Banner Iklan

Krisis Toga Tertunda: Kisah Pergulatan Mahasiswa Tingkat Akhir UNESA dengan Skripsi

Admin JSN
12 Desember 2025 | 18.54 WIB Last Updated 2025-12-12T11:54:13Z

 

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Setelah riuh tepuk tangan dan tangis bahagia ribuan wisudawan Universitas Negeri Surabaya (UNESA) periode terakhir berlalu, suasana kampus kembali lengang. Di Instagram, linimasa dipenuhi dengan foto toga, buket bunga, dan ucapan 'Lulus!'. Namun, di balik semua keriuhan itu, ada sekelompok mahasiswa yang memilih untuk tetap bergumul di depan laptop. Mereka adalah para pejuang skripsi yang belum berhasil menyeberang garis finish. Salah satunya adalah Wafi, seorang mahasiswa tingkat akhir yang saat ini tengah berjibaku sengit dengan revisi Bab IV. Wajahnya terlihat lelah, bukan semata karena begadang, tetapi juga karena tekanan mental yang ia sebut sebagai 'Krisis Toga Tertunda'.

Fakta Akademik dan Beban Mental

Wafi menjelaskan bahwa secara akademik, ia sudah memenuhi syarat dasar kelulusan, yaitu menyelesaikan lebih dari 144 Satuan Kredit Semester (SKS). "Secara SKS, saya sudah aman. Namun, yang menahan ini adalah skripsi, yang bobotnya mencapai 6 SKS sendiri. Inilah penentu terakhir," ujar Wafi secara terus terang. Ia merasa skripsi adalah tantangan terberat karena menuntut kedalaman ilmu dan kesabaran yang luar biasa. "Ini bukan lagi soal pintar atau tidak, tapi soal ketahanan mental. Dosen pembimbing bisa saja meminta revisi total, padahal kita sudah merasa draf itu final. Hal itu yang paling menjatuhkan (down)," keluhnya. Wafi menambahkan bahwa survei nasional pun menunjukkan tingkat stres mahasiswa tingkat akhir yang sangat tinggi. "Kami bukan hanya melawan kesulitan mencari data, tetapi juga melawan rasa cemas, pertanyaan dari keluarga, dan tekanan melihat teman-teman sudah wisuda," jelasnya. Rasa tertekan saat melihat unggahan di media sosial (feed) menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus ia hadapi agar fokusnya tidak hilang.

Harapan dan Solidaritas Pejuang Skripsi

Sebagai seseorang yang masih berada di fase perjuangan ini, Wafi berpesan kepada teman-teman lain yang senasib: "Jangan pernah merasa sendirian. Kita harus ingat, jalur wisuda setiap orang itu berbeda. Yang terpenting, kita tahu ilmu kita utuh, dan perjuangan di depan laptop ini akan menjadi cerita paling berharga saat toga itu benar-benar tersemat di pundak nanti," tutup Wafi. Ia memilih untuk fokus pada penyelesaian bab demi bab. Baginya, wisuda UNESA 2025 memang sudah berlalu, tetapi jatah wisudanya hanyalah masalah waktu. Dan kini, ia kembali ke medan perang: skripsi.

---

Mochammad Rifqi Zulfahmi
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Krisis Toga Tertunda: Kisah Pergulatan Mahasiswa Tingkat Akhir UNESA dengan Skripsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now