Banner Iklan

Dari Terpaksa Jadi Juara: Perjalanan Karate Shella

Admin JSN
27 November 2025 | 22.09 WIB Last Updated 2025-11-27T15:09:13Z

 

FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Pada usia yang masih sangat muda, Shella Sanggam Prameswari, siswi kelas 6 dari Pasuruan, sudah belajar sesuatu yang tidak semua anak pahami: bahwa ketekunan bisa membuka pintu besar yang bahkan tidak pernah ia bayangkan. Karate sebenarnya bukan olahraga yang ia sukai. Awalnya Shella lebih memilih renang, menurutnya renang terasa lebih santai dan menyenangkan. Tetapi orang tuanya meminta ia mencoba karate agar bisa menjaga diri. Shella menuruti, meski belum sepenuh hati.

Dari tempat latihan yang ia datangi setiap malam, arah cerita hidupnya perlahan berubah. Setiap pukul tujuh malam, ketika sebagian besar anak sudah beristirahat, Shella memakai seragam karate dan berlatih hingga pukul sepuluh. Tiga jam penuh gerakan diulang-ulang, arahan pelatih, napas yang memburu, dan keringat yang tak berhenti menetes. Ada hari-hari ketika ia sangat lelah, kadang tidak semangat, tetapi ia selalu teringat dukungan orang tuanya. Itu yang membuatnya bertahan. Ia memang tidak pernah mengalami cedera, tetapi rasa capek dan malas sering menjadi lawan terberatnya. Meski begitu, sifat pekerja kerasnya membuat ia terus maju.

Kerja keras itu akhirnya membawanya ke Kejuaraan Karate Nasional tingkat Jawa–Bali. Ruang pertandingan yang besar dan penuh atlet dari berbagai daerah sempat membuat Shella gugup. Namun sebelum naik ke arena, ia membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri: ia sudah latihan setiap malam, tugasnya sekarang hanya menunjukkan apa yang ia bisa. Keyakinan kecil itu menghasilkan sesuatu yang besar. Shella meraih juara 3. Baginya, pencapaian itu bukan sekadar medali. Ia bertemu teman-teman baru, melihat dunia di luar kotanya, dan merasa bangga pada dirinya sendiri.

Beberapa bulan setelah itu, ketika pendaftaran SMP dibuka, wali kelasnya memberi saran agar ia menggunakan sertifikat prestasinya untuk mendaftar. Shella menyiapkan semua berkas. Saat ia menyerahkan map pendaftarannya, petugas sekolah membuka sertifikatnya dan sempat terdiam sejenak sebelum berkata bahwa prestasi Shella luar biasa untuk anak seusianya. Kalimat itu terasa seperti angin sejuk bagi Shella. Ia diterima di SMPN 2 Pasuruan, salah satu sekolah favorit di daerahnya. Setelah keluar dari ruangan, ia langsung memberi tahu orang tuanya, dan senyum mereka menjadi hadiah terbesar atas seluruh jerih payah Shella selama ini.

Shella mengaku dulu merasa seperti dipaksa. Ia tidak menyangka karate akan menjadi bagian penting dalam hidupnya. Tetapi setelah melalui semua latihan panjang, ketakutan sebelum bertanding, pertemuan dengan atlet dari berbagai daerah, hingga medali yang ia bawa pulang, ia mulai menyadari bahwa mungkin inilah passion-nya. Ia juga berharap setiap kejuaraan, apa pun cabangnya, mendapatkan penghargaan yang setara, bukan hanya yang populer.

Dari seorang anak yang awalnya hanya mengikuti permintaan orang tua, Shella kini sudah menemukan jalannya sendiri. Jalan yang ditempuh melalui disiplin, keberanian, dan kerja keras. Cerita Shella mengingatkan bahwa masa depan kadang datang dari hal yang awalnya bahkan tidak kita sukai, tetapi kita tekuni dengan sepenuh hati.

---

Vita Nathania Puteri
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Terpaksa Jadi Juara: Perjalanan Karate Shella

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Anda pikirkan?

Trending Now