MALANG | JATIMSATUNEWS.COM
Sejak 8 bulan lalu saya bertugas sebagai kepala SMPN 1 Gondanglegi (Spensagi). Banyak lika-liku yang saya hadapi baik berkaitan dengan pendidik, tenaga pendidikan, siswa, orang tua, dan masyarakat.
Khusus siswa, sebetulnya cukup banyak keunikan, namun yang paling unik dalam kacamata saya adalah Wahyu, siswa kelas 9-E.
Sekilas menilai tentangnya, ada aroma pemberontakan. Dituangkan dalam wujud sering melakukan pelanggaran tata tertib. Wahyu tercatat punya skor pelanggaran tinggi, bahkan dalam sidang kenaikan kelas masuk kategori dipertimbangkan.
Sebagai informasi, salah satu solusi yang saya kembangkan di Spensagi adalah skor positif, program ini sebagai penyeimbang agar yang masuk pantauan Tim Tatib bukan hanya perilaku negatif siswa melainkan juga perilaku positif siswa.
Dengan diberi peluang skor positif, Wahyu rajin secara sukarela minta ijin bersih-bersih area sekolah dan sekitarnya. Kesungguhannya menutupi kekurangan menjadi bahan pertimbangan untuk dinaikkan ke kelas 9.
Dugaan saya betul, ada penyebab lain sehingga Wahyu butuh perhatian di sekolah, sempat berbincang ditemukan salah satu penyebab Wahyu merasa diperlakukan tidak adil di lingkungan keluarga.
Mengomentari kehadiran saya di Spensagi awalnya Wahyu menyampaikan penilaian negatif.
"Sejak ada pak Sholeh aturan-aturan terlalu ketat, dan skor positif hanya peluang bagi anak yg berprestasi akademik dan non akademik," ucap Wahyu ketika saya berkesempatan bincang langsung dengannya.
Lambat laun Wahyu bisa beradaptasi dengan mengambil peluang skor positif yang diberikan.
Apalagi dengan adanya peluang bergabung bersama Rohis, Wahyu berkenan ikut.
"Saya daftar sukarela," ujar Wahyu pada saya.
Terbukti, lambat laun Wahyu merasa punya rem untuk mengurangi kegiatan negatif. Kalau selama ini dalam komunitas Forza, selaku suporter sepakbola, Wahyu merasa arogan, ketika diimbangi dengan Rohis Wahyu merasa kegiatannya lebih terarah menuju hal yang positif.
Salah satu tugas Wahyu di Rohis adalah menyisir anak-anak yang belum bergeser ke tempat sholat, juga melaporkan anak-anak yang bergurau ketika sholat.
Dibanding anggota Rohis lain Wahyu merasa lebih mampu mengendalikan komunitas anak-anak Forza, karena satu frekuensi. Di mata bapak ibu guru, wahyu jauh lebih baik dari sebelumnya.
Saya ucapkan apresiasi dan selamat untuk Wahyu yang telah menemukan jati diri.
"Saya yakin suatu saat kamu mampu menjadi pemimpin yang baik, berbekal pengalaman merasakan perubahan perilaku sebelum dan sesudah bergabung di Rohis," ucap saya pada Wahyu pada pertemuan usai kegiatan Rohis.
"Doa kami terus menyertaimu untuk menjadi motor kebaikan. Apa yang kamu tanam saat ini di Spensagi akan berbuah manis pada saatnya."
_Man dalla 'alaa khoirin falahu mitslu ajrin faailih_
Barangsiapa menujukkan jalan kebaikan, maka dia akan mendapat pahala kebaikan seperti pahala orang yang mengamalkannya.HM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?