![]() |
Risda Yulianti, pemain Timnas Putri Indonesia pada Piala AFF Wanita 2018 Palembang./Instagram @racil.yulian |
JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM - Sejak Timnas Putri Indonesia menyelesaikan perjuangannya di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026 pada 5 Juli lalu, jagat maya diramaikan dengan pembahasan Liga Putri.
Apalagi, ketika para pemain Timnas Putri Indonesia sempat membentangkan spanduk dari suporter yang bertuliskan, 'Pak Erick kapan Liga 1 Putri digelar'.
Momen tersebut kemudian menjadi diskusi warganet di berbagai media sosial baik Instagram dan X--sebelumnya Twitter. Ditambah dengan aksi ofisial yang menarik spanduk itu dari genggaman para pemain Garuda Pertiwi.
Usai kejadian itu viral, PSSI melalui Ketua Umum Erick Thohir meminta publik untuk bersabar.
Ia mengatakan jika saat ini jumlah pemain untuk bertanding di liga masih kurang.
Menurutnya, PSSI sedang menyiapkan pembibitan pemain termasuk dengan menggelar Piala Pertiwi dari kelompok usia muda seperti U-14 dan U-16.
Ajang ini melibatkan pihak swasta dari Djarum Foundation dan Hydroplus.
Namun, yang menjadi konsentrasi publik adalah pemain-pemain saat ini yang sudah di atas 17 tahun dan membutuhkan kompetisi.
Apalagi, di antara mereka saat ini juga membela Timnas Putri Indonesia seperti U-19, U-20, dan senior.
Inilah mengapa, permintaan agar liga putri segera dihelat membesar. Apalagi, publik juga mulai tahu bagaimana kompetisi sepak bola wanita di negara tetangga se-Asia Tenggara.
Ini disebabkan oleh adanya beberapa pemain timnas yang bermain di luar negeri. Seperti Shalika Aurelia, Sheva Imut, Gea Yumanda, dan Nafeeza Nori di Makati FC, klub Filipina yang di liganya hanya ada 6 tim. Tetapi, salah satu timnya sudah berhak mendapat tiket kualifikasi ke Liga Champions Asia (AWCL).
Terbaru, Viny Silfianus Sunaryo juga direkrut klub juara Liga Wanita Malaysia (LWN) 2024, Kelana United yang bakal bermain di babak kualifikasi AWCL 2025/26.
Jika merujuk peserta AWCL 2025/26, ada delapan negara ASEAN yang punya liga dan berhak mengirim wakilnya.
Yakni, Vietnam (tanpa kualifikasi), Filipina (kualifikasi), Thailand (kualifikasi), Malaysia (kualifikasi), Myanmar (kualifikasi), Laos (kualifikasi), Singapura (kualifikasi), dan Kamboja (kualifikasi).
Hanya Indonesia, Brunei, dan Timor Leste yang tidak punya wakil karena belum ada liga.
Indonesia pernah ada Liga 1 Putri pada 2019. Namun itu menjadi yang pertama dan terakhir hingga saat berita ini dibuat.
Brunei belum ada program sepak bola wanita dan masih fokus terhadap sepak bola pria.
Sedangkan, Timor Leste akan mengadakan Liga Wanita lagi mulai akhir Agustus 2025 hingga Januari 2026 mendatang.
Melalui laman resmi federasinya, FFTL pada Juni lalu, mereka membuka pendaftaran klub mulai 16 Juni hingga 31 Agustus 2025 mendatang.
Artinya, mereka bisa saja akan mengirim wakilnya ke AWCL pada musim 2026/27 meskipun harus melalui kualifikasi.
Itu pun jika AFC masih hanya menggelar Liga Champions, belum disertai kasta keduanya seperti yang ada di pria--bahkan ada kompetisi kasta ketiga.
Dengan situasi sedemikian rupa, maka Indonesia diharapkan oleh publiknya untuk bisa segera mengadakan liga.
Salah satu pemain Timnas Putri Indonesia pada Piala AFF Wanita 2018, yakni Risda Yulianti turut berkomentar terhadap jumlah pemain sepak bola putri.
Tanggapan ini diberikan usai Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga mengatakan jika salah satu faktor yang harus dipenuhi dalam membentuk liga adalah jumlah pemain yang memadai.
Menurut Arya Sinulingga pada unggahan di Instagram hari ini (9/7), agar bisa menjalankan liga, salah satunya dibutuhkan jumlah pemain sekitar 200-240 orang.
"Sejak 2 tahun ini, kami (PSSI) sedang bekerja menghasilkan 200-240 pemain profesional putri dengan membangun kompetisi-kompetisi lokal dan kompetisi-kompetisi usia muda dan sangat sulit, serta itu butuh waktu," tulis Arya.
Unggahan ini kemudian mendapat tanggapan dari Risda Yulianti yang pernah membela tim PON Jawa Barat di PON Papua 2021.
Ia pun mengungkap perkiraan jumlah pemain sepak bola wanita di Indonesia berdasarkan partisipasi tim daerah pada Pekan Olahraga Nasional yang paling dekat pernah digelar, yakni PON Aceh-Sumut 2024.
"PON di Aceh-Sumut ada 8 tim yang lolos Babak Kualifikasi PON. Estimasikan satu tim berisi 20, maka 8x20=160 pemain. Ini belum tim-tim daerah yang tidak lolos BK, ketika BK 1 grup diisi 2-3 tim dan yang lolos hanya 1 tim. Itu baru PON, belum tim PORPROV atau klubnya, tercukupi kok kalau hanya butuh 200-an. Masalahnya, niat atau tidak," tulis Risda yang kemudian diunggah oleh laman fanbase sepak bola nasional, @futboll.indonesiaa.
Risda Yulianti saat membela Timnas Putri Indonesia di Piala AFF Wanita 2018 Palembang bermain sebagai bek.
Ia saat ini berusia 28 tahun dan memilih menyiapkan diri sebagai calon pelatih sepak bola dengan mengantongi Lisensi B PSSI pada 2024.
Secara usia, ia seangkatan dengan bek Timnas Putri Indonesia saat ini, Vivi Oktavia Riski. Vivi pun kembali masuk timnas usai Pelatih Satoru Mochizuki menonton PON Aceh-Sumut 2024.
Artinya, pelatih timnas pada akhirnya juga mendapatkan pemain dari hasil melihat di sebuah pertandingan. Bukan hanya mendapatkan pemain yang telah ikut pemusatan latihan (TC) timnas.
Karena, dengan pertandingan kompetitif, pelatih akan melihat kemampuan teknis dan nonteknis dari pemain tersebut.
Inilah mengapa, kompetisi pada akhirnya akan penting untuk menyuplai kebutuhan skuat tim nasional.
Namun, Anggota Exco PSSI, Arya Sinulingga juga kembali mengunggah pernyataan bahwa membuat liga seperti membuat universitas.
Menurutnya, sebelum membuat universitas, maka dibuatlah SD, SMP, dan SMA terlebih dahulu.
"Masa' tanpa proses itu langsung kuliah? Saat ini, federasi sedang membuat SD, SMP, dan SMA untuk memperbanyak siswa yang nantinya bisa masuk ke Universitas Sepak Bola Putri. Intinya ya sabar, kami sedang kerja membuat SD, SMP, dan SMA," jelas Arya.
Melalui pernyataan tersebut, maka PSSI diperkirakan akan tetap sesuai dengan rencananya--yang mundur setahun--dalam menggulirkan liga putri.
"Rapat dengan jajaran PSSI untuk perencanaan Liga 1 Putri yang bergulir pada 2027. Kami membuat proyeksi dengan menghitung potensi di beberapa bidang, mulai dari operasional, kompetisi, dan komersial untuk 10 tahun mendatang," tulis Erick Thohir pada laman Instagram-nya, Kamis (20/2).
"Dengan persiapan yang matang, kami ingin Liga 1 Putri bisa bergulir untuk jangka panjang dan bisa meningkatkan kualitas pemain sepak bola putri yang akan memperkuat Timnas Putri Indonesia," imbuhnya.
Artinya, paling cepat jika berpatokan pada rilis akun Instagram Erick Thohir tersebut, Liga Putri akan bergulir pada 2027. Tentu, jika 'SD, SMP, dan SMA-nya' sudah ada. ***
Penulis: YAN
Baca juga: Viny Silfianus Berpotensi Ukir Sejarah Baru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?