SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM -
Senator asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, menyoroti masih banyaknya guru di Indonesia yang belum memperoleh sertifikasi profesi.
Menurutnya, sertifikasi bukan sekadar dokumen administratif, melainkan bentuk penghargaan atas dedikasi guru sekaligus jalan menuju peningkatan kesejahteraan dan kualitas pendidikan nasional.
Hingga tahun 2024, data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mencatat masih ada sekitar 1 juta guru belum tersertifikasi, sementara 1,98 juta guru (65%) sudah mengantongi sertifikat pendidik.
Pemerintah menargetkan penyelesaian sertifikasi bagi 1,3 juta guru hingga 2026, dengan fokus 800.000 guru pada tahun 2025 melalui Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Sementara di bawah Kementerian Agama (Kemenag), masih terdapat 620.716 guru belum tersertifikasi per awal 2025. Jumlah ini terdiri dari 484.678 guru madrasah, 95.367 guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum, serta ribuan guru agama lainnya.
Total guru madrasah di Indonesia sendiri mencapai 829.970 orang, dengan sekitar 110.541 di antaranya berstatus tidak aktif pada tahun ajaran 2024/2025.
“Guru adalah ujung tombak pendidikan. Sertifikasi harus dipandang sebagai pengakuan atas profesionalisme mereka, bukan sekadar syarat administratif,” ujar Lia.
Ia juga menekankan pentingnya pemerataan kesempatan PPG, terutama bagi guru-guru di daerah 3T (terdepan, terpencil, tertinggal).
“Kita ingin kualitas pendidikan tidak timpang hanya karena letak geografis. Semua guru berhak mendapatkan akses pelatihan dan sertifikasi yang layak,” tegas Lia.
Sebagai bentuk transparansi, pemerintah kini menyediakan layanan digital seperti EMIS 4.0 (emis.kemenag.go.id) dan Info GTK, di mana guru dapat memantau status sertifikasi mereka secara mandiri.
Dengan langkah-langkah ini,
Lia berharap percepatan sertifikasi benar-benar menjadi jalan untuk meningkatkan mutu pendidikan sekaligus kesejahteraan guru.
“Pendidikan yang kuat dimulai dari guru yang dihargai,” pungkasnya.HM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?