MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Dosen dan mahasiswa Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan (MSDL) Universitas Brawijaya melakukan program pengabdian masyarakat yang bertajuk pentingnya kompos dan pengelolaan air hujan di Desa Ringinsari, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Sabtu (27/9/2022).
Kegiatan pengabdian ini dihadiri oleh petani kopi, petani millenial serta perwakilan dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Rangkaian acara meliputi penyampaian materi mengenai pentingnya kompos terhadap kesuburan tanah dan ketersediaan air, pemetaan bahan organik dan penetrasi, hasil penelitian aplikasi berbagai jenis kompos, sharing bersama petani, serta demostrasi praktik pengelolaan lahan untuk mencegah erosi dan mengurangi limpasan permukaan.
Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pemahaman petani tentang pentingnya bahan organik dalam menjaga kualitas tanah, serta manfaat aplikasi pemanenan air hujan untuk mengurangi limpasan permukaan dan meningkatkan infiltrasi. Kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesuburan tanah melalui kombinasi pupuk anorganik dan organik pada lahan kopi. Disamping itu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pemuda (petani millenial) untuk bergerak di bidang pertanian, dan sebagai wadah mahasiswa untuk belajar sosialisasi hasil penelitian dan komunikasi dengan masyarakat.
Dalam sambutannya, Prof. Dr Sugeng Prijono, SU, selaku dosen penyelenggara, menekankan mengenai pentingnya bahan organik. “Bahan organik dalam tanah menyediakan perbaikan tanah secara fisik, kimia, dan biologi, yang dapat menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman” ujarnya.
“Dengan pemberian bahan organik, dapat mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia” Tambah Kusnan, petugas penyuluh lapangan Kecamatan Sumbermanjing Wetan.
Pada sesi sharing bersama petani, Yasin selaku petani membagikan cerita mengenai panen tanaman talas yang pada lahan yang ia beri kompos hasilnya lebih baik dibandingkan yang tidak diberi kompos “Saya membuat kompos sendiri dari kotoran ternak saya. Tanaman talas yang saya beri kompos memiliki ukuran umbi jauh lebih besar dibandingkan yang tidak saya beri kompos” ujarnya.
Kegiatan pengabdian ini juga dilakukan praktik pengelolaan lahan yang bertujuan mencegah erosi dan mengurangi limpasan permukaan. Terdapat tiga petak lahan dengan perlakuan berbeda, yaitu petak A yang menggunakan monokultur kopi, petak B yang merupakan polikultur kopi dan lamtoro dengan penaburan seresah di permukaan tanah, serta petak C yang juga polikultur kopi dan lamtoro tetapi dilengkapi dengan penaburan seresah dan pembuatan biopori. Setiap petak disiram dengan air sebagai simulasi hujan, kemudian di bagian bawah petak dipasang wadah untuk mengukur jumlah air yang terlimpas. Para petani diminta untuk mengisi lembar simulasi hasil percobaan dan menyimpulkan petak mana yang paling efektif dalam menahan air hujan.
“Berdasarkan hasil simulasi ternyata petak C paling bagus dalam menahan air hujan karena air yang terlimpas hanya 900 ml, sedangkan petak B limpasannya 1.200 ml dan petak A sampai 2 liter lebih” ujar Atib, salah satu petani kopi di Desa Ringinsari.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan petani Desa Ringinsari semakin terdorong untuk menerapkan praktik pertanian berkelanjutan, terkhusus dalam menjaga kesuburan tanah dan ketersediaan air pada lahan kopi. Harapannya program pegabdian ini dapat berlanjut dan bermanfaat bagi petani. (afh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?