Banner Iklan

DPD RI Ning Lia Istifhama Bangga, Peraih Juara 1 MTQ Internasional dari Tebuireng

Anis Hidayatie
11 Oktober 2025 | 04.23 WIB Last Updated 2025-10-11T06:05:02Z

 


DPD RI Ning Lia Istifhama Bangga  pada Peraih Juara 1 MTQ Internasional dari Tebuireng Muhammad Habib Yusra Harumkan Indonesia di Ajang MQK Internasional 2025

SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama atau akrab disapa Ning Lia , menyampaikan rasa bangga dan penghargaan atas prestasi Muhammad Habib Yusra (24) , mahasantri Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng , yang berhasil meraih Juara I Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) Internasional 2025 untuk cabang Fikih .

Menurut Ning Lia, kemenangan Habib tidak hanya menjadi kebanggaan bagi pesantren Tebuireng dan Riau sebagai daerah asalnya, tetapi juga menegaskan bahwa santri Indonesia memiliki kualitas akademik dan keilmuan Islam yang diakui dunia .

“Saya sangat bangga dan terharu mendengar kabar bahwa wakil dari Pesantren Tebuireng menorehkan sejarah di ajang internasional. Ini adalah bukti bahwa pesantren Indonesia mampu menjadi pusat keilmuan Islam yang berwibawa dan berkelas dunia,” ungkap Ning Lia di Jakarta, Jumat (10/10/2025).

Ia menambahkan, keberhasilan Habib menjadi simbol bahwa tradisi kajian kitab kuning (turats) di pesantren bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi terus berkembang mengikuti zaman.

“Pesantren adalah benteng moral dan intelektual bangsa. Melalui ajang MQK Internasional ini, dunia dapat melihat bahwa keilmuan santri Indonesia tidak hanya kuat dalam hafalan, tetapi juga dalam analisis dan penerapan hukum Islam yang relevan dengan kehidupan modern,” imbuhnya.

Ning Lia berharap agar  pemerintah, DPD RI, dan Kementerian Agama  terus mendukung santri-santri berprestasi dengan program pengembangan keilmuan dan beasiswa internasional.

“Santri seperti Habib adalah duta bangsa. Mereka tidak hanya membawa nama pesantren, tapi juga wajah Indonesia yang religius dan intelektual di mata dunia. Sudah tiba saatnya prestasi seperti ini mendapat dukungan nyata dan berkelanjutan,” tegas Ning Lia.

Bagi Ning Lia, keberhasilan Habib Yusra adalah bukti bahwa  pesantren bukan hanya tempat mencetak ustaz, tetapi juga melahirkan ilmuwan Islam kelas dunia  yang mampu menjembatani tradisi keilmuan klasik dengan tantangan modernitas.

Pesantren Tebuireng , tempat Habib menimba ilmu, dikenal sebagai salah satu pesantren tertua dan paling berpengaruh di Indonesia. Didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1899 di Jombang, Jawa Timur, pesantren ini telah melahirkan banyak tokoh nasional, ulama, dan cendekiawan muslim terkemuka.

Kini, Tebuireng terus bertransformasi melalui lembaga-lembaga pendidikannya, salah satunya Ma'had Aly Hasyim Asy'ari , yang fokus pada pengkajian kitab-kitab turats dan pengembangan keilmuan Islam klasik secara akademis. Habib merupakan mahasantri Marhalah Tsaniyah (M2) di lembaga tersebut.

Ketekunannya dalam mempelajari kitab Bidayatul Mujtahid — kitab fikih karya Ibnu Rusyd — mengantarkannya menjadi yang terbaik di ajang MQK Internasional 2025 , yang digelar oleh Kementerian Agama Republik Indonesia di Pondok Pesantren As'adiyah, Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan .

Tahun ini merupakan penyelenggaraan perdana MQK di tingkat internasional , diikuti oleh peserta dari sepuluh negara Asia Tenggara . Habib mencatat nilai tertinggi 977,67 , mengungkuli para peserta lain dalam cabang Fikih yang dinilai langsung oleh tiga dewan juri berdasarkan kemampuan bahasa Arab, penguasaan istilah fikih, dan akurat analisis hukum Islam.

Habib dipilih sebagai wakil Indonesia setelah menjadi finalis lomba Bahtsul Kutub 2023 dan lolos dalam seleksi nasional di Tebuireng. Ia dibimbing langsung oleh Dr.KH. Achmad Roziqi, Lc., MHI , Mudir Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, yang ikut mendampingi selama perlombaan berlangsung di Wajo.

“Persiapan saya dimulai sejak tiga bulan lalu. Saya mempelajari istilah-istilah fikih, memahami struktur kitab Bidayatul Mujtahid , dan memperdalam maqashid syariahserta penerapan hukum fikih masa kini,” ungkap Habib.


Ia menuturkan bahwa doa dari guru dan orang tua menjadi kekuatan utama.

 “Ketika di babak final saya diminta menjelaskan penerapan fikih dalam perbankan, saya sempat gugup. Tapi saat melihat pendamping saya mengangguk, saya kembali percaya diri,” kenangnya.

Sebagai Juara I cabang Fikih, Habib menerima medali, plakat penghargaan, dan uang pembinaan. Namun demikian, penghargaan terbesar adalah kesempatan memperluas wawasan, mempererat ukhuwah, dan membuat orang tua serta guru-gurunya bangga.

Menutup pernyataannya, Ning Lia berharap agar pemerintah, DPD RI, dan Kementerian Agama terus mendukung santri-santri berprestasi dengan program pengembangan keilmuan dan beasiswa internasional.

"Santri seperti Habib adalah duta bangsa. Mereka tidak hanya membawa nama pesantren, tapi juga wajah Indonesia yang religius dan intelektual di mata dunia. Sudah tiba saatnya prestasi seperti ini mendapat dukungan nyata dan berkelanjutan," tegas Ning Lia.

Bagi Ning Lia, keberhasilan Habib Yusra adalah bukti bahwa pesantren bukan hanya tempat mencetak ustaz, tetapi juga melahirkan ilmuwan Islam kelas dunia yang mampu menjembatani tradisi keilmuan klasik dengan tantangan modernitas. Ans



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • DPD RI Ning Lia Istifhama Bangga, Peraih Juara 1 MTQ Internasional dari Tebuireng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now