![]() |
Ilustrasi puisi Tugu Pahlawan karya Nurmariana./Pixabay |
PUISI | JATIMSATUNEWS.COM:
Nurmariana
Tugu Pahlawan
Suatu senja kelabu awan mendung jadi gundah Saat kulewat tiga tahun lalu hujan basah Masih tegak berdiri tak tergoyah Di jantung kota Surabaya nan megah
Banyak kisah menantang resah
Semangat juang pahlawan gugur tak pernah Lupa menyapa seakan tak punah Terus mengukir harum asa sejarah
Di bumi pertiwi bunga-bunga bangsa gugur
Gelora syahdu terus bersyukur
Saksi senjata, nyawa yang kabur
Surabaya berani, semangatnya subur Jiwa raga semakin melebur
Langit mendung pun enggan meredam
Api perjuangan terus mendekam
Arek-arek Surabaya bertarung dendam
Lawan penjajah tak pernah bungkam Wariskan merdeka tanpa salam
Tugu Pahlawan engkau pelita semangat
Aku terus semaikan ikrar di dada walau penat Penjaga seribu janji di dada para sahabat
Terus berpacu tanpa ada penghambat
Tanjungpandan, 5 Juli 2025
Tugu Pahlawan di Kesunyian Malam
Tugu Pahlawan penuh duka membisikkan kisah
Di sela angin malam penuh lirih semakin penuh pasrah
Bambu runcing dan dentuman peluru tanpa lelah
Menjadi batu menimbulkan kisah pasrah terbitkan sejarah
Langkah pejuang kini menghilag tak lagi ada
Namun nama para pahlawan menghujam abadi bernada
Di bumi pertiwi tanah pahlawan Surabaya terpatri janji di beranda
Hati warga terbersit merdeka tumbuh di relung dada
Malam semakin sunyi tanpa sinar lampu Kilau kenangan di penggalan waktu tertumpu Sebersit penggalan doa tertanam tak mampu
Simpan kisah pilu sekujur tugu bukan saksi penipu
Generasi penerus jemput asa di mana pun berada
Dengarlah bisik tugu di dada,
Jangan biarkan nyali anak bangsa mereda
Di tanah Surabaya jiwa-jiwa merdeka selalu ada
Tanjungpandan, 5 Juli 2025
Janji Hidup Tugu Pahlawan
Di langit Surabaya membiru
Tugu Pahlawan mengharu
Ajarkan arti rindu menderu
Sunyi di Tugu Pahlawan jadi pedoman
Janji hidup yang sunyi jadi harapan
Walau suara merdeka berbisik pelan
Seperti doa menembus waktu
Seperti warga Surabaya siap bersatu
Menjahit asa yang bertumpu
Para pahlawan gugur satu per satu Para penjaga sumpah menyatu
Para arek Surabaya tak pernah menggerutu
Tanjungpandan, 6 Juli 2025
Jembatan Merah Berkisah
Jembatan Merah bukan sekadar nama
Jembatan Merah bukan sekadar menyapa
Jembatan Merah bukan sekadar cerita
Berjuta langkah kaki menapak
Kisah mengalir tanpa putus meretak Mengalir bersama nada sejarah tak pernah retak
Menggema seruan lantang Lawan penjajah walau jiwa tegang
Walau akhirnya nyawa meregang
Jembatan Merah bukan sekadar nama
Jembatan Merah bukan sekadar menyapa
Jembatan Merah bukan sekadar cerita
Engkau monumen jiwa raga Kini area jadi wadah hargai luka Saksi zaman perjuangan berlaga
Tanjungpandan, 7 Juli 2025
Di Bawah Kubah
Saat menapakkan kaki dalam masjid Sayup-sayup terdengar lirih seorang ibu Linangan butiran hangat mengalir bagai sungai
Di tengah hiruk-pikuknya kendaraan di jalan Bibir merah merekah terus mengalunkan lembut Untaian rintih pilu duka nestapa bangkitkan semangat
Di bawah kubah di kota Surabaya Alunan doa terus menjulang tembus langit Rindu bersujud lama berdiam diri hentikan gundah
Di tepian sajadah terajut secuil asa Agar buah hati kembali ke jalan lurus Agar tetap tenang, tak gentar seperti kubah
Tanjungpandan, 7 Juli 2025
___
Profil Penulis
Nurmariana
Anak ketiga Bapak Mahdani dan Ibu Nursinah. Setelah kuliah, langsung mengajar di SMA Yaperbel, Handayani, SPK Tanjungpandan (1990-2000). Di SMAN 2 (1993‐2011) mutasi ke SMA 1 Tanjungpandan sampai sekarang. Buku solo ada 10 sedangkan antologi sebanyak 65 buku. Silakan bersilaturahmi di nurmariana.dra@gmail.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?