Banner Iklan

Puisi: Tugu Pahlawan

Admin JSN
09 September 2025 | 17.49 WIB Last Updated 2025-09-09T11:10:08Z
Ilustrasi puisi Tugu Pahlawan karya Nurmariana./Pixabay

PUISI | JATIMSATUNEWS.COM:

Nurmariana

Tugu Pahlawan

Suatu senja kelabu awan mendung jadi gundah Saat kulewat tiga tahun lalu hujan basah Masih tegak berdiri tak tergoyah Di jantung kota Surabaya nan megah

Banyak kisah menantang resah

Semangat juang pahlawan gugur tak pernah Lupa menyapa seakan tak punah Terus mengukir harum asa sejarah

Di bumi pertiwi bunga-bunga bangsa gugur
Gelora syahdu terus bersyukur
Saksi senjata, nyawa yang kabur

Surabaya berani, semangatnya subur Jiwa raga semakin melebur

Langit mendung pun enggan meredam
Api perjuangan terus mendekam
Arek-arek Surabaya bertarung dendam

Lawan penjajah tak pernah bungkam Wariskan merdeka tanpa salam

Tugu Pahlawan engkau pelita semangat

Aku terus semaikan ikrar di dada walau penat Penjaga seribu janji di dada para sahabat

Terus berpacu tanpa ada penghambat

Tanjungpandan, 5 Juli 2025


Tugu Pahlawan di Kesunyian Malam

Tugu Pahlawan penuh duka membisikkan kisah
Di sela angin malam penuh lirih semakin penuh pasrah
Bambu runcing dan dentuman peluru tanpa lelah
Menjadi batu menimbulkan kisah pasrah terbitkan sejarah
Langkah pejuang kini menghilag tak lagi ada
Namun nama para pahlawan menghujam abadi bernada
Di bumi pertiwi tanah pahlawan Surabaya terpatri janji di beranda
Hati warga terbersit merdeka tumbuh di relung dada

Malam semakin sunyi tanpa sinar lampu Kilau kenangan di penggalan waktu tertumpu Sebersit penggalan doa tertanam tak mampu

Simpan kisah pilu sekujur tugu bukan saksi penipu
Generasi penerus jemput asa di mana pun berada
Dengarlah bisik tugu di dada,  
Jangan biarkan nyali anak bangsa mereda 
Di tanah Surabaya jiwa-jiwa merdeka selalu ada

Tanjungpandan, 5 Juli 2025


Janji Hidup Tugu Pahlawan

Di langit Surabaya membiru
Tugu Pahlawan mengharu
Ajarkan arti rindu menderu

Sunyi di Tugu Pahlawan jadi pedoman
Janji hidup yang sunyi jadi harapan
Walau suara merdeka berbisik pelan

Seperti doa menembus waktu
Seperti warga Surabaya siap bersatu
Menjahit asa yang bertumpu

Para pahlawan gugur satu per satu Para penjaga sumpah menyatu 
Para arek Surabaya tak pernah menggerutu

Tanjungpandan, 6 Juli 2025


Jembatan Merah Berkisah

Jembatan Merah bukan sekadar nama
Jembatan Merah bukan sekadar menyapa
Jembatan Merah bukan sekadar cerita
Berjuta langkah kaki menapak

Kisah mengalir tanpa putus meretak Mengalir bersama nada sejarah tak pernah retak

Menggema seruan lantang Lawan penjajah walau jiwa tegang

Walau akhirnya nyawa meregang
Jembatan Merah bukan sekadar nama
Jembatan Merah bukan sekadar menyapa
Jembatan Merah bukan sekadar cerita

Engkau monumen jiwa raga Kini area jadi wadah hargai luka Saksi zaman perjuangan berlaga

Tanjungpandan, 7 Juli 2025


Di Bawah Kubah

Saat menapakkan kaki dalam masjid Sayup-sayup terdengar lirih seorang ibu Linangan butiran hangat mengalir bagai sungai

Di tengah hiruk-pikuknya kendaraan di jalan Bibir merah merekah terus mengalunkan lembut Untaian rintih pilu duka nestapa bangkitkan semangat

Di bawah kubah di kota Surabaya Alunan doa terus menjulang tembus langit Rindu bersujud lama berdiam diri hentikan gundah

Di tepian sajadah terajut secuil asa Agar buah hati kembali ke jalan lurus Agar tetap tenang, tak gentar seperti kubah

Tanjungpandan, 7 Juli 2025

___

Profil Penulis

Nurmariana 

Anak ketiga Bapak Mahdani dan Ibu Nursinah. Setelah kuliah, langsung mengajar di SMA Yaperbel, Handayani, SPK Tanjungpandan (1990-2000). Di SMAN 2 (1993‐2011) mutasi ke SMA 1 Tanjungpandan sampai sekarang. Buku solo ada 10 sedangkan antologi sebanyak 65 buku. Silakan bersilaturahmi di nurmariana.dra@gmail.com.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Puisi: Tugu Pahlawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now