Foto: Dokumentasi bersama antara pihak pondok, UIN Malang, dan masyarakat
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Pesantren selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan keagamaan yang membentuk karakter dan spiritualitas generasi bangsa. Namun di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang semakin kompleks, pesantren kini juga diharapkan menjadi motor penggerak pemberdayaan ekonomi umat, khususnya dalam mendukung tumbuhnya semangat kewirausahaan di kalangan santri dan masyarakat sekitar.
Dalam sebuah forum diskusi bertema “Pemberdayaan Ekonomi Pesantren: Mendukung Kewirausahaan Santri dan Masyarakat Sekitar”, berbagai narasumber dari kalangan legislatif dan akademisi hadir menyampaikan gagasan dan pengalaman nyata terkait pentingnya transformasi peran pesantren di era modern ini.
Bu Hj. Dini Rahmania, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, menyampaikan pandangan strategisnya bahwa pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas.
“Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu agama, tapi juga bisa menjadi pusat inkubasi bisnis. Santri harus dibekali keterampilan kewirausahaan agar mereka mampu mandiri secara ekonomi ketika kembali ke masyarakat. Pemerintah, dalam hal ini DPR, terus mendorong regulasi dan program yang mendukung pengembangan ekonomi pesantren,” ujar Hj. Dini Rahmania.
Sementara itu, dari kalangan akademisi, Bu Dr. Elly Susanti dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, menekankan pentingnya integrasi antara pendidikan karakter dan keterampilan kewirausahaan di lingkungan pesantren.
“Pesantren memiliki kultur pembelajaran yang khas dan kuat. Inilah kekuatan yang bisa dikembangkan. Santri tidak hanya belajar kitab, tapi juga harus belajar manajemen usaha, digital marketing, hingga pengolahan produk lokal. Ini semua perlu masuk dalam kurikulum pesantren secara terstruktur,” terang Dr. Elly.
Diskusi semakin menarik saat Bapak Dr. Absussakir, M.Pd, turut menambahkan bahwa pesantren idealnya menjadi ekosistem pembelajaran yang holistik, tempat bertemunya nilai-nilai keislaman dengan inovasi ekonomi.
“Kita harus melihat pesantren sebagai lokomotif perubahan. Ketika santri dan masyarakat sekitar diberdayakan secara ekonomi, maka pesantren menjadi agen transformasi sosial yang nyata. Pemberdayaan ini harus kolaboratif – antara pesantren, pemerintah, akademisi, dan pelaku usaha,” tegas beliau.
Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan tercipta sinergi antara dunia pendidikan, legislatif, dan masyarakat untuk mendorong tumbuhnya wirausaha-wirausaha muda dari kalangan santri yang berdaya saing, berakhlak, dan mandiri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?