FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Mendaki gunung bukan sekadar soal langkah kaki dan keringat yang menetes, tetapi juga perjalanan batin yang membawa banyak pelajaran dan kenangan. Bagi kami—Aku, Mila dan Risma, pendakian pertama kami di Gunung Bekel menjadi kisah tentang keberanian, kerja sama, dan makna persahabatan yang tumbuh di tengah dinginnya udara pegunungan.
Sabtu pagi itu, kami memulai langkah dari basecamp Gunung Bekel via Jolotundo pukul 09.30 WIB dengan semangat bercampur gugup. “Awalnya takut, karena ini pengalaman pertama kami. Tapi justru rasa takut itu membuat kami semakin solid dan saling mendukung,” ujar Mila, sambil tersenyum mengenang momen awal perjalanan.
Perjalanan menuju puncak tidak selalu mulus. Jalur yang menantang namun tetap bersahabat. Meski begitu, jalan menanjak dan cuaca yang cepat berubah sempat menguji mental kami. Sesekali kami beristirahat dalam perjalanan menuju puncak dan memastikan satu sama lain tetap dalam kondisi aman. Kami menapaki jalur dengan menikmati keindahan alam yang memanjakan mata, udara khas pegunungan, bau tanah seperti pertanda hujan akan tiba, dan setiap momen yang tidak luput kami abadikan dalam bentuk potret menjadi tanda perjalanan kami. “Kami belajar banyak tentang kekuatan kerja sama. Walau lelah, kami saling menyemangati dan memastikan semua tetap aman,” tambah Risma.
Pukul 14.00 WIB kami tiba di puncak
Gunung Bekel dengan ketinggian 1238 MDPL. Rasa lelah yang kami rasakan saat menapaki
jalur pendakian terbayarkan dengan keindahan puncak yang menakjubkan. Dari
puncak Gunung Bekel kami dapat menikmati gagahnya Gunung Penanggungan dan hawa
sejuk pegununggan yang menenangkan.
Selain mendapatkan pengalaman fisik dan mental yang berharga serta keindahan alam yang dapat kami nikmati, kami juga mendapat
pelajaran berharga tentang menjaga kelestarian lingkungan. Kami juga menyadari pentingnya menjaga
kelestarian alam. “Kita harus merawat alam agar generasi berikutnya juga bisa
merasakan keindahannya.” pesan Sinta, mengingatkan pentingnya tanggung jawab
pendaki terhadap alam.
Dari
pengalaman pertama itu, kami merasakan kebersamaan saat menjelajah gunung
bersama, melewati batas
ketakutan, dan mempererat ikatan persahabatan melalui
aktivitas outdoor. Bagi kami
pendakian ini bukan sekadar cerita tentang menaklukkan ketinggian, tapi juga
tentang menemukan diri dan sahabat sejati di tengah alam bebas.
---
Sinta Masyithoh
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?