| MENJAHIT: Siti Maro'ah saat menjahit pakaian pelanggan. (Dok/Anindya Putri Salsabila) |
SAPA TOKOH| JATIMSATUNEWS.COM - Di sebuah ruang sederhana, suara mesin jahit milik Siti Maro'ah nyaris tak pernah berhenti. Deru mesinnya yang menggema bukan sekedar tanda dimulainya aktivitas penjahit rumahan tersebut, namun juga sebagai langkah kecil seorang perempuan dengan tekad yang kuat menjahit jalan hidupnya dengan kesabaran, semangat, dan harapan yang tidak pernah putus.
Penjahit yang kerap disapa Siti tersebut memiliki ketertarikan pada dunia mode sejak berusia 20 tahun. Setiap kali melihat seseorang berpenampilan rapi dengan pakaian yang indah, ada rasa senang sekaligus penasaran dalam dirinya. ”Saya suka melihat berbagai model baju. Rasanya pasti bahagia jika melihat orang berpakaian bagus dari hasil jahitan saya,” kenangnya.
Bermula dari ketertarikan sederhana, tumbuhkan mimpi besar. Keterampilan mengolah kain menjadi busana menjadi penjelasan. Kesempatan meraih impian sebagai seorang perempuan mandiri tanpa meninggalkan keluarga pun mulai terbuka. Saat banyak perempuan seusianya mencari pekerjaan di luar rumah, Siti malah mempertimbangkan cara bekerja dari rumah agar tetap dekat dengan keluarga.
Perjalanan meraih impiannya tentu tidak mudah. Pengalaman membuat pakaian untuk pertama kali menjadi ujian besar, terutama saat ia harus membuat pola pakaian sehingga pemakainya merasa nyaman. "Pola baju standar itu tidak selalu cocok bagi semua orang. Dari situ saya belajar bahwa setiap orang memiliki bentuk tubuh yang berbeda dan saya mulai mempelajarinya kembali," ujarnya sambil tersenyum.
Setelah terus berlatih dari pesanan hingga pesanan, Siti mulai mengasah keterampilannya hingga memberanikan diri hingga memasuki dunia konveksi. Ia bekerja di konveksi hijab selama hampir dua tahun. Dunia konveksi yang penuh target membawa ke dalam pengalaman yang luar biasa, mulai dari kecepatan hingga pentingnya kedisiplinan. Namun, hatinya tetap ingin kembali ke rumah dan membangun pekerjaan yang dijalani dengan ritmenya sendiri.
Saat membuka usaha, tantangan pun muncul. Pesanan datang dengan berbagai permintaan, mulai dari memperbaiki hingga membuat pakaian para pemesan. Untuk memperkuat kualitas, konsistensi menjadi senjatanya. Dengan waktu yang tepat, tidak ingkar janji, detail yang presisi, dan harga yang terjangkau. “Rahasia memiliki pelanggan tetap sederhana saja, yaitu setiap potongan busananya tampak rapi dan nyaman dikenakan,” ujarnya.
Prinsipnya yang kuat membuat namanya dikenal luas hingga orang dari luar daerah datang melalui rekomendasi dari murut ke mulut. Karenanya, menjahit bukan sekadar pekerjaan, tetapi juga cara untuk menjaga keselamatan seseorang. “Kepuasan pelanggan itu yang paling utama,” ujarnya dengan mantap.
Selama menjalani aktivitas di balik mesin jahitnya, ada momen yang tak pernah Siti lupakan. Ia pernah percaya membuat seragam haji dan umroh dengan berbagai model. Setiap kali mengarahkan jarum pada kain tersebut, ia menyisipkan doa, ”Semoga suatu hari nanti aku bisa menjahit seragam haji dan umroh untuk diriku sendiri, suamiku, dan anak-anakku.” Doanya lirih penuh harapan. Setiap bayangannya seperti harapan kecil menuju mimpi besar.
Selama bertahun-tahun, Siti tetap memegang prinsip yang sama. Bekerja keras, sepenuh hati, dan tidak pernah meremehkan pesanan sekecil apa pun. ”Kerja keras, ikhlas, dan semangat. Rezeki itu sudah diatur, yang penting kita tetap menjaga kualitas, mulai dari detail setiap jahitan hingga kenyamanan busana saat dipakai,” tuturnya. Ia percaya bahwa pakaian bukan hanya dilihat dari luarnya, tetapi juga rasa nyaman ketika dipakai.
Kini ia berharap semoga perjalanan yang ia tekuni dengan penuh semangat ini diberi kelancaran dan keberkahan, serta suatu hari nanti memiliki ruang kerja yang lebih luas dan alat yang lebih lengkap. Harapan ini tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk perempuan muda yang ingin mandiri melalui keterampilan menjahit.
Di ruang sederhana itulah, Siti Maro'ah membuktikan bahwa kesuksesan tidak selalu lahir dari tempat besar, melainkan dari tangan-tangan kecil yang bekerja dengan cinta dan kejujuran. Setiap benang yang ia rajut menjadi simbol perjuangan seorang perempuan yang berani menjahit sendiri.
---
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?