Anggota DPD RI Lia Istifhama Rela Tangannya Kotor Untuk Acara Penanaman Pohon
SAPA TOKOH | JATIMSATUNEWS.COM: Dr. LIA ISTIFHAMA, S.Sos.I., S.Sos, S.H.I, M.E.I anggota DPD RI memiliki cara unik saat acara menanam pohon, yakni suka bertelanjang tangan. Sebuah kegiatan simbolis yang banyak dilakukan tokoh penting menandai sebuah acara, begitupun dengan Ning Istifhama, sering diundang kegiatan tersebut.
Istimewa adalah caranya menanam, tak seperti kebanyakan orang menggunakan alat semisal cangkul, Ning Lia menolaknya. Tangan halus nan lentik itu rela telanjang mengaduk-aduk tanah, memasukkan bibit pohon ke lubang untuk ditutupi tanah lagi hingga lalu disiram.
Hal ini setidaknya dia di Alas Veenuz Trawas 24 Mei 2025 lalu saat acara menanam pohon peringatan 3rd Anniversary. Bersama Kepala Dinas Kehutanan (Kadishut) Provinsi Jawa Timur Dr.Ir Jumadi,MMT, Bupati Mojokerto, Dr. H. Muhammad Al-Barra, Lc. M. Hum (Gus Bara), Wakil Bupati dr. Muhammad Rizal Octavian, Adm KPH Pasuruan Ivan Cahyo dan direktur Alas Veenuz Trawas Rahman
Peristiwa tak biasa itu sontak banyak memantik lensa kamera, tapi Ning Lia bergeming. Dia memang berbeda dari tokoh lain, bukan hanya karena ia dikenal sebagai figur publik, keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, ataupun karena penampilannya yang cantik anggun dan tangan lentiknya yang terawat. Tetapi karena caranya menanam pohon: dengan tangan telanjang, tanpa alat, tanpa cangkul, sekop atau celurit, tanpa risih sedikit pun.
Meski begitu Ning Lia tidak kehilangan aura cantiknya.
"Makin cantik dengan hati yang baik," ucap direktur Alas Veenuz Rahman saat mendampingi Ning Lia menanam pohon saat itu.
Saat banyak orang menggunakan cangkul atau sekop untuk menggali tanah, Ning Lia justru memilih menggali dengan tangannya sendiri. Di balik tindakannya yang terlihat sederhana itu, tersimpan filosofi spiritual.
“Saya ingin tangan ini menjadi saksi di akhirat. Bahwa tangan ini pernah digunakan untuk menanam pohon yang memberi manfaat bagi banyak makhluk. Karena menanam pohon itu jariyah, pahalanya tak terputus, saya ingin dapat itu,” ujar Ning Lia sambil menepuk lembut tanah yang baru saja ia tanami bibit pohon waktu itu.
Aksinya bukan simbolis belaka, tetapi ada hati yang tulus. Kesederhanaan sikap dari seorang Ning Lia organik. Sosok yang dikenal cerdas, religius, dan sering tampil di forum-forum akademik dan sosial ini, menunjukkan bahwa cinta lingkungan sejati lahir dari keikhlasan, bukan pencitraan.
Kegiatan tanam pohon yang berlangsung di Alas Veenuz Trawas lalu bukan pertama kalinya diikuti oleh Ning Lia. Ia kerap diundang dalam berbagai acara lingkungan, baik oleh komunitas hijau, pemerintah daerah, maupun kampus-kampus. Dalam setiap kesempatan, Ning Lia selalu menyempatkan diri untuk berbaur dengan masyarakat, bersalaman tanpa pilih-pilih, dan yang tak pernah absen: melafalkan doa.
“Semoga pohon yang saya tanam dan kawan-kawan lain tanam ini tumbuh subur, memberi manfaat pada alam, lingkungan, dan masyarakat,” tuturnya dengan lembut namun penuh keyakinan.
Kata-kata itu bukan hanya doa, tetapi cerminan kepedulian yang menyatu antara iman dan tindakan nyata. Baginya, menanam bukan hanya kegiatan fisik, tetapi ibadah sosial.
Sebagai tokoh perempuan muda yang tumbuh dari lingkungan pesantren dan memiliki latar belakang akademik yang kuat, Ning Lia menunjukkan bahwa perempuan bisa menjadi pelopor perubahan—bukan hanya lewat teori dan wacana, tetapi lewat teladan langsung di lapangan. Ia tidak hanya piawai memegang mikrofon di panggung seminar, tapi juga turun ke bumi, menggali harapan lewat akar pohon yang ia tanam sendiri.
Kepeduliannya pada lingkungan menjadi inspirasi tersendiri, bahwa siapapun—baik muda maupun tua, pria atau wanita, pejabat atau rakyat biasa—punya peran penting dalam menyelamatkan bumi. Ans
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?