Kolaborasi UB dan LKK NU Dorong Edukasi Pranikah Berbasis Komunitas di Malang.
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya (SPUB) terus berkomitmen mendorong kegiatan-kegiatan tri dharma PT untuk meningkatkan kontribusi dan kebermanfaatan bagi masyarakat. Melalui tim pengabdian masyarakat yang dipimpin oleh Dr. Nurul Badriyah, SE, ME, bersama anggota (tim dosen dari SPUB); Prof. Setyo Tri Wahyudi, SE, M.Ec., Ph.D., Bunga Hidayati, SE, ME, Fitri Chandra Wardana, SE, M.Acc., Ph.D., dan Dr. Dini Atikawati, S.Pd., M.Sc berkolaborasi dengan Pengurus Cabang Lembaga Kesejahteraan Keluarga Nahdlatul Ulama (PC LKK NU) Kota Malang melaksanakan kegiatan yang ditujukan untuk masyarakat pendidikan dan perencanaan keluarga. Kegiatan ini berlangsung dalam kisaran waktu Agustus-Desember 2025. Secara lengkap kegiatan tersebut bertajuk ”Peningkatan Kesiapan Berkeluarga bagi Remaja dan Calon Pengantin melalui Literasi Keluarga dan Perencanaan Kehidupan Rumah Tangga”
Kegiatan Pengabidan Masyarakat ini berawal dari brainstorming antara tim pengabdian dengan pengurus PC LKK NU Kota Malang, yang menghasilkan beberapa hal penting, salah satunya adalah perlunya melaksanakan kegiatan penguatan literasi berbasis Workshop. Kegiatan workshop bertajuk ”Penguatan Literasi Keluarga dan Perencanaan Kehidupan Rumah Tangga Berbasis Komunitas” kemudian dihelat pada Sabtu, 18 Oktober 2025 bertempat di Universitas Brawijaya. Dua topik utama menjadi bahasan dalam acara penting ini, yaitu: ”Keluarga Sakinah” dan ”Psikologi Perkawinan”. Topik kedua tersebut disampaikan oleh dua narasumber yaitu Dr. Luluk Farida, S.Ag., M.Pd.I, pakar Literasi Keluarga Sakinah, dan Dr. Mohammad Mahpur, M.Si., pakar psikologi pernikahan, yang dimoderatori oleh Dr. Zuhro Rosyidah, SP, M.Pd., aktivis advokasi perempuan dan keluarga.
Program pengabdian ini menjadi bagian dari upaya memperkuat literasi keluarga di tingkat komunitas, terutama bagi calon pengantin dan remaja yang akan memasuki jenjang pernikahan. Melalui pendekatan berbasis komunitas dan partisipatif, kegiatan ini memberikan ruang dialog dan curhat bagi peserta untuk memahami dinamika rumah tangga secara nyata dan solutif. Selain memperkuat pemahaman nilai-nilai keagamaan, kegiatan ini juga memperkenalkan konsep perencanaan kehidupan rumah tangga, termasuk pengelolaan keuangan keluarga, komunikasi dalam pernikahan, dan pembentukan komitmen jangka panjang. ”Kegiatan ini bertujuan agar generasi muda tidak hanya siap menikah secara administratif, tetapi juga matang secara mental, emosional, dan spiritual,” demikian menurut Ketua Pengabdian, Dr. Nurul Badriyah,.
Dalam sesi pemaparan materi, Dr. Luluk Farida menjelaskan bahwa rumah tangga ibarat “sungai kehidupan” tempat mengalirnya cita-cita, nilai, dan perjuangan bersama. Setiap pasangan perlu menyusun arah dan tujuan hidup berkeluarga, langkah-langkah nyata untuk mencapainya, serta nilai-nilai yang akan dijadikan panduan. Menurutnya, landasan keluarga sakinah terletak pada kebersamaan, keadilan, dan saling menghormati, sebagaimana prinsip Islam lā ḍarar wa lā ḍirār (tidak boleh saling merugikan). Sementara itu, Dr. Mohammad Mahpur menyoroti dimensi psikologis pernikahan. Ia menyebut bahwa keharmonisan keluarga dibangun atas komitmen, kedekatan emosi, dan gairah. Dalam hubungan rumah tangga, perbedaan dan konflik adalah hal wajar yang perlu dihadapi dengan kematangan emosional, komunikasi yang sehat, serta sikap saling memahami. Ia menambahkan bahwa setiap tindakan positif dalam hubungan diibaratkan sebagai “setoran emosi”, sementara sikap acuh tak acuh menjadi “penarikan” yang dapat meningkatkan ikatan kasih sayang.
Suasana kegiatan semakin interaktif saat sesi diskusi berlangsung. Beberapa peserta dari majelis taklim dan perwakilan PC LKK NU Kecamatan Blimbing menyoroti fenomena keluarga dengan pendidikan dan latar sosial ekonomi rendah, di mana orang tua lebih fokus mencari nafkah dan kurang memberi perhatian emosional pada anak. Pertanyaan juga muncul terkait anak-anak yang diasuh di pesantren serta fenomena wali pernikahan yang bukan dari pihak perempuan.
Menangapi hal itu, Dr. Mahpur menegaskan bahwa kualitas pengasuhan lebih penting daripada status biologis orang tua. Ustaz dan ustazah di pesantren diharapkan mampu menjadi sosok pengasuh yang penuh kasih sayang, memberikan rasa aman, dan menjadi teladan bagi anak-anak asuhnya. Sementara Dr. Luluk Farida menambahkan bahwa pendekatan pendidikan keluarga di pesantren sebaiknya dilandasi nilai cinta dan takwa, bukan kekerasan atau dogma semata. “Pendekatan fikih yang tidak disertai maqashid syariah dan haqiqah justru bisa menjadi bentuk kedzaliman,” ujarnya.
Dalam sesi penutup, peserta menyampaikan harapan agar PC LKK NU dapat menjadi ruang 'curhat' yang ramah dan terbuka bagi pasangan dan jamaah majelis taklim yang tengah menangani persoalan rumah tangga. Hal ini sejalan dengan semangat kegiatan pengabdian yang mendorong lahirnya komunitas keluarga sakinah yang saling mendukung dan menumbuhkan empati. Semoga kegiatan ini menjadi model edukasi berkelanjutan yang bisa diterapkan di majelis taklim, pesantren, dan komunitas remaja lainnya. Melalui sinergi antara dunia akademik dan organisasi masyarakat, kegiatan ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah di tengah tantangan sosial modern.





Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?