Webinar FKUB 2025 Kupas Tuntas “Mesin Produksi ASI” dan Strategi Menyusui Tanpa Drama, Pendekatan Holistik Laktasi: Padukan Hypnobreastfeeding dan Manajemen Teknis demi Kesejahteraan Ibu-Bayi
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Kekhawatiran tentang ASI “habis”, payudara tiba-tiba terasa lembek, atau keluarnya ASI yang tersendat ketika ibu sedang stres, sering menjadi keluhan umum yang membuat para ibu panik. Padahal, semua fenomena tersebut merupakan respon biologis normal yang terjadi dalam tubuh perempuan.
Hal inilah yang menjadi perbincangan utama dalam webinar kesehatan bertema “Manajemen Laktasi Berbasis Hypnobreastfeeding: Pendekatan Holistik untuk Kesejahteraan Ibu dan Bayi”, yang diselenggarakan pada Minggu, 23 November 2025 melalui Zoom Meeting oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).
Webinar ini menghadirkan tiga narasumber dengan kompetensi berbeda namun saling melengkapi:
Bdn. Fatmawati, SST., M.Keb – Pakar Manajemen Laktasi
Umi Susilowati, SST., M.Kes., CI IBH., CT NNLP., CIMI – Praktisi Hypnobreastfeeding
Gadis Vilandi P – Penggiat edukasi teknik Perlekatan (Latch-on)
Ketiganya membahas strategi laktasi dari sisi fisiologis, psikologis, hingga teknis, memberikan pemahaman komprehensif bagi ibu agar tidak mudah terjebak mitos “ASI seret” dan mampu menjalani proses menyusui dengan lebih percaya diri.
Mengawali sesi, Bdn. Fatmawati menyoroti persoalan rendahnya cakupan ASI eksklusif secara global. Berdasarkan laporan terbaru, cakupan ASI eksklusif dunia baru mencapai 44% pada tahun 2020, masih jauh dari target WHO tahun 2025 yaitu lebih dari 50%.
Menurutnya, rendahnya angka ini sering kali dipicu oleh lingkaran masalah yang saling terkait.
"Banyak ibu gagal menyusui karena tidak siap sejak masa kehamilan. Begitu muncul nyeri atau puting lecet, mereka langsung menganggap ASI kurang. Persepsi ini berakhir pada pemberian susu formula dini," ujarnya.
Fatmawati menegaskan, Manajemen Laktasi adalah proses sistematis yang dimulai sejak kehamilan (antenatal), dilanjutkan IMD, dan diperkuat dengan dukungan keluarga hingga usia bayi 2 tahun.
“ASI bukan sekedar makanan, tapi imunisasi pertama dan investasi kesehatan jangka panjang,” tutur Fatmawati.
Dalam pemaparannya, Fatmawati mengajak peserta memahami “mesin pabrik ASI” dalam tubuh ibu, yang dikendalikan oleh dua hormon utama:
1. Prolaktin – Sang Produsen ASI
Hormon ini bekerja berdasarkan hisapan bayi. Semakin sering payudara dikosongkan, semakin banyak ASI yang diproduksi.
“Prinsipnya sederhana: kosongkan gudang, maka pabrik akan mengirim stok baru,” tegas Fatmawati.
Ia juga menyebutkan kadar prolaktin lebih tinggi pada malam hari sehingga menyusui malam sangat penting untuk menjaga produksi.
2. Oksitosin – Sang Pengantar ASI
Meskipun ASI sudah diproduksi, hormon oksitosin diperlukan untuk mengalirkannya keluar.
Tanpa oksitosin, refleks let-down tidak optimal sehingga ASI tampak “tidak keluar”.
Masuk pada aspek psikologis, Umi Susilowati menjelaskan hubungan pikiran dan tubuh (mind-body connection) dalam proses menyusui. Stres, rasa takut, atau kelelahan emosional dapat menahan hormon oksitosin sehingga ASI tersendat.
"Pikiran tidak bisa membedakan imajinasi dan realita. Saat ibu membayangkan kehangatan bersama bayinya, tubuh akan merespons dengan relaksasi dan memperlancar aliran ASI," ungkap Umi.
Ia mengajarkan teknik relaksasi hypnobreastfeeding, termasuk afirmasi positif seperti:
“ASI saya mengalir lancar dan cukup.”
“Setiap memeluk bayi, saya merasa tenang dan bahagia.”
Pendekatan ini tidak hanya membantu melancarkan ASI, tetapi juga menghapus trauma, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan bonding ibu-bayi.
Gadis Vilandi P melengkapi sesi dengan materi teknis Perlekatan (Latch-on), sebuah keterampilan yang sering kali diabaikan namun sangat menentukan keberhasilan bercinta.
Menurutnya, banyak ibu merasa ASI tidak keluar padahal berada pada posisi menyusui yang salah.
“Perlekatan yang benar membuat bayi memerah payudara, bukan hanya menghisap puting. Kalau tekniknya tepat, puting tidak akan lecet, bayi kenyang lebih cepat, dan produksi ASI meningkat,” jelas Gadis.
Ia menekankan bahwa indikator keberhasilan menyusui bukan hanya banyaknya ASI yang keluar, tetapi pengosongan payudara yang efektif.
Webinar ini menegaskan bahwa keberhasilan bercinta tidak dapat dilihat dari satu aspek saja.
Manajemen Laktasi memberikan kerangka kerja yang sistematis
Hypnobreastfeeding menjaga kondisi mental tetap tenang
Teknik Perlekatan memastikan proses berjalan tanpa rasa sakit.
Ketiga komponen fondasi tersebut menjadi holistik yang menjawab tantangan ibu modern, sekaligus mendukung terciptanya generasi sehat, kuat, dan cerdas.
Dengan bekal pengetahuan komprehensif ini, para ibu diajak tidak sekedar “memberi susu”, tetapi menikmati proses menyusui dengan bahagia, bebas dari drama mitos dan tekanan. Sebuah langkah kecil yang bermakna besar bagi kesejahteraan ibu dan masa depan buah hati.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?