Banner Iklan

Tumbuh Tanpa Pilihan: Potret Perjuangan dari Pesisir Kenjeran

Admin JSN
24 November 2025 | 23.38 WIB Last Updated 2025-11-24T16:38:20Z

 

Gambar hanya ilustrasi, Generated by Gemini.AI

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Nama perempuan itu Mbah Lilik. Ia tumbuh di pesisir Kenjeran, Surabaya, sebagai anak terakhir sekaligus anak angkat, posisi yang membuat hidupnya sejak kecil diliputi keterbatasan. Pendidikan baginya bukanlah perjalanan panjang; ia hanya sempat duduk di bangku SD dan itu pun tidak tamat. Selebihnya, masa kecil hingga remajanya dihabiskan untuk membantu ibu tirinya berjualan nasi, seorang perempuan yang keras dan sering memperlakukannya tidak adil.

Setiap hari, Mbah Lilik bangun lebih awal dari anak-anak seusianya, mengangkut dagangan, menyiapkan bahan, dan menjaga lapak kecil keluarga. Sementara teman-temannya mungkin masih punya kesempatan bermain, ia justru menghabiskan waktu dengan hiruk-pikuk pembeli dan aroma nasi panas. Dalam ingatannya, “susah makan” bukan kiasan, melainkan kenyataan yang menempel erat pada masa mudanya.

Larutnya pendidikan dan kerasnya kehidupan tidak membuatnya berhenti. Ia bertahan karena hidup tidak memberinya pilihan lain. Kenjeran pada masa itu bukan tempat yang menawarkan kemewahan; ia hanya memberikan ruang bagi mereka yang mau bekerja meski dengan tenaga yang hampir habis.

Kini, puluhan tahun berlalu, Mbah Lilik tinggal di Blitar. Di rumah sederhana itu, pada Kamis, 13 November 2025, cucunya duduk di hadapannya, membuka rekaman masa lalu yang tak pernah benar-benar ia ceritakan panjang lebar. Suaranya pelan, tetapi tegas ketika mengatakan, “Ya, kamu belajar yang rajin. Biar pinter. Biar nggak kayak mbah dulu yang mau makan aja susah. Semua demi keluarga.”

Kalimat itu tidak lahir dari harapan kosong. Ia lahir dari sejarah panjang perjuangan, dari langkah-langkah kecil seorang perempuan pesisir yang tumbuh tanpa kemudahan. Kisah Mbah Lilik bukan sekadar cerita tentang kemiskinan, tetapi tentang bagaimana seseorang tetap memilih bertahan ketika tidak ada yang berpihak padanya. Kegigihannya adalah warisan yang paling nyata untuk generasi setelahnya.

Bagi cucunya, dan bagi siapa pun yang mendengar ceritanya, hidup Mbah Lilik menjadi pengingat bahwa pendidikan, kesempatan, dan kenyamanan yang kita miliki hari ini tidak datang begitu saja. Ada sosok-sosok sebelum kita yang menahan lapar, menahan lelah, dan tetap melangkah demi masa depan keluarga. Dan dari perempuan itulah, kita belajar bahwa kesederhanaan tidak pernah menghapus kekuatan seseorang untuk bertahan.

---

Sella Adinda Putri
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya



Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tumbuh Tanpa Pilihan: Potret Perjuangan dari Pesisir Kenjeran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now