Bidan Yuliana (berhijab) Ungkap Perjuangan Panjang Bangun Kesadaran Donor Darah Warga Ngabab Selama 20 Tahun
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Kesadaran warga Desa Ngabab, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, untuk berdonor darah tidak tumbuh dalam semalam. Di balik konsistensi kegiatan donor darah yang kini rutin digelar dan diikuti ratusan warga, ada perjuangan panjang yang dirintis sejak dua dekade lalu. Sosok Bidan Yuliana menjadi saksi sekaligus penggerak utama perjalanan tersebut.
Dalam wawancara yang saat acara donor darah Rabu 17/2025 di balai desa Ngabab,Bidan Yuliana mengungkapkan bahwa kegiatan donor darah di Ngabab pertama kali dimulai pada tahun 2006. Saat itu, donor darah masih menjadi hal yang asing bagi sebagian warga. Namun, dengan pendekatan yang sabar dan berkelanjutan, didukung Pemerintah Desa kegiatan ini perlahan berubah menjadi tradisi kemanusiaan yang mengakar kuat.
“Awalnya tahun 2006, terus berjalan sampai sekarang. Sudah hampir 20 tahun. Alhamdulillah, donor darah ini akhirnya jadi tradisi warga Ngabab,” tutur Yuliana.
Pada awal pelaksanaannya, kegiatan donor darah digelar setiap tiga bulan sekali. Namun seiring meningkatnya partisipasi warga dan kebutuhan stok darah, frekuensi kegiatan kini ditingkatkan menjadi dua bulan sekali. Penyesuaian ini juga dilakukan untuk menyiasati momen bulan Ramadan, agar tetap bisa menjaring pendonor dalam dua gelombang sebelum dan sesudah puasa.
Hasilnya pun membanggakan. Dalam satu kali kegiatan donor darah, jumlah peserta rutin menembus angka 100 orang. Bahkan pada momen tertentu, seperti menjelang bulan puasa, jumlah pendonor bisa mencapai lebih dari 150 orang.
“Kalau bulan puasa itu biasanya lebih banyak, bisa sampai 150 lebih. Kalau hari biasa ya sekitar 100 sampai 100 lebih,” jelasnya.
Menurut Bidan Yuliana, keberhasilan menjaga antusiasme warga tak lepas dari strategi komunikasi yang sederhana namun konsisten. Informasi kegiatan disebarkan melalui berbagai cara, mulai dari pesan berantai WhatsApp, menggerakkan para kader kesehatan, hingga pengumuman rutin lewat pengeras suara masjid sejak pagi hari, sekitar pukul 05.00 hingga 06.00 WIB.
“Kita pakai WA, Pak Kades sangat mendukung bantu mengeshare, minta tolong kader, termasuk juga woro-woro di masjid. Dari dulu sampai sekarang caranya itu, dan berhasil," ujarnya.
Menariknya, Yuliana menegaskan bahwa warga Ngabab datang mendonor bukan karena iming-iming hadiah. Kesadaran kemanusiaan telah tumbuh dengan sendirinya. Meski demikian, pada waktu-waktu tertentu seperti bulan puasa, tetap ada perhatian khusus sebagai bentuk apresiasi bagi para pendonor.
“Insya Allah sudah sukarela. Bukan karena iming-iming. Tapi memang kalau puasa itu ada perhatian lebih, makanya yang datang lebih banyak,” tambahnya.
Bidan Yuliana juga menyampaikan pesan penting bagi daerah lain yang ingin menumbuhkan budaya donor darah. Kuncinya adalah ketelatenan dan kebersamaan. Ia menekankan bahwa mengajak berdonor tidak boleh dilakukan dengan rasa lelah atau sendirian.
“Kita tidak boleh capek mengajak teman-teman. Kalau mau donor jangan sendirian, ajak teman. Itu yang bikin semangat dan berkelanjutan,” pesannya.
Perjuangan panjang Bidan Yuliana bersama warga Ngabab membuktikan bahwa kepedulian sosial bisa tumbuh menjadi budaya, selama dijaga dengan keikhlasan, konsistensi, dan semangat kebersamaan. Dua puluh tahun perjalanan donor darah di Ngabab bukan sekadar angka, melainkan bukti nyata kekuatan gotong royong untuk kemanusiaan.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?