Foto bersama wisudawan
NGAWI.JATIMSATUNEWS.COM:
TPA Mumtaz Jazai dusun Tempurrejo desa Kedunggudel, kecamatan Widodaren Ngawi rayakan wisuda hadirkan pendongeng, (12/12/2025).
"Hari ini yang wisuda adalah ananda Talitha. Alhamdulillah sudah khatam iqra, selanjutnya besok mulai belajar membaca Al-Qur'an," Terang Nadia Azmi pengajar yang merupakan alumni PPTQ Qoryatul Qur'an Sukoharjo.
Diketahui Talitha mampu mengkhatamkan iqro di TPA Mumtaz Jazai dalam kurun waktu empat bulan.
"Syaratnya setiap hari harus masuk. Jadi anak-anak tidak sampai lupa. Untuk waktu belajar dimulai sejak sore sampai sebelum isya," Jelas Ali Suwito selaku pimpinan TPA.
Alasan dipilih nama TPA (Taman Pendidikan AlQuran) adalah membatasi pembelajaran– hanya membaca dan menghafal surat-surat pendek dalam AlQuran. Sementara makna dari Mumtaz adalah yang istimewa.
"Mumtaz Jazai ini adalah memiliki makna mendalam, istimewa mewah, berlian umpama bagi orang yang berduit. Sementara Jazai diartikan sebagai pahala yang berlimpah," Jelas Ali yang merupakan pemilik usaha Toko Roti Limas.
Hal ini senada dengan sebuah hadits dari Ibnu Mas'ud yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.
"Barangsiapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur'an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf" (HR. Tirmidzi, no. 2910, hadits ini hasan shahih).
Sehingga tiap santri dituntut setidaknya membaca satu huruf dalam AlQuran saban harinya, yang lama-kelamaan jika dikumpulkan akan mampu membaca AlQuran sampai khatam.
Banguan TPA Mumtaz Jazai terhitung masih baru dan baru dan diresmikan pada 26 September 2025 sekaligus acara wisuda santri. Di mana sebelumnya sepasang guru TPA Ali dan Sri mengalami musibah laka, selain rumah mereka yang sudah tidak muat menampung santri.
"Saya terharu karena tidak pernah berpikir terkait adanya bangunan TPA, semuanya dari donatur. Kami sekeluarga dari sejak dulu sekali sudah mengajar ngaji tiap sore atau bakda maghrib di rumah kami," Ucap Sri mengisahkan semangatnya untuk terus menjadi guru bagi santri.
Saat Ali dan Sri masih sakit pasca kecelakaan, diketahui para santri sangat antusias bertanya, kapan bisa mengaji kembali. Ternyata hal ini menjadi dorongan luar biasa bagi ibu dari tiga anak tersebut untuk segera sembuh dan mulai mengajar lagi.
"Anak-anak itu hatinya bersih, sehingga condong pada kebaikan. Orang baik akan bertemu dengan orang baik, berkumpul dengan orang baik, dan akan menimbulkan kebaikan," Tutup Ali. (Qony)



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?