SUMBERPUCUNG, JATIMSATUNEWS.COM – Kisah inspiratif datang dari Defi Purwantiyas, seorang pendidik muda asal Sumberpucung yang kini mendedikasikan dirinya sebagai guru Sejarah. Berawal dari rasa suka berkomunikasi dan terkesan pada metode mengajar seorang tutor, Defi mantap memilih jalur Pendidikan Sejarah dan menjadikannya sebagai passion hidup, meskipun harus melewati masa-masa sulit, termasuk rasa grogi di awal karirnya.
Motivasi Defi berawal saat ia masih menempuh pendidikan di SMK. "Saya tertarik dengan tutor Sejarah saat saya masih SMK. Pada saat itu tutor memberikan penjelasan yang sangat mengesankan bagi saya," kenang Defi. Rasa ketertarikan ini, yang awalnya hanya sebatas pada mata pelajaran Sejarah, kemudian berkembang menjadi keputusan untuk mengambil Pendidikan Sejarah di bangku kuliah. Setelah lulus, ia yakin bahwa mengajar adalah panggilannya, meskipun mengakui bahwa pada awal mengajar ia sempat merasa kesulitan dan seringkali grogi.
*Mengubah Stigma: Sejarah Bukan Sekadar Hafalan*
Selama menjalani profesinya, Defi Purwantiyas memiliki pengalaman yang paling berkesan, yaitu ketika ia harus mengajar di SMK dan SMA swasta secara bersamaan. Pengalaman ini menguji kemampuannya dalam membagi waktu dan menyesuaikan diri dengan dua lingkungan siswa dan pola pembelajaran yang berbeda.
Dalam proses mengajar, Defi memiliki filosofi yang kuat: "Saat mengajar saya berusaha menjadi rekan belajar mereka," ujarnya. Filosofi ini muncul sebagai upaya untuk memecah stigma lama yang sering melekat pada mata pelajaran Sejarah. "Seringkali Sejarah dianggap pembelajaran yang membosankan dan penuh hafalan," jelas Defi. Dengan menjadi 'rekan belajar', ia berharap siswa dapat lebih menikmati dan memahami konteks sejarah, bukan hanya menghafal tanggal dan nama.
*Tantangan Generasi Pasif dan Pesan untuk SMAMERE*
Tantangan terbesar yang kini dihadapi Defi dalam mendidik siswa adalah menghadapi karakter siswa yang sangat beragam. Ia menyoroti fenomena siswa yang cenderung aktif di luar konteks pembelajaran namun menjadi pasif saat menyambut pelajaran, serta kebiasaan menunda-nunda pekerjaan.
Menyikapi hal ini, Defi Purwantiyas menitipkan pesan khusus untuk siswa SMAMERE. Ia mendorong mereka untuk terus belajar dan terus berkarya. Ia juga menekankan pentingnya menjalin hubungan yang sehat dan saling menghargai dengan pendidik.
"Guru memang memiliki satu tahap lebih maju daripada siswa, tapi anggaplah guru rekan pembelajar dan selalu hargai guru apapun kondisinya," pungkas Defi, menutup kisahnya dengan harapan bahwa setiap siswa dapat melihat guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendamping dalam perjalanan mereka mencari ilmu.
Penulis : DIAH FITRI ANI / X-H



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?