FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM – Di tengah hiruk-pikuk hidup, sering kali menuntut
lebih dari yang mampu kita beri, seorang ibu rumah tangga bernama Diana August
Sarita memilih berjalan melawan arus. Ia tidak lahir dari lingkungan pebisnis,
tidak pula memiliki latar akademik tinggi, dan kehidupan yang megah. Namun, ia
memiliki sesuatu yang jauh lebih kuat, yakni keberanian untuk memulai. Tak ada
yang menyangka bahwa langkah awalnya sebagai distributor mesin kesehatan akan
menjadi pintu menuju hidup yang jauh lebih besar, mulai dari membangun rumah,
membeli kendaraan, menaklukkan tantangan, hingga menjejakkan kaki di negeri
orang.
Perjalanannya bermula dari rasa ingin tahu dan kebutuhan
untuk mandiri. Ketika pertama kali ditawari kesempatan memasarkan mesin
kesehatan, ia sama sekali belum paham apa-apa. Akan tetapi, dunia bisnis tidak
menunggu kesanggupan siapa pun, dan Diana memilih menjemput pengetahuan itu
sendiri. “Saya cuma berpikir, kalau nggak dicoba, saya nggak akan pernah tahu
kemampuan saya sampai di mana,” tuturnya sambil tersenyum mengingat langkah
pertamanya, Selasa (11/11).
Ia mulai mendatangi klinik, rumah sakit kecil, hingga pusat
terapi kesehatan, menawarkan mesin yang waktu itu pernah ia pelajari semalaman
sebelum presentasi. Penolakannya banyak, lebih banyak dari yang ia bayangkan.
Ada yang meragukan, ada yang menyepelekan, bahkan ada yang menolak tanpa
memberi alasan. Tapi, Diana bukan tipe perempuan yang tumbang hanya karena
pintu tertutup. Ia terus mengetuk pintu lain, dan mengetuk lagi, terus mengetuk
sampai satu pintu akhirnya terbuka.
Berangkat dari satu pelanggan, kepercayaan mulai tumbuh. Ia
tidak hanya menjual mesin, tetapi juga memberi edukasi, menunjukkan cara kerja,
memastikan fungsi, bahkan mengantar sendiri hingga larut malam bila diperlukan.
Ketulusannya menjadikan bisnisnya bukan sekadar transaksi, tapi solusi.
Reputasinya perlahan merambat seperti akar kuat yang menembus tanah keras.
Melalui jerih payah itu, rumahlah yang menjadi saksi pertama.
Hasil bisnisnya digunakan untuk membangun hunian yang selama ini hanya ia
bayangkan, rumah yang bukan sekadar bangunan, tetapi simbol dari keberaniannya
dalam menantang batas. “Saya pernah mimpi punya rumah sendiri, dan ternyata
bisnis inilah yang membukakan pintunya,” katanya dengan mata berbinar.
Kesuksesan Diana tidak berhenti di sana. Usahanya membawa
pada kesempatan-kesempatan baru, termasuk undangan mengikuti acara
Internasional dari kantor hingga penghargaan yang diperolehnya. Ia pun
berangkat ke luar negeri, mengunjungi negara yang dulu hanya ia lihat melalui
layar ponsel. Di sana, ia berdiri sebagai perwakilan, berdiskusi dengan
profesional dari berbagai negara, dan menyadari betapa jauh langkahnya telah
membawanya pergi.
“Saat pertama kali lihat nama saya tercetak di undangan acara
luar negeri, rasanya seperti mimpi. Ternyata, kerja keras beneran bisa membawa
saya terbang,” ujarnya.
Diana kini menjadi bukti bahwa perempuan tidak perlu menunggu
kesempatan datang mengetuk, merekalah yang bisa membukanya sendiri. Berangkat dari
seorang wanita yang memulai tanpa pengalaman, ia tumbuh menjadi distributor
mesin kesehatan yang kini dipercaya banyak orang. Awal penghasilan yang dulu
hanya cukup untuk hidup sehari-hari, kini ia bisa membangun rumah dan melangkah
ke luar negeri.
Perjalanannya mengajarkan satu hal bahwa keberhasilan tidak
akan datang secara tiba-tiba. Yaa, benar, hal itu datang dari langkah pelan
yang dijaga dengan ketekunan, satu hari demi satu hari. Diana, dengan seluruh
tekad yang ia rawat, telah membuktikan bahwa mimpi seperti mesin yang ia
pasarkan akan bekerja luar biasa bila dijalankan dengan hati yang tak pernah
menyerah.
Meski pandangan orang berfokus pada kesuksesan Diana dari
hasil akhir yang tampak saat ini, hanya sedikit yang benar-benar tahu bagaimana
ia menjaga semangatnya di tengah tekanan. Ada hari-hari ketika ia pulang dengan
tubuh lelah dan pikiran penuh pertanyaan, apakah perjuangannya sepadan, apakah
ia mampu terus melangkah.
Namun, setiap kali keraguan itu muncul Diana selalu teringat
tujuan dari usaha yang ia pilih karena ingin mandiri, ingin membuktikan bahwa
perempuan pun bisa berdiri kokoh tanpa harus menunggu disokong siapa pun.
Keyakinannya yang sederhana itulah yang menjadi pijakan setiap kali langkahnya
mulai goyah.
Seiring berjalannya bisnis yang terus berkembang, Diana
belajar banyak hal tentang arti membangun relasi. Ia menyadari bahwa dunia
usaha bukan hanya perihal jual beli, melainkan upaya menjaga kepercayaan dan
merawat hubungan. Berawal dari para pelanggan yang asing baginya, kini banyak
yang menjadi sahabat sekaligus partner yang tumbuh bersama. Mereka saling
bertukar cerita, saling mendukung, dan saling memperluas peluang.
Diana akhirnya paham bahwa kesuksesan tidak pernah
benar-benar dicapai sendirian, melainkan selalu ada tangan-tangan yang ikut
menguatkan, bahkan ketika ia merasa berjalan sendirian. Dalam proses panjang
yang telah dilalui, Diana juga menemukan versi terbaik dirinya. Ia bukan hanya
menjadi perempuan yang percaya diri, tetapi juga menjadi sosok yang mampu
menginspirasi banyak orang di sekitarnya, terutama para ibu rumah tangga yang
ragu untuk memulai langkah.
Kehadirannya dalam berbagai pertemuan bisnis, seminar, hingga
acara Internasional membuat banyak perempuan menyadari bahwa batas-batas yang
mereka pikir ada, sebenarnya hanyalah dinding tipis ketakutan. Diana tidak
ingin menyimpan kisahnya sendiri, ia ingin kisah itu membuka jalan bagi orang
lain. Karena baginya, keberhasilan paling bermakna bukan hanya ketika ia
berhasil naik kelas, tetapi ketika ia bisa menarik tangan orang lain untuk ikut
naik bersama.
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?