Di sisi lain, Indonesia sesungguhnya memiliki modal budaya yang sangat kaya, salah satunya arsitektur rumah tradisional yang mengandung prinsip sains, teknologi, rekayasa, dan matematika yang kuat, namun belum banyak dimanfaatkan sebagai konteks pembelajaran STEM di sekolah.
Menjawab tantangan tersebut, tim peneliti mengembangkan STEM Kit Arsitektur Nusantara sebagai media pembelajaran integratif yang menggabungkan sains, teknologi, rekayasa, matematika, dan budaya lokal melalui pendekatan Smart City Builder. Kit ini tidak hanya berisi model miniatur rumah tradisional bongkar-pasang yang merepresentasikan prinsip ekologi, struktur, dan adaptasi terhadap iklim, tetapi juga diperkaya dengan kartu tantangan, bank data arsitektur Nusantara dari 34 provinsi, serta mekanisme permainan berbasis proyek yang mendorong kolaborasi dan pengambilan keputusan. Revisi desain dari bahan kayu menjadi papercraft ramah lingkungan membuat kit lebih ringan, mudah dirakit, hemat biaya produksi, dan membuka peluang replikasi massal di sekolah-sekolah.
Keunikan lain dari inovasi ini terletak pada integrasi rangkaian listrik sederhana, LED, dan sensor cahaya (LDR) yang disusun dalam konteks kota cerdas. Siswa tidak hanya belajar konsep listrik dan energi, tetapi juga merancang sistem penerangan otomatis pada miniatur kota, sehingga memahami langsung keterkaitan antara sains, teknologi, dan keberlanjutan. Penambahan sistem “Smart Coin” sebagai reward system dalam permainan terbukti meningkatkan motivasi, partisipasi, dan dinamika diskusi antar kelompok, sekaligus melatih literasi ekonomi energi dan perencanaan kota berkelanjutan.
Secara empiris, STEM Kit Arsitektur Nusantara telah diujicobakan di tiga sekolah menengah di Kabupaten Pacitan dengan total 213 siswa. Hasil observasi dan tes saintifik menunjukkan peningkatan keterlibatan siswa dalam merakit, menganalisis, dan mengaitkan konsep ekosistem dengan desain bangunan tradisional. Kegiatan sosialisasi di forum MGMP Biologi se-Kabupaten Pacitan mengonfirmasi bahwa kit ini praktis, relevan dengan kurikulum, dan mudah diintegrasikan ke berbagai topik sains.
Guru memberikan umpan balik positif terkait kemudahan penggunaan, potensi penguatan literasi STEM, dan kontribusinya terhadap pelestarian budaya lokal melalui pembelajaran. Dari sisi keberlanjutan, inovasi ini tidak berhenti pada tahap prototipe. STEM Kit Arsitektur Nusantara telah memperoleh HKI dan mulai dipasarkan melalui marketplace, sehingga membuka peluang diseminasi lebih luas serta kemandirian produksi oleh kelompok mahasiswa.
Kedepan, pengembangan ke arah platform digital Smart City Builder akan memperluas jangkauan dampak, memungkinkan integrasi pembelajaran berbasis proyek, game-based learning, dan konteks budaya Nusantara dalam satu paket media yang siap diadopsi secara nasional. Dengan demikian, program hibah ini tidak hanya menghasilkan produk, tetapi juga menawarkan model ekosistem pembelajaran STEM berbasis kearifan lokal yang dapat direplikasi dan dikembangkan lebih lanjut di berbagai daerah di Indonesia.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?