Kampung Tempe Sanan, Malang, jadi sentra industri ramah lingkungan dengan inovasi pengelolaan limbah tempe menjadi pakan ternak dan energi alternatif, contoh keberlanjutan masyarakat.
MALANG. 9 JUNI 2025 | JATIMSATUNEWS.COM — Kampung Tempe Sanan yang terletak di Kota Malang telah menunjukkan peran pentingnya sebagai sentra industri tempe dan keripik tempe. Warga bersama para pelaku industri rumahan berhasil mengembangkan sistem pengelolaan limbah produksi tempe yang inovatif dan ramah lingkungan. Sejak beberapa tahun terakhir, pengelolaan ini dilakukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi, dengan cara mengolah limbah menjadi pakan ternak, bahan makanan baru, dan energi alternatif.
Saat ini terdapat lebih dari 300 pengrajin tempe dan 200 pengrajin keripik tempe yang aktif di wilayah Sanan. Kegiatan produksi yang melibatkan berbagai tahapan seperti perendaman dan perebusan kedelai menghasilkan limbah dalam jumlah cukup besar. Namun berkat kesadaran kolektif masyarakat, limbah tersebut tidak menjadi persoalan lingkungan, melainkan diolah menjadi campuran pakan untuk sekitar 800 ekor sapi. Hal ini membantu warga mengurangi biaya pemeliharaan ternak sekaligus mendukung prinsip produksi yang lebih efisien.
Limbah berupa kulit kedelai yang berasal dari proses produksi tempe dikeringkan agar lebih tahan lama. Bahan ini kemudian diolah kembali untuk menjadi campuran pakan ternak dan juga bahan dasar tepung nabati. Sementara itu, sisa pengirisan tempe yang biasanya dibuang kini digunakan untuk membuat makanan ringan seperti stik mendol, yang memiliki potensi ekonomi tambahan bagi warga. Re mahan tepung goreng yang sudah gosong dimanfaatkan sebagai bahan campuran dedak ternak, sedangkan remahan yang masih layak dikonsumsi digunakan kembali dalam pengolahan makanan.
Inovasi pengelolaan limbah juga dilakukan terhadap minyak goreng bekas. Setelah melalui proses pengendapan, bagian atas yang masih bening akan dicampur dengan minyak baru untuk pemakaian ulang. Minyak yang tidak layak digunakan akan dikumpulkan dan disalurkan ke pihak ketiga untuk diolah kembali sebagai bahan bakar biodiesel. Langkah ini tidak hanya mengurangi pencemaran limbah cair, tetapi juga membuka peluang pemanfaatan sumber energi terbarukan.
Sejak tahun 2018, warga di RT 5 Kampung Sanan juga mengembangkan sistem pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi energi gas rumah tangga. Kotoran dari peternakan warga dialirkan ke tangki fermentasi yang dirancang menyerupai tangki septic. Proses ini dilengkapi dengan penyaringan untuk mengurangi bau menyengat. Dua saluran pipa digunakan, satu untuk memisahkan cairan dan satu lagi untuk menyalurkan gas ke rumah warga. Gas ini dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk memasak, menghasilkan api biru yang efisien dan lebih bersih. Penggunaan gas ini harus dilakukan secara rutin agar tekanan tidak menumpuk dan sistem tetap berjalan aman.
Dengan seluruh langkah yang telah diambil, Kampung Tempe Sanan kini menjadi contoh nyata bagaimana industri rumahan dapat berkembang secara mandiri dan berkesinambungan. Potensi besar yang dimiliki kawasan ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam membangun lingkungan produksi yang bertanggung jawab dan berbasis masyarakat. Pemerintah, dunia pendidikan, serta mitra swasta diundang untuk datang dan melihat langsung praktik baik yang sudah berjalan di Sanan.
Penulis
Dra Trinil Sri Wahyuni
Ketua Paguyuban Kampung Sanan
E : trinilsriwahyuni@gmail.com
T : +62 812-3025-1565 M. Irfan Wijaya, M. Sheva Atilla Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?