Banner Iklan

Ketika Dapur Menjadi Ruang Pelestarian Budaya

Admin JSN
21 November 2025 | 21.03 WIB Last Updated 2025-11-21T14:03:36Z

 

TUBAN | JATIMSATUNEWS.COM - Di tengah hiruk-pikuk kota Surabaya, Meydiana Dyah Pramesty, atau yang akrab disapa Mey, menemukan caranya sendiri untuk menjaga denyut nadi kebudayaan tanah kelahirannya, Tuban. Bukan melalui tarian atau lagu, melainkan melalui rasa masakan. Bagi Mey, masakan adalah jangkar rindu dan salah satu cara jitu untuk melestarikan identitas daerah.

Lahir dan besar di Tuban membentuk palet rasa Mey dengan kuat. Ia tumbuh akrab dengan cita rasa pedas-asin yang khas dari Bumi Wali, sebuah comfort flavor yang sulit ia temukan di kota rantau. Lingkungan dan kebiasaan di rumah sangat memengaruhi seleranya, membuatnya mencintai kuliner tradisional dan menjadikannya pengingat abadi pada kampung halaman.

Dari banyaknya kuliner khas Tuban, rica-rica belut menjadi salah satu hidangan yang sering ia olah. Kecintaan ini berakar dari tradisi keluarga yang merupakan pecinta hidangan pedas, terutama belut. Resep eksperiman belut yang pernah ia buat bahkan melahirkan pujian khusus dari ibunya, menjadikan resep yang istimewa. “Tidak semua orang bisa makan belut karena bentuknya mirip ular dan licin, tapi bagi kami orang Tuban, itu biasa. Justru di situ letak keunikannya” ujar Mey saat ditemui pada Senin (11/11/2025).

Keinginan Mey untuk tidak membiarkan hasil masakannya “selesai begitu saja” membawanya ke platform digital. Resep pertamanya di Cookpad adalah prol tape, yang ia unggah saat SMP sebagai tugas Prakarya. Motivasi utamanya sederhana: untuk mengabadikan resep dan memberikan manfaat kepada orang lain. Dari satu resep sederhana itu, kini Mey telah membagikan beragam kreasi kuliner khas Tuban.

Seiring waktu, aktivitas memasak dan berbagi resep bergeser menjadi misi kebudayaan. Mey melihatnya sebagai cara yang paling ampuh untuk melestarikan budaya lokal Tuban. “Tidak semua orang menyukai kesenian, musik, atau tarian tradisional, tetapi mereka akan selalu tertarik dengan makanan khas daerah,” jelasnya.

Salah satu kebanggan terbesar Mey datang ketika resep rica-rica belut yang ia bagikan di Cookpad diunggah ulang oleh akun resmi Pemerintah Kabupaten Tuban. Baginya, momen itu menjadi pengingat bahwa masakan rumahan pun bisa mewakili identitas daerah di ruang publik.

Mey semakin termotivasi ketika foto rica-rica belut buatannya dibagikan ulang oleh akun resmi Pemerintah Kabupaten Tuban. Meski bukan resep lengkapnya, unggahan itu dimaknai sebagai apresiasi atas upayanya mempromosikan kuliner khas daerah.

Sebelum menulis resep, ia selalu melakukan mini riset. Ia mengumpulkan referensi dari berbagai sumber, terutama  blog resmi Tuban, lalu mengombinasikannya dengan sentuhan personal hingga resep tersebut sesuai di lidahnya.

Menurut Mey, menjaga budaya daerah bisa dimulai dari hal-hal sederhana, seperti memasak. Ia kerap mendorong generasi muda untuk tidak ragu berbagi hal bermanfaat. “Jangan segan untuk membagikan apapun itu selagi bermanfaat dan tidak merugikan orang lain. Termasuk konten memasak. Jangan merasa oversharing. Cintailah daerahmu dengan sepenuh hati,” pesannya.

Mey menegaskan bahwa anak muda tidak seharusnya menjadi penonton. Mereka perlu ikut berperan melestarikan kearifan lokal. “Kalau kamu bisa menerima manfaat dari orang lain, kamu juga harus bisa memberikan manfaat bagi orang lain,” tegasnya.

Ia juga melihat sikap anak muda terhadap budaya daerah, ada yang apatis, ada yang sangat mencintai, dan ada yang sebenarnya peduli tetapi masih segan bergerak. “Budaya bukan sesuatu yang menghambat kemajuan. Ia akan tetap hidup kalau kita memberi napas baru padanya,” tuturnya.

Di akhir perbincangan, Mey berharap generasi muda berani memperkuat akar budaya mereka sendiri, tidak menunggu tua untuk memeliharanya. “Karena justru di tangan kita, cita rasa dan identitas daerah bisa terus tumbuh dan berkembang,” pungkas Mey.

Meydiana Dyah Pramesty membuktikan bahwa mencintai daerah tidak harus dengan cara yang besar. Kisahnya menjadi pengingat bahwa identitas daerah adalah kekayaan abadi yang selalu bisa kita bawa kemana pun kita pergi. Ia telah berhasil menjaga aroma rindu Tuban agar tidak pernah pudar, menjadikannya inspirasi bagi setiap anak muda Indonesia yang ingin merawat dan merayakan akarnya.

---

Sefia
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Dapur Menjadi Ruang Pelestarian Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now