Banner Iklan

Bangkit dari Tekanan dan Fitnah: Kisah Vera Churniawati Melawan Tuduhan Penggelapan Uang dari Seorang Oknum Distributor LKS

Admin JSN
25 Juni 2025 | 15.41 WIB Last Updated 2025-06-25T08:41:32Z
Foto hanya ilustrasi

Inilah kisah seorang guru bernama Vera Churniawati melawan tuduhan penggelapan uang dari seorang oknum distributor LKS

ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Peristiwa pahit yang dialami Vera Churniawati, S.Pd., pada tahun 2020 menjadi salah satu titik terberat dalam hidupnya. Guru di sebuah madrasah swasta di Malang ini harus menghadapi tuduhan penggelapan uang dari seorang oknum distributor Lembar Kerja Siswa (LKS). Kasus tersebut tidak hanya menyeret namanya, tetapi juga menghancurkan ketenangan keluarga, lingkungan sosial, dan pekerjaannya.

Inilah kisahnya

6 Februari 2020,

Harusnya hari ini banyak bahagia yang kudapatkan dari suami, anak-anak, teman-teman dan murid-muridku. Nyatanya hari ini aku menyusuri jalan raya ini sendirian dengan mata berkaca-kaca dan dada sesak karena menahan beban yang kurasakan sendiri selama berhari-hari. Saat ini yang kupunya hanya Allah. Suami dan keluarga suami yang selama ini menjadi bentengku malah menjadi orang nomor satu yang menyalahkanku. Ibu dan anak-anak yang tak tahu apa-apa juga kena imbas dari pergunjingan tetangga kanan kiri karena seringnya aku didatangi orang-orang kekar berjaket kulit. Yang menambah kesedihanku, teman-teman di tempat mengajar pun seakan menjauhiku karena takut kena imbas juga. Ironisnya pemimpin di sekolah yang kuanggap orang tua pun tidak memberiku dukungan atau solusi apapun yang meringan kan bebanku saat itu.

Saya mengenal beliau sebagai pemilik usaha penerbitan yang cukup besar di Malang Raya. Seiring dengan berjalannya waktu, aku menjadi kepanjangan tangan beliau untuk menawarkan LKS ke sekolah-sekolah. Akhirnya tanpa butuh waktu yang lama, beberapa sekolah telah menjadi pelanggan kami atas jasaku. Saat operasional dipegang oleh salah satu kerabat beliau, jasa yang biasa saya terima menjadi tidak jelas sehingga saya pun menjalankan kerja sama tersebut sama seperti sebelumnya. Namun ternyata setelah beberapa tahun berjalan, tiba-tiba saya diberi surat peringatan untuk mengembalikan uang returan LKS yang jumlahnya puluhan juta. Karena saat itu kondisi perekonomian keluarga saya juga sedang tidak baik-baik saja maka saya tidak mengindahkan surat peringatan itu sebab tidak ada yang bisa saya bayarkan. Dan lagi, saya merasa tidak punya kewajiban untuk membayar returan tersebut karena itu adalah hak saya selama menjadi distributor. Akhirnya segala cara mereka lakukan untuk menekan saya, diantaranya mengirim beberapa Debt Collector ke rumah dan ke sekolah. Bahkan pernah saya ditekan untuk menandatangani surat pernyataan kalau saya bersalah. Tapi hal itu tidak saya indahkan. Saya tetap bersikeras bahwa apa yang saya peroleh adalah memang hak saya atas jasa mendistribusikan LKS selama ini.

Karena tekanan dari Debt Collector itulah, kehidupan saya hancur. Rumah tangga saya berantakan, saya dan anak-anak diusir dari rumah dan pulang ke rumah ibu. Saya juga menjadi tidak nyaman berada di sekolah karena teman-teman menjauhi saya.  

Hari ini saya menghadap owner penerbit LKS yang saya tahu adalah orang yang baik, dermawan dan sangat bijaksana. Saya ceritakan segalanya, saya sertakan bukti-bukti dan memohon dengan segala kerendahan hati, untuk meminta penyelesaian kasus ini. Akhirnya setelah 3 kali pertemuan, saya diberi solusi oleh beliau. Dengan perhitungan fifty-fifty akhirnya saya menyetujui untuk mengembalikan returan LKS dengan mencicil setiap bulan semampunya. 

Pulang dari rumah beliau, hari itu , masih segar dalam ingatan saya, hujan rintik-rintik menemani linangan air mata saya yang tak henti berucap hamdalah mensyukuri segala yang telah Allah berikan pada saya hari itu. Hingga beban di pundak saya mampu Allah angkat satu per satu. Hari berikutnya saya kuatkan diri mengambil langkah untuk memutuskan tidak lagi mengurusi masalah keuangan sekolah dalam bentuk apapun, baik uang LKS, uang kas kelas, uang arisan, uang modul dan sebagainya. Semuanya saya serahkan kepada orang lain. Saya paham benar posisi saya saat itu memang bukan orang yang baik jadi saya meneguhkan hati untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dengan tidak bergulat dengan keuangan sekolah. Ditambah lagi perekonomian keluarga saat itu yang sedang tidak baik karena saat itu saya harus menanggung sendiri biaya hidup dan biaya sekolah 5 anak saya, 1 anak di TK, 1 anak di SD, 1 anak di SMP dan 2 anak di SMA. Dunia tidak butuh penjelasan dari orang-orang seperti kami yang kekurangan dan penuh keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Apalagi honor guru madrasah swasta saat itu sebulan kurang lebih Rp200.000. Saat itu saya mengajar di MTs dan MA yang sebulannya mendapat honor kuarang lebih Rp500.000,- .

Sekali lagi Allah Maha BAik, Allah Maha Kaya, Allah MAHA Rohman dan Rohiim…

Satu per satu masalah saya terselesaikan dan walaupun ada beberapa tidak sesuai keinginan saya tetapi saya yakin itu semua yang terbaik dari Allah maka pasti saya jalani dengan bahagia.


Salam Santun,

Vera Churniawati, S.Pd.









Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bangkit dari Tekanan dan Fitnah: Kisah Vera Churniawati Melawan Tuduhan Penggelapan Uang dari Seorang Oknum Distributor LKS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now