Banner Iklan

Jejak KH A Hasyim Muzadi Di Negeri Gajah Putih

Anis Hidayatie
04 Desember 2021 | 17.54 WIB Last Updated 2021-12-04T15:42:19Z

ARTIKEL I JATIMSATUNEWS - 
Dalam pandangan penulis, KH Hasyim Muzadi adalah ulama perekat umat. Ini bisa kita lihat bagaimana beliau sebagai tokoh NU sangat cair bergaul dengan ormas-ormas Islam lain. Bahkan ormas seperti HTI dan FPI yang beberapa tahun ini bersitegang dengan NU, dulu tokoh-tokoh HTI sowan ke rumah Kyai Hasyim seperti sowan dengan gurunya sendiri. Habib Rizieq Shihab tanpa ragu dan malu mengakui KH Muzadi adalah gurunya.

Sikap KH Hasyim yang santun dengan humor-humornya yang khas sangat menunjang keberhasian beliau dalam mengkampayekan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin di Indonesia ataupun dalam dunia Internasional. 

Ya, KH Hasyim Muzadi sama halnya Gus Dur yang tanpa lelah mengkampanyekan Islam Rahmatan Lil Alamin ke penjuru Dunia. Dalam buku biografi A. Hasyim Muzadi yang ditulis oleh Ahmad Millah Hasan, terdapat satu tema tentang peran H Hasyim Muzadi dalam wacana Islam Rahmatan Lil Alamin. Disini diceritakan KH Hasyim Muzadi mengunjungi banyak negara untuk mendakwahkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

Thailand adalah negara yang pernah dikunjugi KH Hasyim Muzadi lebih dari satu kali. KH Hasyim Muzadi dua kali berkenjung ke Thailand untuk membantu pemerintah untuk menciptakan suasana damai dan menyelesaikan konflik muslim minoritas Thailand Selatan. Pertama, pada Maret – April 2005, yang diterima PM Thailand Thaksin Shiwarta, Raja Thailand Bhumibol Adulyadej dan pejabat tinggi lainnya. Kedua, 11-12 September 2006, sepekan sebelum Thaksin dikudeta oleh militer setempat.

Atas nama NU, KH Hasyim Muzadi memberikan beberapa masukan kepada pemerintah Thailand untuk menyelesaikan konflik di tiga provinsi Thailand Selatan, yaitu Yala, Pattani, dan Narathiwat yang mayoritas penduduknya  muslim. Konflik itu terjadi pasca penyerangan militer Thailand terhadap Masjid Krue Se di Pattani dan terbunuhnya 84 demonstran Muslim di Tak Bai, Narathiwat, Oktober 2004. Dua masalah di atas telah membuat prihatin Raja Thailand Bhumibol Adulyadej
Ahmad Millah Hasan, penulis buku biografi KH Hasyim Muzadi menguraikan bahwa kultur masyarakat Thailand Selatan hampir sama dengan kultur warga NU. Selain itu masyarakt Thailand telah mengenal NU sebagai organisasi Islam terbesar dunia tidak pernah menyelesaikan konflik dengan jalan kekerasan. 

Hal itu juga yang membuat pemerintahan Thailand menilai bahwa NU adalah kelompok Islam yang moderat. Sejak awal NU berharap konflik di Thailand segera selesai. Oleh karena itu, dalam kunjungan kedua, KH Hasyim Muzadi memberi masuka yang bersifat saran.

Pertama, NU berpandagan bahwa konflik di Thailand sepatutnya sianggap sebagai konflik nasional. Untuk itu hendaknya Thailand menjauhkan anasir internasionalisasi dalam menyelesaikan konflik.
Kedua, NU beranggapan bahwa muslim Thailand adalah bagian dari anak kandung asli warga Thailand, sehingga pemerintah Thailand menciptakan Thai Moslem Thailand Selatan, bukan diorientasikan muslim luar Thailand. Sehubungan dengan hal itu, NU menyerahkan pemerintah setempat memberikan perlindungan terhadap sesama muslim di Thailand Selatan, kecuali bagi mereka yang terlibat terorisme.

Khusus untuk terorisme, NU mengusulkan pendekatan harus melalui pengadilan. Karana dari pengadilan akan  segera diketahui anatomi dari teroris. Apakah dari warga domestic Thailand Selatan atau provokasi luar negeri. Kalau dari luar negeri dari unsur mana? Dari garis ekstrim kiri atau kanan?

 NU juga mengusulkan agar pendekatan militer dan keamanan, hendaknya diimbangi dengan Pendidikan, kesejahteraan dan keadilan.
Selanjunya, NU memohon kepada pemerintah Thailand agar mempunyai advisor yang mengerti agama Islam, dengan maksud agar mengerti dan tidak salah faham. Misalnya, tantara Thailand tidak boleh memakai sepatu saat masuk masjid, karena masjid tempat yang disakralkan umat Islam.

NU, melalui KH Hasyim Muzadi memberikan masukan agar pemerintah Thailand mewaspadai adanya infiltrasi, seperti mereka yang biasa melakukan bisnis bencana, orang yang memanfaatkan konflik sebagai pasar jual beli senjata. Karena masyarakat sipil Thailand banyak yang memiliki senjata, sementara pemerintahannya takut pemberontakan.

Di sisi lain, mewaspadai invisible hand, karena setiap konflik itu mesti ada sesuatu di bawah permukaan. Para guru agama Islam disana hendaknya tidak mengajarkan formalism khilafah Islam di tengah masyarakat Hindu – Buddha, sebab yang demikian dapat menganggu proses demokrasi yang ada di sana. Andaikan Thailand membutuhkan guru-guru lulusan pesantren NU, maka KH Hasyim Muzadi bersedia mengirimkannya. Karena orang NU punya pengalaman yang baik dalam berkomunikasi dengan orang-orang Hindu – Buddha.

Boy

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Jejak KH A Hasyim Muzadi Di Negeri Gajah Putih

1 komentar:

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now