![]() |
| Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Muhadjir Effendy |
MALANG, JATIMSATUNEWS — Persaingan pendidikan tinggi yang semakin ketat menuntut perguruan tinggi bergerak lebih lincah dan adaptif. Menyikapi hal tersebut, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar pengarahan dan pengajian bagi seluruh dosen serta tenaga kependidikan sebagai bagian dari konsolidasi internal menjelang 2026.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM, Muhadjir Effendy, menegaskan bahwa tantangan ke depan tidak bisa dihadapi dengan pola lama. Ia mengingatkan agar seluruh elemen kampus tidak terjebak dalam rasa aman akibat capaian yang telah diraih, melainkan terus menyiapkan pembaruan secara berkelanjutan.
Dalam arahannya pada Jumat, (26/12/25), Muhadjir menekankan pentingnya membangun mental tangguh dan kesiapan menghadapi perubahan. Menurutnya, kemajuan institusi selalu sejalan dengan meningkatnya tingkat kesulitan yang harus dihadapi.
Ia mengibaratkan proses pengembangan universitas layaknya aktivitas pertambangan. Semakin dalam penggalian untuk memperoleh kualitas terbaik, semakin besar pula tantangan dan biaya yang harus ditanggung. Karena itu, pembaruan sistem dinilai menjadi keharusan agar kampus tidak berulang kali terjebak pada persoalan yang sama.
“Setiap masalah harus diselesaikan dengan tuntas. Setelah itu, kita harus siap menghadapi tantangan berikutnya agar institusi terus naik kelas,” tegasnya.
Muhadjir juga mengingatkan pentingnya meninggalkan pola kerja one man show. Ia menilai keberhasilan universitas tidak ditentukan oleh satu sosok, melainkan oleh kekuatan sistem dan soliditas tim yang saling menguatkan.
Perhatian khusus juga diarahkan pada sistem penerimaan mahasiswa baru. Ia mendorong seluruh civitas akademika untuk terlibat aktif dalam proses rekrutmen sejak tahap awal. Langkah ini dipandang krusial di tengah persaingan antar perguruan tinggi yang semakin ketat, sekaligus adanya perubahan minat calon mahasiswa terhadap bidang studi tertentu.
UMM, lanjutnya, perlu berani melakukan investasi strategis, baik dalam penguatan teknologi informasi maupun peningkatan mutu layanan akademik, agar tetap kompetitif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Selain aspek manajerial, Muhadjir menegaskan bahwa ruh akademik tidak boleh tergerus. Profesionalitas, integritas keilmuan, serta tanggung jawab sosial harus tetap menjadi fondasi utama dalam setiap langkah pembaruan institusi.
Menatap 2026, ia berharap UMM dapat menjadikan momentum ini sebagai titik penguatan talenta dan sistem kerja di berbagai lini. Seluruh civitas akademika diajak untuk terus belajar, berbenah, dan menjaga nilai etika dalam menjalankan peran masing-masing.
“Capaian hari ini bukan garis finis. Ini adalah modal untuk melangkah lebih jauh dan meraih target yang lebih besar ke depan,” pungkasnya. (raf)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?