Banner Iklan

Pendampingan Kewirausahaan Santri Melalui Batik oleh Tim PKM LPPM Unesa di PP Wahid Hasyim Pasuruan

Admin JSN
03 November 2025 | 17.19 WIB Last Updated 2025-11-03T10:19:55Z

PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM — Semangat kewirausahaan dan pelestarian budaya berpadu dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) bertajuk “Transformasi Kemandirian Santripreneur melalui Pendampingan Batik Gulijat Ramah Lingkungan Menuju Asta Cita”, yang digelar oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) di Pondok Pesantren Wahid Hasyim, Pasuruan.

Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu, 19 Juli 2025 ini diikuti dengan antusias oleh para santri yang ingin mengembangkan keterampilan wirausaha berbasis budaya dan lingkungan. Program ini menjadi wujud nyata kontribusi Unesa dalam mendorong kemandirian ekonomi pesantren sekaligus pelestarian seni batik tradisional yang ramah lingkungan.

Program PKM ini digagas oleh LPPM Unesa dan dimotori oleh tim dosen lintas fakultas, yaitu Mukhzamilah, Raya Sulistyowati, Fera Ratyaningrum, Andik Yuliyanto, Ika Anggun Camelia, Ahmad Bashri, dan Diding Wahyudin Rohaedi.

Kegiatan diawali dengan penyambutan hangat oleh Bunyai Khurin Aini binti KH Choiron Syakur, pengasuh Pondok Pesantren Wahid Hasyim sekaligus putri dari pendiri pesantren. Dalam sambutannya, Bunyai Khurin menyampaikan apresiasi atas inisiatif Unesa yang memberikan pendampingan kewirausahaan bagi para santri.

“Kami sangat berterima kasih kepada tim dosen Unesa yang telah berbagi ilmu dan keterampilan kepada santri kami. Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk menumbuhkan kemandirian dan semangat berwirausaha di lingkungan pesantren,” ujarnya.

Sesi kegiatan dilanjutkan dengan pembekalan kewirausahaan yang disampaikan oleh Raya Sulistyowati, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unesa. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya jiwa santripreneur sebagai pilar kemandirian ekonomi pesantren di era modern.

“Santri tidak hanya harus unggul dalam ilmu agama, tetapi juga perlu memiliki keterampilan ekonomi kreatif agar mampu mandiri dan berdaya saing,” jelas Raya.

Usai sesi motivasi kewirausahaan, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan batik gulijat — sebuah teknik batik khas dengan motif alami yang dibuat menggunakan bahan pewarna ramah lingkungan. Para dosen dari Fakultas Bahasa dan Seni Unesa memandu langsung proses pembuatan batik, mulai dari perancangan pola, pewarnaan alami, hingga tahap finishing.

Para santri tampak bersemangat mempraktikkan setiap langkah, dari mencanting kain hingga mengolah bahan pewarna dari tumbuhan. Batik yang dihasilkan pun memunculkan kebanggaan tersendiri bagi mereka, karena mencerminkan kolaborasi antara nilai-nilai religius, kreativitas, dan kepedulian terhadap lingkungan.

Kegiatan berjalan dengan lancar hingga akhir. Para santri menunjukkan hasil karya batik mereka dengan penuh rasa bangga. Salah satu peserta, seorang santri kelas akhir, menyampaikan kesannya setelah mengikuti pelatihan.

“Kami senang sekali bisa belajar membuat batik gulijat. Ini pengalaman baru dan bisa jadi bekal wirausaha di pesantren. Terima kasih untuk dosen Unesa dan LPPM yang sudah datang dan membimbing kami,” ungkapnya dengan antusias.

Pelatihan ini diakhiri dengan sesi refleksi bersama, di mana para santri diajak berdiskusi tentang peluang usaha batik ramah lingkungan sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi berbasis pesantren (eco-santripreneurship).

Menurut Mukhzamilah, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Unesa untuk mewujudkan Asta Cita — delapan cita-cita strategis universitas yang salah satunya berfokus pada pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal.

“Kami ingin kegiatan pengabdian tidak berhenti pada pelatihan, tetapi berlanjut menjadi pendampingan berkelanjutan. Harapannya, para santri dapat mengembangkan usaha batik ramah lingkungan secara mandiri di pesantren,” tutur Mukhzamilah.

Hal senada juga disampaikan oleh Fera Ratyaningrum dan Andik Yuliyanto. Keduanya menilai bahwa kegiatan ini bukan hanya menanamkan keterampilan praktis, tetapi juga menumbuhkan karakter wirausaha yang beretika, kreatif, dan berkelanjutan.

Kegiatan ditutup dengan penyerahan hasil karya batik santri dan kenang-kenangan dari tim Unesa kepada pihak pondok pesantren.

Dengan terselenggaranya program ini, Unesa menegaskan perannya sebagai kampus yang tidak hanya unggul dalam pendidikan akademik, tetapi juga aktif membangun kemandirian dan kreativitas masyarakat melalui pengabdian yang berdampak langsung.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pendampingan Kewirausahaan Santri Melalui Batik oleh Tim PKM LPPM Unesa di PP Wahid Hasyim Pasuruan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now