Sinergi Peneliti Global untuk Modul Tematik Lingkungan: Pengalaman dari Kampong Lok Urai, Sabah
SABAH | JATIMSATUNEWS.COM:Kampong Lok Urai, sebuah desa nelayan kecil di pinggiran Kota Kinabalu, Sabah, menyimpan kisah yang tak hanya tentang laut, perahu, dan kehidupan pesisir, tetapi juga tentang kolaborasi ilmiah lintas negara yang berupaya menanamkan nilai keberlanjutan lingkungan kepada generasi muda.
Desa yang dikelilingi hamparan laut biru dan hutan bakau ini menjadi saksi pertemuan para peneliti dua negara, Indonesia dan Malaysia, dengan satu misi bersama: merancang modul tematik lingkungan yang relevan, kontekstual, dan mengakar pada realitas kehidupan masyarakat setempat.
Kolaborasi penelitian Internasional yang digagas oleh Prof. Amka, Nur Latifah, dan Fantika Febry Puspitasari dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang ini tidak sekadar berbagi teori dan literatur ilmiah, tetapi juga menyelami kehidupan warga Kampong Lok Urai secara langsung.
Di hari pertama, para peneliti menyusuri dermaga kayu, dengan eksplorasi lapangan di Kampung Apung Lok Urai, Pulau Gaya — sebuah komunitas unik yang seluruh permukimannya berdiri di atas air. Kami berdialog dengan nelayan tentang perubahan cuaca yang semakin ekstrem, serta mengamati interaksi anak-anak dengan lingkungan pesisir mereka.
Dari hasil pengamatan dan diskusi ini, lahirlah ide-ide segar untuk merancang materi pembelajaran yang memadukan pengetahuan sains, kearifan lokal, dan praktik ramah lingkungan.
Di sana, tim melakukan wawancara mendalam dengan berbagai pemangku kepentingan, salah satunya Sigu Normina, seorang guru yang telah mengabdikan diri selama 17 tahun di sekolah PPKK (Pusat Pembangunan Kemanusiaan Kanak-Kanak) Lok Urai.
Wawancara ini membuka wacana tentang tantangan pendidikan di daerah marjinal sekaligus menginspirasi lahirnya ide-ide praktis untuk penguatan kapasitas masyarakat setempat.
Penelitian ini berlangsung dengan penuh semangat dan antusias. Dan kegiatan ini berpartner langsung dengan Prof. Rahinah Ibrahim, pakar di bidang Sustainable Design Information dari Universiti Putra Malaysia (UPM).
Penelitian lintas negara ini tidak hanya memperkuat jejaring akademik, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam pengembangan pengetahuan berbasis keberlanjutan.
Proses pengembangan modul tematik ini dilandasi prinsip Education for Sustainable Development (ESD), dengan menekankan keterkaitan antara ekosistem laut, kelestarian hutan bakau, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Modul ini diharapkan menjadi sarana bagi siswa sekolah dasar dan menengah di Sabah untuk memahami hubungan erat antara lingkungan dan keberlangsungan hidup mereka, sekaligus menumbuhkan rasa tanggung jawab ekologis sejak dini.
Tim peneliti mendapatkan orientasi mendalam mengenai proyek bersama yang bertajuk “Development of a Thematic Module for Sustainable Environment: A Contextual Approach in Sabah, Malaysia.” Penelitian ini diarahkan pada dua luaran utama: publikasi di jurnal bereputasi internasional (Scopus indexed journal) dan pengembangan modul ajar yang aplikatif.
Dalam sesi diskusi, Prof. Rahinah Ibrahim memperkenalkan Eagle System, sebuah teknologi inovatif yang mampu membantu peneliti membangun kerangka berpikir, menyusun rancangan awal penelitian, sekaligus menghasilkan abstrak secara sistematis.
Teknologi ini mempermudah tim untuk menyelaraskan ide dan memastikan rancangan penelitian tetap terarah pada tujuan akademik yang jelas. Dan pengumpulan data di kampung Lok Urai, langsung dianalisis bersama di ruang kerja CMAG (Centre for Malaysian Architecture and Greenery). Sehingga dari diskusi tersebut, lahirlah konsep modul ajar “Manajemen Pendidikan Berkelanjutan” yang dirancang sebagai panduan menciptakan ekosistem pendidikan yang selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Modul ini diharapkan menjadi referensi praktis bagi pendidik, pembuat kebijakan, maupun komunitas lokal dalam mengimplementasikan prinsip keberlanjutan secara nyata.
Hari-hari berikutnya diisi dengan kegiatan akademik yang padat namun produktif: kajian literatur, perumusan metodologi, analisis data, hingga penyusunan laporan akhir dan table of content untuk publikasi ilmiah.
Puncak kegiatan terjadi pada hari kelima, ketika seluruh tim menyelesaikan abstrak penelitian dan melakukan refleksi bersama. Kegiatan ditutup dengan Certification Award Ceremony sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi setiap peserta dalam proyek kolaboratif ini.
Kegiatan ini tidak hanya meninggalkan keluaran berupa jurnal dan modul, tetapi juga membangun kesadaran kolektif akan pentingnya pendidikan kontekstual yang berpihak pada keberlanjutan.
Melalui sinergi lintas negara, penelitian ini menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan dapat menjadi jembatan untuk menghubungkan visi global dan kebutuhan lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?