![]() |
| Senator Lia Istifhama hadir dalam rapat bersama Kemdiktisaintek guna membahas Sekolah Garuda yang akan menjadi salah satu fondasi menuju Indonesia Emas 2045./dok. Lia Istifhama Center |
JAKARTA | JATIMSATUNEWS.COM - Anggota DPD RI dapil Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama mengadakan rapat bersama Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) pada Selasa (4/11) lalu di Jakarta.
Rapat ini diinisiasi Kemdiktisaintek untuk memperkenalkan Program Sekolah Garuda kepada para dewan, sebagai sebuah inisiatif strategis yang dirancang pemerintah untuk mewujudkan pemerataan pendidikan berkualitas.
Sekolah Garuda juga dibentuk untuk membangun pusat pengembangan talenta unggul di seluruh Indonesia. Termasuk menjadi salah satu pilar utama dalam menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045, yang sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto.
Menanggapi langkah tersebut, Anggota DPD RI asal Jatim, Lia Istifhama, memberikan apresiasi dan dukungan penuh. Menurutnya, Sekolah Garuda merupakan terobosan visioner.
Sekolah Garuda menurutnya tidak hanya menitikberatkan pada kualitas akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kepemimpinan nasional yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan.
Apresiasi ini disampaikan Ning Lia--sapaannya--usai Rapat Komite III DPD RI bersama jajaran Kemdiktisaintek.
"Program ini bukan hanya proyek pendidikan, tapi investasi strategis dalam sumber daya manusia Indonesia. Sekolah Garuda berpotensi menjadi inkubator kepemimpinan dan inovasi yang membentuk generasi emas 2045," ungkap Ning Lia dalam keterangan resmi yang diterima JSN.
Menurut Senator Lia, kehadiran Sekolah Garuda harus dimaknai sebagai bagian dari reformasi struktural di bidang pendidikan nasional. Ini juga dapat menjadi langkah Kemdiktisaintek untuk memperluas akses pendidikan unggul hingga ke daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) sebagai bentuk konkret dari komitmen pemerataan pembangunan manusia.
"Kami di DPD RI berharap setiap provinsi memiliki minimal satu Sekolah Garuda. Ini penting untuk menghadirkan pusat pembibitan talenta unggul di daerah," harapnya.
Lia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan ekosistem pendidikan untuk menjamin keberlanjutan program.
Menurut senator yang identik dengan tagline Cerdas Inovatif dan Kreatif (Cantik) ini, tiap daerah perlu dilibatkan sejak tahap perencanaan agar keberadaan Sekolah Garuda mampu menyesuaikan potensi dan kebutuhan lokal.
"Misalnya di Jawa Timur, yang memiliki ekosistem pendidikan kuat dan potensi sumber daya manusia besar. Sekolah Garuda bisa menjadi katalisator integrasi antara pendidikan, riset, dan industri berbasis daerah," tuturnya.
Melalui kombinasi antara pendekatan kebijakan berbasis data, desain kurikulum adaptif, dan tata kelola pendidikan modern, Program Sekolah Garuda dinilai Lia akan menjadi upaya strategis menuju transformasi pendidikan nasional yang berkelanjutan.
Putri KH Masykur Hasyim ini menambahkan, keberhasilan program ini nantinya tidak hanya diukur dari jumlah sekolah yang dibangun, tetapi dari kualitas manusia yang dihasilkan. Yaitu berupa generasi muda yang cerdas, berkarakter, dan memiliki daya saing global.
"Sekolah Garuda adalah bukti bahwa visi Indonesia Emas 2045 bukan sekadar retorika, tetapi komitmen nyata untuk menyiapkan manusia Indonesia yang unggul dan siap memimpin masa depan bangsa," tegasnya.
Pada rapat pemaparan Sekolah Garuda ini juga dihadiri Menteri Prof. Brian, Wakil Menteri Prof. Stella Christie, Ph.D, Sekjen Prof. Ir. Togar Mangihut Simatupang, M.Tech., Ph.D., IPU, serta Dirjen Prof. Khoirul Munadi, dan Dr. Fauzan Adziman.
Wakil Menteri Kemdiktisaintek, Stella Christie menjelaskan bahwa Sekolah Garuda merupakan bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) yang diinisiasi Presiden Prabowo.
Melalui program ini, pemerintah menargetkan 100 sekolah akan menjadi bagian dari program ini hingga 2029, terdiri atas 80 Sekolah Garuda Transformasi dan 20 Sekolah Garuda Baru yang tersebar seluruh Indonesia, termasuk Jawa Timur.
Skema Sekolah Garuda Baru difokuskan pada pembangunan dari nol di wilayah yang memiliki ketimpangan akses pendidikan tinggi.
Pada 2025, empat lokasi pertama akan dibangun di Belitung Timur, Timor Tengah Selatan, Konawe Selatan, dan Bulungan, dengan target operasional pada tahun ajaran 2026/2027.
Sedangkan Sekolah Garuda Transformasi diarahkan untuk memperkuat sekolah unggulan yang sudah ada melalui pendampingan intensif dan peningkatan kualitas kurikulum, tenaga pendidik, serta manajemen sekolah.
Pada 2025, pemerintah menargetkan 12 sekolah transformasi, di antaranya SMAN 10 Fajar Harapan (Aceh), SMA Unggul Del (Sumatera Utara), SMA Taruna Nusantara (Jawa Tengah), dan SMA Averos Sorong (Papua Barat Daya).
Program Sekolah Garuda dirancang sebagai SMA berasrama yang mengintegrasikan prinsip Merdeka Belajar, penguatan digitalisasi pendidikan, dan pendekatan STEAM (Sains, Teknologi, Engineering, Art, dan Matematika).
Kurikulum sekolah akan memperkuat tiga fondasi utama yakni Pemerataan Kesempatan Berprestasi, melalui akses setara bagi siswa berpotensi dari seluruh daerah.
Kemudian, pembentukan Karakter dan Kepemimpinan Nasional, yang menanamkan nilai integritas, disiplin, dan tanggung jawab sosial hingga Akademik dan Pengabdian Masyarakat, yang mendorong sinergi antara riset ilmiah dan aksi sosial di lingkungan lokal.
Guna menjamin keberlanjutan pembiayaan, Kemdiktisaintek mengandalkan Dana Abadi Pendidikan, dengan kebutuhan beasiswa tahunan mencapai Rp 1,415 triliun. Dana ini akan menanggung biaya pendidikan penuh bagi sebagian besar siswa agar program berjalan inklusif dan berkeadilan.
"Sekolah Garuda bukan sekadar sekolah unggulan, tetapi model pendidikan masa depan yang menyeimbangkan kecerdasan akademik, karakter, dan kolaborasi global," tandas Stella. ***
Editor: YAN



Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?