, Italia tidak kehabisan stok penjaga gawang berkualitas selain Alex Meret yang masih setia menjadi cadangan Donnarumma.

Saat ini ada Guglielmo Vicario (28 tahun), Michele Di Gregorio (27 tahun), Ivan Provedel (31 tahun), dan Marco Carnesecchi (24 tahun).

Di antara mereka hanya Vicario yang sempat tampil empat kali setelah debut pada 2024. Namun, yang lain belum merasakan debut bersama Italia.

Artinya, selama masih ada Donnarumma, kiper lain akan susah untuk mendapat tempat di bawah mistar gawang Italia.

Apalagi, Donnarumma berhasil meraih gelar juara Liga Champions bareng PSG, prestasi klub yang belum bisa dirasakan kiper Italia lain saat ini ketika menjadi penjaga gawang utama klubnya.

Hanya saja, pada sisi lain, Italia juga dibayang-bayangi dengan mimpi buruk gagal lolos ke Piala Dunia untuk ketiga kali beruntun.

Kekalahan telak 0-3 dari tuan rumah Norwegia pada Sabtu (7/6) dini hari WIB dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Eropa menjadi alarm bagi tim asuhan Luciano Spalletti.

Pertandingan tersebut menunjukkan bahwa Italia sedang krisis pemain berkualitas dan matang pada tiga sektor di depan kiper. Apalagi, ketika harus bermain cepat menghadapi tim-tim Eropa lain yang mulai gemar bermain pragmatis di turnamen antarnegara.

Spalletti memang melakukan regenerasi pada timnas Italia, namun pemain-pemain yang dibawa mayoritas belum merupakan pemain yang sangat diandalkan di level klub.

Praktis, hanya Alessandro Bastoni, Federico Dimarco, Destiny Udogie, Sandro Tonali, Nicolo Barella, Mateo Retegui, dan Riccardo Orsolini yang merupakan pemain muda-matang yang menjadi andalan klub Italia dan Eropa.

Selebihnya, mereka belum menjadi pemain terbaik di Italia dan bahkan masih ada yang sering bermain sebagai pemain pengganti (super-sub), seperti Giacomo Raspadori di Napoli dan Davide Frattesi di Inter Milan.

Inilah mengapa, kekalahan dari Norwegia dapat menjadi sinyal waspada bagi Italia jika mereka tidak ingin gagal ke Piala Dunia untuk ketiga kali beruntun.

Sedangkan, pada sisi lain, kini Emil Audero sudah memusatkan fokusnya untuk bisa membawa Indonesia tampil di Piala Dunia 2026.

Menarik ditunggu, apakah Indonesia dan Italia akan lolos ke Piala Dunia 2026, atau justru hanya Indonesia yang akan mewujudkan mimpi untuk tampil di Piala Dunia setelah 1938. ***

Penulis: YAN


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Emil Audero Debut Timnas Indonesia, Italia Justru Dibayangi Mimpi Buruk Gagal Lolos Piala Dunia Lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now