DPD RI Cantik Lia Istifhama Suarakan Pelestarian Budaya dan Diplomasi Seni hingga Pasar Eropa
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM: Keberlangsungan identitas bangsa tak lepas dari peran para pelaku budaya yang setia merawat warisan leluhur di tengah derasnya ar modernisasi. Di tangan mereka, nilai-nilai adiluhung tetap hidup dan menjadi penanda jati diri Indonesia di mata dunia.
Hal inilah yang menjadi perhatian serius Anggota DPD RI, Lia Istifhama. Dalam dialog hangat bersama para praktisi budaya di Surabaya Selatan, Jumat (19/12/2025), senator muda yang akrab disapa Ning Lia itu menegaskan bahwa kebudayaan adalah fondasi utama yang menentukan posisi tawar bangsa Indonesia di kancah global.
Menurut Lia Istifhama, eksistensi para penggiat budaya merupakan elemen strategis yang tidak boleh diabaikan. Tanpa dedikasi mereka, nilai luhur bangsa berpotensi tergerus zaman.
“Kekayaan budaya seperti keris maupun filosofi hidup dalam aksara Jawa atau Hanacaraka bukan sekadar simbol, tetapi kompas moral yang seharusnya terus dipahami dan dihidupi oleh setiap generasi,” tutur Senator asal Jawa Timur yang dikenal memiliki kekuatan grassroot tersebut.
Ning Lia mengaku bersyukur masih banyak pejuang budaya yang setia menjaga warisan leluhur. Ia bahkan mempertanyakan masa depan identitas bangsa jika tidak ada lagi generasi yang bersedia melanjutkan tongkat estafet pelestarian budaya.
“Menjaga budaya bukan hanya merawat benda mati, tetapi menghidupkan kembali nilai jati diri yang semestinya melekat dalam sanubari setiap warga negara, di mana pun berada,” ujarnya.
Tak hanya soal nilai dan moral, Lia Istifhama juga menyoroti besarnya potensi ekonomi kreatif berbasis budaya. Produk seni hasil karya UMKM memiliki daya tarik kuat, khususnya di pasar Eropa yang dikenal sangat menghargai estetika, orisinalitas, dan nilai sejarah.
Ia berharap produk seni budaya lokal dapat menjadi bagian penting dalam kesepakatan dagang internasional, termasuk EU–CEPA. Menurutnya, sentuhan seni tradisional Indonesia memiliki kelas tersendiri di pasar global.
“Sinergi antara pelestarian nilai budaya dan penguatan ekonomi kreatif harus terus diperkuat agar karya pengrajin lokal mampu menembus pasar dunia dan meningkatkan kesejahteraan mereka,” tegasnya.
Namun demikian, Ning Lia menilai tantangan terbesar saat ini adalah persoalan regenerasi. Seni tradisional dinilai mulai kehilangan daya tarik di mata generasi milenial dan Gen Z. Untuk itu, ia mendorong transformasi pendekatan budaya agar lebih relevan dengan gaya hidup digital.
Putri kharismatik ulama yang dikenal santun ini mengajak para pegiat budaya berkolaborasi dengan kreator konten untuk mengemas seni tradisi menjadi konten media sosial yang menarik, estetik, dan kekinian.
“Kalau dikemas dengan visual yang kuat dan narasi yang dekat dengan anak muda, budaya justru bisa tampil keren dan membanggakan,” katanya.
Menutup dialog, Lia Istifhama menekankan pentingnya peran pemerintah sebagai fasilitator. Ia mendorong hadirnya lebih banyak program stimulus, kompetisi, dan ruang ekspresi berbasis budaya yang didukung secara resmi.
“Penghargaan dan wadah berekspresi akan menjadi motor penggerak bagi generasi penerus untuk kembali mencintai dan melestarikan kekayaan budaya Indonesia,” pungkasnya.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?