FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Setelah
riuh tepuk tangan dan tangis bahagia ribuan wisudawan Universitas Negeri
Surabaya (UNESA) periode terakhir berlalu, suasana kampus kembali lengang. Di
Instagram, linimasa dipenuhi dengan foto toga, buket bunga, dan ucapan
'Lulus!'. Namun, di balik semua keriuhan itu, ada sekelompok mahasiswa yang
memilih untuk tetap bergumul di depan laptop. Mereka adalah para pejuang
skripsi yang belum berhasil menyeberang garis finish. Salah satunya
adalah Wafi, seorang mahasiswa tingkat akhir yang saat ini tengah berjibaku
sengit dengan revisi Bab IV. Wajahnya terlihat lelah, bukan semata karena
begadang, tetapi juga karena tekanan mental yang ia sebut sebagai 'Krisis Toga
Tertunda'.
Fakta Akademik dan Beban Mental
Wafi menjelaskan bahwa secara akademik, ia sudah memenuhi syarat dasar kelulusan, yaitu menyelesaikan lebih dari 144 Satuan Kredit Semester (SKS). "Secara SKS, saya sudah aman. Namun, yang menahan ini adalah skripsi, yang bobotnya mencapai 6 SKS sendiri. Inilah penentu terakhir," ujar Wafi secara terus terang. Ia merasa skripsi adalah tantangan terberat karena menuntut kedalaman ilmu dan kesabaran yang luar biasa. "Ini bukan lagi soal pintar atau tidak, tapi soal ketahanan mental. Dosen pembimbing bisa saja meminta revisi total, padahal kita sudah merasa draf itu final. Hal itu yang paling menjatuhkan (down)," keluhnya. Wafi menambahkan bahwa survei nasional pun menunjukkan tingkat stres mahasiswa tingkat akhir yang sangat tinggi. "Kami bukan hanya melawan kesulitan mencari data, tetapi juga melawan rasa cemas, pertanyaan dari keluarga, dan tekanan melihat teman-teman sudah wisuda," jelasnya. Rasa tertekan saat melihat unggahan di media sosial (feed) menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus ia hadapi agar fokusnya tidak hilang.
Harapan dan Solidaritas Pejuang Skripsi
Sebagai
seseorang yang masih berada di fase perjuangan ini, Wafi berpesan kepada
teman-teman lain yang senasib: "Jangan pernah merasa sendirian. Kita harus
ingat, jalur wisuda setiap orang itu berbeda. Yang terpenting, kita tahu ilmu
kita utuh, dan perjuangan di depan laptop ini akan menjadi cerita paling
berharga saat toga itu benar-benar tersemat di pundak nanti," tutup Wafi. Ia
memilih untuk fokus pada penyelesaian bab demi bab. Baginya, wisuda UNESA 2025
memang sudah berlalu, tetapi jatah wisudanya hanyalah masalah waktu. Dan kini,
ia kembali ke medan perang: skripsi.
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?