Banner Iklan

Bijak Bermedia Sosial: Peran Logika dalam Menangkal Hoaks

Admin JSN
27 Desember 2025 | 13.06 WIB Last Updated 2025-12-27T07:03:03Z
Bijak Bermedia Sosial : Peran Logika Dalam Menangkal Hoaks, Sumber Foto: Pinterest.


ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - 

Pendahuluan 

Perkembangan teknologi informasi yang memiliki dampak positif dan negatif telahmenciptakan sebuah era yang melanda berbagai wilayah Indonesia yang dikenal dengan erakompleksitas, sebuah era yang menyuguhkan berbagai informasi ke masyarakat, di manainformasi tersebut susah dibedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ini adalah sebuahkonsekuensi dari sebuah negara yang mengadopsi prinsip demokrasi dalam mengelolaberbagai kebijakan publik. Salah satu prasyarat bagi negara demokratis adalah pers yangbebas. Pers yang bebas memberikan keleluasaan kepada para penggiat media untukmenuliskan peristiwa-peristiwa publik tanpa adanya mekanisme kontrol dari penguasa. Akantetapi berita yang mereka suguhkan ke hadapan khalayak tidak sepenuhnya sama denganrealitas yang sebenarnya (Abdul dkk, 2020). 

Dalam perkembangannya, media massa menunjang upaya produksi, perolehan teknologi komunikasi dan pengembangan teknologi baru. Media massa itu sendiri merupakan sektor pekerjaan yang semakin membuka kesempatan bagi para pekerja informasi. Disamping media massa, terdapat media sosial yang perkembangannya pesat dari waktu ke waktu. Media sosial seakan menjadi candu bagi masyarakat, khususnya kalangan remaja. Remaja yang hampir tak lepas dari gadget menjadikan pola konsumsi hiburan, informasi hingga edukasi berkaitan dengan pembelajaran juga diakses dari gadget. Memanfaatkan Smartphone (telepon pintar) sangat berdampak pada pola konsumsi pesan bagi remaja. Seperti halnya beberapa media sosial digunakan sebagai eksistensi diri menjadi yang paling unggul dan kaca bagi banyak dunia yang memperhatikan apa yang dibagikannya di sosial media. Tetapi kebanyakan orang mengonsumsi konten sebagai kebutuhan hiburan, saat harus menggunakan tidak melakukan verifikasi data dan sumber terpercaya. Banyaknya konten-konten hiburan seperti referensi makanan, menu yang mudah dimasak, dan enak dinikmati menjadi beragam dan tidak bisa kontrol oleh pengguna media social (Ari dkk,2023). 

Isi 

Hoaks merupakan informasi palsu atau menyesatkan yang disebarkan seolah-olah sebagai kebenaran. Di era media sosial, hoaks tidak hanya berbentuk berita politik atau isu sosial, tetapi juga mencakup konten gaya hidup, kesehatan, hingga makanan yang banyak dikonsumsi oleh remaja. Logika berperan sebagai alat berpikir rasional yang membantu individu menilai kebenaran suatu informasi berdasarkan alasan yang masuk akal, bukti yang jelas, serta sumber yang dapat dipercaya. Tanpa logika, pengguna media sosial cenderung menerima dan menyebarkan informasi secara emosional tanpa mempertimbangkan dampaknya. Hoaks di media sosial melibatkan banyak pihak, mulai dari pembuat konten, penyebar informasi, hingga masyarakat sebagai konsumen informasi. Kelompok yang paling rentan terdampak adalah remaja dan generasi muda, karena intensitas penggunaan media sosial yang tinggi serta kecenderungan mengikuti tren dan konten viral. Kurangnya kemampuan berpikir kritis membuat mereka mudah terpengaruh oleh informasi yang belum tentu benar, termasuk konten makanan yang berpotensi membahayakan kesehatan. Logika menjadi penting karena derasnya arus informasi tidak selalu diiringi dengan kualitas dan kebenaran isi pesan. Media sosial tidak memiliki mekanisme kontrol yang ketat sebagaimana media massa konvensional. Akibatnya, siapa pun dapat memproduksi dan menyebarkan informasi tanpa tanggung jawab. Tanpa penerapan logika dan berpikir kritis, pengguna media sosial akan kesulitan membedakan antara informasi faktual dan manipulatif, sehingga berpotensi mengambil keputusan yang keliru dalam kehidupan sehari-hari. 

Hoaks paling banyak beredar di platform media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, Facebook, dan WhatsApp. Platform-platform ini memungkinkan penyebaran informasi secara cepat dan luas tanpa proses verifikasi. Konten yang bersifat visual, menarik, dan viral sering kali lebih dipercaya dibandingkan informasi berbasis data dan sumber ilmiah. Kondisi ini menjadikan media sosial sebagai ruang yang subur bagi penyebaran hoaks jika tidak disertai kemampuan berpikir logis. Pada perkembangan informasi yang pesat saat ini, informasi dapat diakses melalui berbagai sumber dan media informasi. Salah satunya ialah media sosial yang saat ini dapat dikatakan memiliki peran besar dalam mencari, menemukan, dan menggunakan informasi. Hingga saat ini peran media sosial dapat mendukung perilaku informasi, namun tidak seluruh informasi dalam media sosial dapat dipercaya dan dipahami dengan mudah. Menurut media sosial merupakan teknologi atau aplikasi yang dapat digunakan seseorang dalam mencari hingga membagikan informasi baik berupa teks, gambar, audio, video, maupun lokasi dalam sebuah situs jejaring sosial.Hoaks mudah menyebar ketika masyarakat berada dalam kondisi minim literasi digital dan cenderung mengonsumsi informasi secara instan. Penyebaran hoaks semakin masif pada momen tertentu, seperti saat muncul tren viral, isu kesehatan, atau peristiwa besar yang menarik perhatian publik. Pada situasi tersebut, emosi sering kali lebih dominan dibandingkan rasionalitas, sehingga logika dan verifikasi informasi sering diabaikan. Dengan menerapkan logika, individu dapat menjadi lebih selektif dalam mengonsumsi konten, memahami dampak dari informasi yang diterima, serta bertanggung jawab dalam menggunakan media sosial secara bijak (Herni dkk,2025). 

Kesimpulan 

Perkembangan teknologi informasi dan media sosial pada era kompleksitas memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh berbagai informasi, namun di sisi lain juga menimbulkan permasalahan serius berupa meningkatnya penyebaran hoaks. Kebebasan pers serta pesatnya penggunaan media sosial memungkinkan setiap individu untuk menghasilkan dan menyebarkan informasi tanpa adanya pengawasan yang ketat, sehingga remaja menjadi kelompok yang paling rentan terhadap paparan informasi yang tidak benar dan menyesatkan. Rendahnya tingkat literasi digital serta kebiasaan mengakses informasi secara cepat tanpa verifikasi semakin memperbesar peluang tersebarnya hoaks di ruang digital. Oleh karena itu, kemampuan berpikir logis dan kritis menjadi sangat penting dalam menilai kebenaran informasi dengan mempertimbangkan sumber, isi, dan dampak yang ditimbulkan sebelum informasi tersebut dipercaya atau disebarluaskan, rasional, dan bertanggung jawab dalam menghadapi arus informasi digital serta meminimalkan dampak negatifnya bagi kehidupan sosial dan kesehatan masyarakat.

Deskripsi Singkat

Artikel ini mengeksplorasi bijak bermedia sosial dalam peran menangkal hoaks, sebagai acuan mengatasi dampak negatif penyebaran hoaks. Disusun oleh Achmad Mirza Ergiawan dengan NIM 1152500135 guna memenuhi tugas Drs. Widiyatmo Ekoputro, M. A. dosen mata kuliah Logic and Critical Thinking di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. 

DAFTAR PUSTAKA 

Hernin,W. H. & Margareta,A. R. (2020). Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, Dan Kearsipan. “Peran Media Sosial Pada Perilaku Informasi Mahasiswa Dalam Menyikapi Isu Kesehatan”. 

Abdul R., Nurlela, Najamuddin. (2020). Jurnal Hasil Pengabdian & Pemberdayaan kepada Masyarakat.   “Penyuluhan Bijak Bermedia Sosial Pada Masyarakatdi Desa TarasuKabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan”. 

Ari, K. & Laras, C. (2023). Jurnal Pengabdian Masyarakat Multidisiplin. “Literasi Digital Bagi Pelajar: Bijak Bermedia Sosial Dan Cerdas Memanfaatkan Media Massa (Studi Kasus Konten Makanan Di Smk Merah Putih Bekasi)”. 



Penulis : Achmad Mirza Ergiawan (1152500135), Mata Kuliah: Logic and Critical Thinking – Kelas C 


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bijak Bermedia Sosial: Peran Logika dalam Menangkal Hoaks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now