Meneliti bersama
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Laut biru di pagi hari selalu punya cara menyambut. Angin pesisir membawa aroma garam, memeluk lembut setiap langkah yang menapaki dermaga kayu di Kampong Lok Urai, sebuah desa nelayan di pinggiran Kota Kinabalu, Sabah. Di sini, kehidupan berjalan di atas air. Rumah-rumah panggung berjejer rapi, perahu-perahu bergoyang, dan anak-anak berlarian di papan sempit tanpa takut terjatuh.
Akademisi UIN Malang datang bukan sebagai turis, melainkan sebagai pembelajar. Kolaborasi lintas negara ini mempertemukan para peneliti dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang — Prof. Amka, Nur Latifah, dan Fantika Febry Puspitasari — dengan Prof. Rahinah Ibrahim dari Universiti Putra Malaysia. Tujuannya sederhana, tetapi bermakna besar: merancang modul tematik lingkungan yang lahir dari denyut kehidupan masyarakat, bukan sekadar dari buku teks.
Hari Pertama: Menyapa Laut, Menyerap Cerita
Dermaga membawa rombongan UIN Malang ke Kampung Apung Lok Urai. Di sana, nelayan bercerita tentang cuaca yang kian sulit ditebak, ombak yang semakin liar, dan tangkapan yang kadang tak menentu. Di sela percakapan, mata kami tertumbuk pada anak-anak yang berenang di sela tiang rumah, tertawa lepas, seakan tak peduli pada badai di luar sana. Dari mereka, belajar bahwa interaksi dengan alam adalah pelajaran pertama yang mereka terima.
Guru yang Menjaga Mimpi
Sore itu, bertemu Sigu Normina — perempuan yang selama 17 tahun setia mengajar di PPKK Lok Urai. Ceritanya tentang perjuangan anak-anak menggapai pendidikan di tengah keterbatasan membuat kami terdiam. Bukan hanya soal jarak atau fasilitas, tetapi tentang keyakinan bahwa setiap anak di sini berhak mendapat masa depan yang layak. Cerita itu membentuk kerangka modul kami: pendidikan yang berpihak pada anak, berpadu dengan kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan.
Sinergi Ilmu, Teknologi, dan Hati
Tak hanya lapangan, meja kerja pun jadi medan penting. Di ruang CMAG (Centre for Malaysian Architecture and Greenery), Prof. Rahinah mengenalkan Eagle System — teknologi yang memandu kami menyusun kerangka penelitian, hingga melahirkan konsep “Manajemen Pendidikan Berkelanjutan”. Modul ini tak hanya berbicara soal menjaga laut dan bakau, tetapi juga bagaimana keberlanjutan menjadi napas keseharian.
Buah dari Kerja Bersama
Proyek bertajuk “Development of a Thematic Module for Sustainable Environment: A Contextual Approach in Sabah, Malaysia” ini punya dua hasil besar: publikasi di jurnal internasional bereputasi dan modul ajar aplikatif untuk sekolah-sekolah di Sabah. Membayangkan anak-anak belajar sains melalui pengalaman mereka sendiri: mengukur pasang surut, mengenali jenis bakau, dan memahami bahwa menjaga laut berarti menjaga hidup.
Mengikat Janji di Dermaga
Lima hari yang padat diisi dengan kajian literatur, diskusi metodologi, hingga penyusunan table of content publikasi. Puncaknya adalah refleksi bersama, lalu Certification Award Ceremony sebagai tanda bahwa perjalanan ini meninggalkan jejak, bukan hanya di kertas, tetapi di hati.
Dari Kampong Lok Urai, rombongan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pulang membawa lebih dari sekadar data. Membawa keyakinan bahwa sinergi lintas negara bukan sekadar pertemuan pikiran, tetapi juga pertemuan hati. Bahwa keberlanjutan bukan jargon global, tetapi denyut kecil yang hidup di antara tiang-tiang rumah di atas laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?