Banner Iklan

Keseimbangan Hidup Tanpa Jeda: Kisah Ira, Atlet yang Menempuh Jalur Fast Track S2 dan Menjadi Wirausaha Muda

Admin JSN
22 November 2025 | 23.33 WIB Last Updated 2025-11-22T17:09:05Z

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Remaja berusia 21 tahun biasanya masih sibuk mencari arah hidup, menata langkah, dan mematangkan tujuan. Namun, berbeda halnya dengan Syalsabila Ira Mawardani. Perempuan asal Gresik ini justru memilih jalan yang lebih menantang, ditempuh dengan pemikiran matang dan tekad yang teguh. Di balik senyum tenangnya, tersimpan perjalanan panjang penuh kehangatan dan makna yang membentuk ketenangan dirinya hari ini.

Sebagai mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Universitas Negeri Surabaya, Ira menjalani aktivitas yang tidak lazim bagi mahasiswa seusianya. Ia tengah menempuh kuliah ganda—program strata 1 dan strata 2 sekaligus—melalui jalur fast track yang ditawarkan oleh Kepala Program Studi di jurusannya.

Perjalanan hidupnya berubah ketika ia memasuki semester tujuh. Kesempatan besar datang tanpa diduga. Dr. Mochamad Ridwan, S.Pd., M.Pd., Kepala Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, memberikan rekomendasi khusus agar Ira mengikuti program fast track. Kesempatan ini diberikan bukan semata-mata, melainkan karena prestasi akademik dan non-akademik Ira yang dinilai seimbang.

“Keren juga ya, Ra. Surat rekomendasi itu kamu terima langsung dari Kaprodi S2 Pendidikan Olahraga. Semoga kamu bisa survive dalam perjalanan meraih gelar magister,” kataku.

“Pada semester tujuh inilah saya mendapatkan kesempatan mengikuti program fast track. Beliau mengatakan bahwa surat rekomendasi ini tidak diberikan kepada semua mahasiswa, tetapi dilihat dari prestasi akademik dan non-akademik yang seimbang, dan saya berhasil meraih itu,” jelas Ira sambil tersenyum gembira.

Kesibukan kuliah ganda tidak menjadi halangan baginya. Ira memahami bahwa setiap proses menuntut komitmen dan kerja keras. Di balik meja kuliah dengan laptop terbuka dan tumpukan jurnal akademik, ia belajar menyeimbangkan langkah di antara dua jenjang pendidikan yang berjalan beriringan.

Sebelum menjalani dunia perkuliahan ganda, Ira adalah atlet senam lantai (gymnastic) yang aktif mengikuti berbagai kejuaraan. Tubuhnya yang lentur, gerakan mengalir, dan keberaniannya mengeksekusi rotasi-rotasi rumit menjadikannya atlet muda yang disegani. Ia pernah meraih sejumlah prestasi: medali perunggu di Pekan Olahraga Provinsi Gresik 2019, medali perak pada Kejuaraan Provinsi Surabaya 2021, medali emas pada Kejuaraan Provinsi Pasuruan 2022, serta medali perunggu di Kejuaraan Provinsi Sidoarjo 2022. Ia juga menjadi peserta Pra-PON 2023.

“Setiap hari saya menjalani latihan rutin dan aktif mengikuti berbagai kejuaraan dari tingkat daerah, provinsi, hingga nasional. Semua itu saya lakukan sejak SD sampai semester lima kuliah,” kenangnya.

Namun, impiannya di dunia atletik berubah. Januari 2025, ketika ia mengikuti program PLP di SMKN Dander, Bojonegoro, jarak sekitar 100 km dari tempat latihannya di Surabaya membuatnya harus mengambil keputusan besar: berhenti dari dunia atlet yang telah membesarkannya. Baginya, keputusan itu tidak mudah—ia membutuhkan waktu untuk menimbang banyak hal sebelum memilih masa depannya.

“Saya menyadari bahwa dalam hidup maupun dalam perjalanan sebagai atlet, yang paling penting bukan siapa yang menang, tetapi siapa yang mampu bertahan, tetap kuat, dan tidak pantang menyerah,” ujarnya dengan penuh makna.

Ketika kembali ke Surabaya untuk melanjutkan studi S1 semester tujuh sekaligus S2, ia mencoba memaknai “kevakuman” dari dunia atlet dengan cara berbeda. Ia melamar menjadi pelatih renang di lembaga olahraga privat di Surabaya, pekerjaan yang membuat harinya kembali berwarna.

“Karena sudah vakum dari dunia atlet, saya mencoba mengisi waktu dengan melamar sebagai pelatih renang,” ujarnya ceria.

Namun, padatnya jadwal kuliah membuatnya harus kembali mengambil keputusan. Tekanan akademik yang meningkat dan tubuh yang kelelahan membuatnya berhenti dari pekerjaan itu setelah tiga bulan.

Meski berhenti, Ira tidak ingin kehilangan produktivitas. Ia kemudian menatap peluang baru: berbisnis kuliner. Bersama sahabatnya, ia membuka usaha pentol aci dan pentol urat yang dijual di area kampus setiap Senin hingga Jumat. Usaha ini dijalankan bergantian sesuai jadwal kuliah masing-masing.

“Dari situ, saya dan sahabat memutuskan membuka bisnis kuliner pentol. Bisnis ini fleksibel karena kami bisa bergantian berjaga sesuai jadwal kuliah,” tuturnya.

Usaha itu mulai ditekuninya sejak 10 November 2025. Di balik lapak sederhana itu, tersimpan keberanian anak muda yang menolak diam dan memilih mandiri.

Kini, aktivitas Ira digenggam oleh dua dunia. Ketika ia kuliah, ia adalah mahasiswa yang merdeka dan bertanggung jawab. Ketika berada di lapak jualannya, ia berubah menjadi pedagang muda dengan senyum ramah.

“Aku percaya perjuangan hari ini adalah investasi masa depan. Setiap langkah kecil adalah bagian dari perjalanan besar atas keinginan dan tanggung jawabku,” ucapnya mantap.

Kisah Syalsabila Ira Mawardani bukan hanya potret mahasiswa teladan atau mantan atlet berprestasi. Kisah ini adalah representasi anak muda yang berani mengambil keputusan sulit, terus bergerak meski kelelahan menghadang, dan tetap memelihara mimpi meski hidup menuntut banyak hal sekaligus.


---
Mohammad Maulidina Irawan
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Keseimbangan Hidup Tanpa Jeda: Kisah Ira, Atlet yang Menempuh Jalur Fast Track S2 dan Menjadi Wirausaha Muda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now