Oleh: Anis Hidayatie
ARTIKEL| JATIMSATUNEWS.COM: Tiga tahun perjalanan bukan waktu yang singkat, terlebih bagi sebuah inisiatif pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan yang lahir dari keterbatasan dan semangat gotong royong.
Perayaan ulang tahun ke-3 Alas Veenuz di Trawas pada Sabtu 27 Mei 2025 menjadi penanda penting yang bukan hanya sarat euforia, tetapi juga kontemplasi kolektif atas jejak langkah yang telah tertoreh dan harapan yang terus digenggam.
Acara pagi dimulai dengan seremonial dihadiri tokoh penting mulai Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, diwakili oleh Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Provinsi Jawa Timur Dr.Ir Jumadi,MMT, Anggota DPD RI Dr. LIA ISTIFHAMA, S.Sos.I., S.Sos, S.H.I, M.E.I atau Ning Lia, Bupati Mojokerto, Dr. H. Muhammad Al-Barra, Lc. M. Hum (Gus Bara), Wakil Bupati dr. Muhammad Rizal Octavian, Adm KPH Pasuruan Ivan Cahyo , Kadis LH Muhammad Zaky.
Serta pejabat setempat Camat, Kapolsek dan jajaran samping. Menjadi cermin Alas Veenuz diakui eksistensinya. Sah kelegalannya, aman dan nyaman untuk beroperasi sebagai destinasi wisata.
Bukan hanya datang namun melakukan sesuatu, para tokoh tersebut bersama-sama melakukan penanaman pohon sebagai simbol komitmen terhadap kelestarian lingkungan.
Puncaknya, refleksi mengemuka saat malam tiba, dalam forum Talk Show Ngopi Kebangsaan Berwawasan Lestari Lingkungan. Forum ini menghadirkan dialog hangat dan mendalam bersama tokoh-tokoh seperti Ning Lia Istifhama—Anggota DPD RI yang juga keponakan Gubernur Khofifah Indar Parawansa, Gus Baihaqi Kadmi (Gus Bay)—Ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Pasuruan, Perwakilan direksi Alas Veenuz, termasuk Rahman dan Ismail saksi hidup dari lahirnya ekowisata ini.
Hadir pula perwakilan dari KPH Pasuruan dan Perhutani sebagai mitra utama pengelolaan kawasan hutan ADM (Administratur) Ivan Cahyo, Juga Sahlan Azwar, advokat yang menyampaikan siap membela jika Alas Veenu butuh dampingan soal hukum.
Dari Warung Pinggir Hutan ke Ekowisata Inspiratif
Mengisahkan kilas balik, 2 direksi, Ismail dan Rahman memaparkan bagaimana embrio Alas Veenuz bermula dari deretan warung-warung kecil di pinggir kawasan hutan yang tidak tertata. Perhutani kemudian mendorong agar warung-warung ini membentuk lembaga formal, hingga lahirlah CV Alas Veenuz.
Visi pengelolaan berkembang; bukan sekadar menata warung, tapi menciptakan kawasan wisata berbasis alam yang menyatu dengan pelestarian lingkungan.
Berbekal tekad dan semangat kolektif, sembilan orang dengan latar belakang beragam—dari pedagang warung hingga pensiunan—merintis dari nol, bahkan saat pandemi COVID-19 melanda. Modal awal bukan uang, tapi komitmen dan kerja keras.
“Yang kerja, baru bisa dibayar. Tapi saat itu belum ada dana, jadi kerja dicatat dulu, dibayar belakangan,” ungkap Ismail mengenang masa awal pendirian.
Kini, Alas Veenuz bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga sumber penghidupan bagi lebih dari 500 warga sekitar.
“Karyawan kami lebih dari 70 orang dan 90% berasal dari Desa Trawas sendiri,” imbuh Rahman.
Menyentuh Sisi Ekologis dan Sosial
Talk show malam di tengah hutan pinus menjadi wadah peneguhan komitmen bahwa pengelolaan kawasan hutan tidak boleh mengorbankan fungsi ekologisnya. Ivan Cahyo dari Perhutani KPH Pasuruan menegaskan bahwa kerja sama yang dilakukan mengedepankan prinsip keberlanjutan.
“Fungsi ekologi jangan dilupakan. Wisata jalan, ekonomi tumbuh, tapi penanaman pohon dan pelestarian hutan harus tetap dijalankan.”
Alas Veenuz kini diakui sebagai salah satu proyek percontohan wisata hutan berbasis masyarakat yang berhasil. Kepala Divre Perhutani Jatim bahkan menetapkannya sebagai wisata rintisan unggulan.
“Wisata berbasis komunitas seperti ini masih langka. Tapi Alas Veenuz sudah membuktikan, dari semangat kecil bisa tumbuh menjadi gerakan besar,” ujar Ivan.
Refleksi Ning Lia dan Gus Bay: Lingkungan sebagai Bentuk Cinta Tanah Air
Ning Lia Istifhama menekankan bahwa gerakan lingkungan seperti Alas Veenuz bukan hanya soal ekonomi atau wisata, tetapi juga wujud cinta Tanah Air.
“Menjaga hutan berarti menjaga masa depan bangsa. Ini bentuk nasionalisme sejati. Ekowisata adalah bentuk implementasi nilai kebangsaan dalam tindakan nyata,” tegasnya.
Gus Bay, untuk nama lengkap Bayhaqi Kadmi dalam gaya khasnya yang humoris namun sarat makna, mengajak semua pihak untuk memandang alam sebagai ruang dialog kebangsaan.
“Ngopi itu ngobrol penuh inspirasi. Tapi jangan lupa, ngopi juga harus sambil menanam. Apa yang kita tanam hari ini, akan kita tuai esok sebagai bangsa.”
Masa Depan Alas Veenuz: Komitmen dan Harapan
Perjalanan tiga tahun pertama adalah pondasi. Pengelola Alas Veenuz kini tengah mengembangkan berbagai fasilitas seperti glamping, playground, dan cottage, dengan tetap mempertahankan kearifan lokal dan keberlanjutan ekosistem hutan.
Yang paling menginspirasi adalah prinsip sosial yang tetap dijaga.
“Kami tidak semata mengejar profit. Komitmen awal kami adalah menciptakan manfaat bagi masyarakat dan menjaga alam bersama-sama,” ujar Rahman menutup sesi talk show dengan intonasi tegas.
Alas Veenuz bukan sekadar destinasi. Ia adalah narasi tentang keberanian, kebersamaan, dan kecintaan pada tanah kelahiran. Talk show Ngopi Kebangsaan telah memperkuat pesan bahwa menjaga alam dan menumbuhkan kehidupan adalah dua sisi dari satu mata uang yang sama: tanggung jawab sebagai anak bangsa.
“Dari akar perjuangan lokal, tumbuhlah harapan nasional. Selamat ulang tahun ke-3 Alas Veenuz. Teruslah menjadi oase lestari bagi negeri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?