FEATURE | JATIMSATUNEWS.COM - Pada usia yang masih sangat muda, Shella Sanggam Prameswari, siswi
kelas 6 dari Pasuruan, sudah belajar sesuatu yang tidak semua anak pahami:
bahwa ketekunan bisa membuka pintu besar yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.
Karate sebenarnya bukan olahraga yang ia sukai. Awalnya Shella lebih memilih
renang, menurutnya renang terasa lebih santai dan menyenangkan. Tetapi orang
tuanya meminta ia mencoba karate agar bisa menjaga diri. Shella menuruti, meski
belum sepenuh hati.
Dari tempat latihan yang ia datangi setiap malam, arah cerita hidupnya
perlahan berubah. Setiap pukul tujuh malam, ketika sebagian besar anak sudah
beristirahat, Shella memakai seragam karate dan berlatih hingga pukul sepuluh.
Tiga jam penuh gerakan diulang-ulang, arahan pelatih, napas yang memburu, dan
keringat yang tak berhenti menetes. Ada hari-hari ketika ia sangat lelah,
kadang tidak semangat, tetapi ia selalu teringat dukungan orang tuanya. Itu
yang membuatnya bertahan. Ia memang tidak pernah mengalami cedera, tetapi rasa
capek dan malas sering menjadi lawan terberatnya. Meski begitu, sifat pekerja
kerasnya membuat ia terus maju.
Kerja keras itu akhirnya membawanya ke Kejuaraan Karate Nasional
tingkat Jawa–Bali. Ruang pertandingan yang besar dan penuh atlet dari berbagai
daerah sempat membuat Shella gugup. Namun sebelum naik ke arena, ia membisikkan
sesuatu pada dirinya sendiri: ia sudah latihan setiap malam, tugasnya sekarang
hanya menunjukkan apa yang ia bisa. Keyakinan kecil itu menghasilkan sesuatu
yang besar. Shella meraih juara 3. Baginya, pencapaian itu bukan sekadar
medali. Ia bertemu teman-teman baru, melihat dunia di luar kotanya, dan merasa
bangga pada dirinya sendiri.
Beberapa bulan setelah itu, ketika pendaftaran SMP dibuka, wali kelasnya memberi saran agar ia menggunakan sertifikat prestasinya untuk mendaftar. Shella menyiapkan semua berkas. Saat ia menyerahkan map pendaftarannya, petugas sekolah membuka sertifikatnya dan sempat terdiam sejenak sebelum berkata bahwa prestasi Shella luar biasa untuk anak seusianya. Kalimat itu terasa seperti angin sejuk bagi Shella. Ia diterima di SMPN 2 Pasuruan, salah satu sekolah favorit di daerahnya. Setelah keluar dari ruangan, ia langsung memberi tahu orang tuanya, dan senyum mereka menjadi hadiah terbesar atas seluruh jerih payah Shella selama ini.
Shella mengaku dulu merasa seperti dipaksa. Ia tidak menyangka karate
akan menjadi bagian penting dalam hidupnya. Tetapi setelah melalui semua
latihan panjang, ketakutan sebelum bertanding, pertemuan dengan atlet dari
berbagai daerah, hingga medali yang ia bawa pulang, ia mulai menyadari bahwa
mungkin inilah passion-nya. Ia juga berharap setiap kejuaraan, apa pun
cabangnya, mendapatkan penghargaan yang setara, bukan hanya yang populer.
Dari seorang anak yang awalnya hanya mengikuti permintaan orang tua,
Shella kini sudah menemukan jalannya sendiri. Jalan yang ditempuh melalui
disiplin, keberanian, dan kerja keras. Cerita Shella mengingatkan bahwa masa
depan kadang datang dari hal yang awalnya bahkan tidak kita sukai, tetapi kita
tekuni dengan sepenuh hati.
Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?