Usai Terbit Jurnal Ilmiah UIN Malang Tak Boleh 'Tertidur'
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Penerbitan artikel dalam jurnal ilmiah seringkali dianggap sebagai titik puncak dari upaya penelitian. Namun di kampus Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Malang, optimisme kini diarahkan juga ke tahap berikutnya: pemantauan pasca-terbit . Menurut Ketua LP2M, Dr Isroqunnajah, penting bagi pengelola jurnal untuk menjaga “kehidupan” jurnal setelah artikel diterbitkan — agar kualitas terus terjaga dan dampaknya semakin meluas.
Dr Isroqunnajah menyampaikan bahwa selama ini fokus utama berada pada tahap pra-terbit —proses seleksi naskah, peer-review, editing, publikasi. Namun begitu publikasi selesai, banyak jurnal yang “terlepas” tanpa strategi pengelolaan lanjut. “Setelah dipublikasikan harus tetap kita rawat jurnalnya, kita sebarkan, agar jumlah sitasinya lebih meningkat,” ujarnya.
Pemantauan pasca-terbit mencakup:
- Distribusi artikel yang telah terbit agar lebih dikenal (baik nasional maupun internasional).
- Memonitor sitasi, download, dan jangkauan publikasi agar jurnal semakin relevan dan bereputasi.
- Menjaga kelangsungan jurnal agar tidak stagnan atau kehilangan arah pengelolaan.
Dalam kegiatan bertajuk “DOAJ Clinic: Strategi Indeksasi Internasional” yang diselenggarakan oleh Pusat Publikasi Ilmiah (PPI) di ruang rapat LPM Gedung Rektorat Lt.4, UIN Malang mengundang para pengelola jurnal untuk memperkuat langkah indeksasi ke skala global seperti Directory of Open Access Journals (DOAJ) dan sistem akreditasi nasional seperti Arjuna‑Akreditasi Jurnal Nasional.
Beberapa poin penting yang dibahas:
- Jurnal harus dikelola secara berkelanjutan, tidak berhenti setelah terbit.
- Kerjasama antar perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi keagamaan (PTKIN) dibangun untuk mendistribusikan artikel yang lebih luas.
- Fokus dan cakupan (focus & scope) jurnal harus jelas agar tidak terlalu luas dan menghambat indeksasi internasional.
Walaupun langkah-langkahnya sudah dirintis, masih terdapat sejumlah kendala, antara lain:
- Pengelola jurnal masih terkendala dalam memperluas jaringan distribusi serta meningkatkan sitasi.
- Standar internasional untuk indeksasi sangat tinggi — menuntut konsistensi kualitas, editorial yang kuat, dewan redaksi yang kredibel, serta transparansi pengelolaan.
- Beberapa jurnal cenderung memiliki cakupan yang terlalu luas, yang justru dapat mengganggu proses indeksasi karena sulit menjaga spesialisasi dan kualitas terkait. (seperti yang dipaparkan dalam workshop Agustus 2024)
Bagi UIN Malang, memperkuat jurnal ilmiah bukan hanya soal reputasi kampus, tetapi juga soal kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan pengembangan masyarakat. Dr Isroqunnajah menegaskan bahwa jika jurnal-jurnal kampus ini dikelola dengan baik dan disebarluaskan, maka Universitas tidak hanya menjadi “yang pertama (yang pertama)” tetapi juga “yang terbaik (yang terbaik)”.
Dengan demikian, pemantauan pasca-terbit bukan sekedar administrasi pengelolaan jurnal, tetapi bagian integral dari strategi besar pengembangan ilmu, kolaborasi nasional dan internasional, serta peningkatan kualitas akademik.
“Jurnal yang baik adalah jurnal yang terus hidup—yang diterbitkan lalu didistribusikan , dikutip , dikembangkan , dan dipertanggungjawabkan keberadaannya,” demikian pesan Dr Isroqunnajah kepada pengelola jurnal di lingkungan UIN Malang. Untuk itu, seluruh pihak—pengelola, editor, penulis, hingga universitas—dihimbau untuk bersinergi, agar publikasi ilmiah yang telah lahir tidak berhenti di publikasi semata, melainkan terus maju ke depan, memberi dampak nyata.
***



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?