Banner Iklan

Gerakan Kembalikan Air ke Bumi: 7 Mahasiswa Sosiologi UNESA

Anis Hidayatie
03 Desember 2025 | 15.48 WIB Last Updated 2025-12-03T15:29:16Z


 6
mahasiswa Sosiologi UNESA melaksanakan pemasangan lubang resapan  biopori

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM:  (03/12/2025) 6 mahasiswa Sosiologi UNESA memainkan pemasangan lubang resapan biopori dan berkolaborasi dengan KSH RT 2 RW 1 Kelurahan Kedung Baruk, Rungkut Surabaya. Aksi ini berawal dari tugas mata kuliah Model Pemberdayaan Masyarakat dimana mereka diminta untuk melakukan sosialisasi sekaligus pemasangan lubang resapan biopori.

Tidak ingin sama dengan kelompok lainnya, Nova Azzahra menjadi salah satu anggota kelompok yang mencetuskan untuk membuat lubang resapan biopori sendiri dengan menggunakan bahan bekas yaitu galon le minerale. Berawal dari keisengannya scroll aplikasi TikTok, ia menemukan akun yang memaparkan cara pembuatan lubang resapan biopori. 

Tidak perlu menunggu waktu lama, Nova bersama kelima kawannya yang lain yakni Galuh, Hani, Nana, Fifah dan Tiara melakukan trial and error dengan menggunakan beberapa galon bekas le minerale. Proses ini dilakukan untuk melihat seberapa dalam dan lebar diameter tanah yang dibutuhkan untuk memasukkan galon, serta mengukur seberapa besar dan banyak lubang yang perlu dibuat pada galon.

Dalam kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 WIB itu, kelima siswa terlebih dahulu terlebih dahulu memberikan sosialisasi singkat kepada warga mengenai fungsi dan manfaat lubang biopori.

Mengurangi pengumpulan udara saat hujan, namun juga bisa menjadi media pengolahan sampah organik rumah tangga atau yang biasa disebut kompos. 

"Selama ini, banyak hujan air yang terbuang begitu saja ke selokan. Lewat biopori, udara bisa kembali meresap ke tanah dan cadangan air tanah ikut terisi," jelas Nova kepada warga yang hadir di lokasi kegiatan.

Setelah sesi sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung. Warga, khususnya ibu-ibu PKK dan para remaja, diajak mencoba membuat lubang biopori di beberapa titik yang rawan tergenang. Nova dan kawan-kawan menginginkan proses, pemasangan galon bekas, hingga pengisian sampah organik seperti daun kering dan sisa sayuran.

 “Kami ingin warga tidak hanya menyaksikan, tetapi juga mampu menyebarkannya sendiri setelah kami pulang,” tambah Galuh, salah satu anggota kelompok.

Dokumentasi Pemasangan Lubang Biopori

Ketua KSH RT 2 RW 1, yang turut mendampingi kegiatan, menyambut baik inisiatif tersebut. Menurutnya, wilayah Kedung Baruk sering menangani masalah saluran udara tersumbat ketika musim hujan tiba. 

"Anak-anak muda ini membawa solusi yang sederhana namun nyata. Kami senang karena mereka memanfaatkan bahan bekas, jadi tidak perlu membeli peralatan mahal. Ke depan, kami akan mendorong tiap rumah minimal punya satu lubang biopori," imbuhnya.

Antusiasme warga terlihat ketika beberapa di antara mereka langsung mengajukan pertanyaan mengenai perawatan dan masa pakai lubang biopori. Menangapi hal tersebut, Nova menjelaskan bahwa lubang perlu dicek secara berkala, terutama jika sampah organiknya sudah penuh. 

“Kalau sudah terisi, sampah organik bisa diangkat dan dimanfaatkan sebagai kompos untuk tanaman. Lubangnya tetap digunakan kembali dengan cara diisi sampah organik baru,” terang Nova.

Selain memberikan pelatihan teknis, mahasiswa kelima ini juga mengumpulkan data singkat terkait kondisi lingkungan sekitar, seperti frekuensi penyimpanan udara dan kebiasaan pengelolaan rumah sampah tangga warga. Data ini nantinya akan diolah sebagai bagian dari laporan mata kuliah sekaligus bahan evaluasi untuk pengembangan program lanjutan. 

“Kami ingin kegiatan ini tidak berhenti di satu hari. Harapannya, bisa menjadi contoh bagi kelompok siswa lain maupun RT di wilayah berbeda,” ujar Nana dan Hani kompak.

Dosen pengampu mata kuliah Model Pemberdayaan Masyarakat, Ibu Hanin yang dihubungi terpisah mengapresiasi inisiatif mahasiswanya dalam memodifikasi lubang biopori dari bahan bekas. Menurutnya, kreativitas tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak selalu menuntut modal besar, melainkan kepekaan membaca masalah di sekitar dan ingin mencari solusi.

 “Yang terpenting, mahasiswa mampu berkolaborasi dengan warga sehingga ilmu yang mereka dapat di kelas benar-benar hidup dan berdampak,” tuturnya.

Menutup kegiatan, Tiara mewakili kelompok penyerahan secara simbolis satu set alat sederhana dan panduan tertulis pembuatan biopori kepada pengurus KSH. Warga bersama siswa kemudian berfoto bersama di depan rumah salah satu warga sebagai dokumentasi.

Menutup kegiatan, Tiara mewakili kelompok penyerahan secara simbolis satu set alat sederhana dan panduan tertulis pembuatan biopori kepada pengurus KSH. Warga bersama siswa kemudian berfoto bersama di depan rumah salah satu warga sebagai dokumentasi.


“Kami berharap, lubang-lubang kecil yang kami buat hari ini bisa menjadi awal perubahan besar bagi lingkungan,” ujar Tiara Warga pun menyambut pernyataan itu dengan tepuk tangan, menandai berakhirnya gerakan “Mengembalikan Air Ke Bumi” di hari itu, yang diharapkan berakhir melalui praktik rutin masyarakat.



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gerakan Kembalikan Air ke Bumi: 7 Mahasiswa Sosiologi UNESA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now